"Yang belakangan ini? Hm... ahㅡ di Paris Baguette nggak jauh dari sini. Sekitar jam satu siang, aku nggak mungkin salah."
"Perempuan seumuranku, akhir 20-an lah. Penampilannya kayak anak orang kaya, bajunya rapi dan branded walaupun sederhana."
"Kata Taeyong mereka cuma kenalan lama. Ada urusan penting, katanya. Awas aja kalau anak itu ternyata pacaran ㅡeh, tapi Taeyong nggak suka cewek yang jauh lebih tua kan? Hehehe."
Setiap kata yang diucapkan oleh manager-nya masih sangat diingat Haechan. Dari ciri-ciri yang disebutkan, semua mengarah pada Lim Joa. Sebenarnya Haechan agak tersinggung, memang apa salahnya suka pada perempuan yang jauh lebih tua?
Toh tidak merugikan siapapun."Bro!"
Haechan terkesiap, kaget mendengar suara berat yang mengiringi tepukan di pundaknya. Pemilik tangan besar yang menepuknya tersenyum lebar di hadapan Haechan, tinggi besar menjulang menghalangi sinar matahari siang.
"Ehㅡ hai," sapa Haechan awkward pada Lucas Wong. Status trainee dan debut masih menjadi sekat antara mereka, membuat keduanya belum begitu akrab.
"Ngapain di sini sendirian?" tanya Lucas dengan bahasa Korea aksen China ㅡaneh sekali di telinga Haechan.
"Anu- nggak ngapa-ngapain," jawab Haechan. "Mau ke mana?"
"Disuruh beli snack siang," jawabnya. "Lagi break? Atau free?"
"Free," jawab Haechan. "Beli snack apa? Kok sendirian?"
"Ke Paris Baguette, sengaja sendirian biar hafal daerah sini kata mereka," kelakar Lucas. "Mau ikut?"
Mendengar nama Paris Baguette disebut, mata Haechan langsung membulat antusias. Ini kebetulan dan kesempatan bagus, ia bisa pergi ke café itu dengan alibi menemani Lucas! Tapiㅡ jalan kaki? Bagaimana kalau ada yang mengenali?
"Heh, malah bengong?" kata Lucas sambil menggaruk hidung ㅡjangan bilang dia mau ngupil?
"Eh- iya, hehe. Tapi naik apa, bro?" tanya Haechan.
Lucas berseru heboh lalu mengangkat tangannya untuk tos dengan Haechan. Dalam hati Haechan berdo'a semoga Lucas tidak habis ngupil atau setidaknya sudah cuci tangan setelah ngupil.
"Wait here! Tunggu, okay?" kata Lucas excited lalu berlari ke sisi lain bangunan ini.
Haechan bengong di tempat. Ia mempertimbangkan mau nekat pergi bersama Lucas atau urung saja. Memang ia sedang bebas sampai satu jam ke depan, tapi ini tetap saja pergi tanpa ijin. Sudah cukup banyak masalah yang ia buat di agensi ini.
Suara bising dan cempreng terdengar menghampiri tempat Haechan melamun tadi. Lucas datang menaiki motor skuter dengan sebuah helm digantungkan di salah satu stang-nya.
"Let's go!" seru Lucas saat sudah sampai di depan Haechan.
"Hah? Naik skuter? Tapi ini skuter siapa?" tanya Haechan.
Tapi pertanyaan itu tidak digubris Lucas, entah karena tidak punya jawaban yang pasti atau tidak mengerti temannya bilang apa. Ia terus mengisyaratkan supaya Haechan cepat naik di belakangnya. Okeㅡ tidak ada pilihan selain menurut.
Sepanjang jalan Lucas terus mengoceh dengan bahasa campur aduk yang mau tidak mau ditanggapi Haechan dengan gumaman pura-pura mengerti atau tawa heboh tanpa alasan. Haechan rasa orang-orang yang melihat pasti mengira mereka agak tidak waras atau remaja ugal-ugalan. Masa bodoh ah, yang penting sampai dengan selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilarious ✔
General Fiction❝Ketika cinta pertama sang vokalis band jatuh kepada fansite master-nya.❞