14

11K 3.3K 578
                                    

Berhari-hari Haechan mengawasi gerak-gerik Taeyong, walaupun secara sembunyi-sembunyi. Dia juga terus mencoba menghubungi teman-teman Joa tapi mereka tidak bisa dihubungi lewat telepon. Haechan mencoba lewat chat, berharap suatu saat akan dibalas.

Sebenarnya Haechan sangat ingi masalah ini cepat selesai, tapi bagaimana caranya?
Bertanya pada Taeyong?
Ck ㅡide buruk. Bayangkan tiba-tiba mendatangi Taeyong dan bertanya 'Kenal Lim Joa kan? Dia di mana sekarang? Rebut aja sana, rebut!'

Haechan buru-buru mengerjap karena khayalan melanturnya. Ia melanjutkan menghafal lirik lagu untuk comeback selanjutnya. Sampai Renjun datang, membawa dua cup kopi dan... kabar buruk.

"Hey," sapa Renjun muram.

"Apa? Kenapa murung gitu?"

"Kita di-drop out," decih Renjun. "Coba cek e-mail deh."

"Apa?" Haechan kaget luar biasa. "Dari sekolah maksudnya?"

"Ya masa dari kehidupan," sahut Renjun. "Gila ya aturan jaman sekarang."

Buru-buru Haechan membuka email di ponselnya, benar saja. Ada pemberitahuan keputusan rapat komite sekolah dan orang tua. Dia dan Renjun dikeluarkan dari sekolah karena keseringan bolos.

Haechan menghela nafas sambil menghenyakkan punggung di sandaran sofa seperti Renjun.

"Sial. Kenapa harus mulai dari angkatan kita?"

"Iya. Mark hyung selamat. Padahal dia jauh lebih jarang masuk sekolah," keluh Renjun, menyebut salah satu talent di agensi ini.

"Sekalinya sekolah, buat pacaran."

Renjun terkekeh lemah. "Iya juga ya. Siapa sih nama ceweknya? Choi Esther?"

"Yang cantik banget itu ya?" Haechan mengingat beberapa kali pernah melihat Mark dan seorang cewek.

"Iya. Masih misteri dia mau sama Mark hyung," kelakar Renjun.


Mereka menghela nafas bersamaan setelah tertawa garing. Rasanya percuma menghibur diri dalam keadaan begini. Haechan gusar sekali dengan kabar buruk ini ㅡseakan-akan hidupnya masih kekurangan masalah saja.

"Jadi apa rencana selanjutnya? Nggak mungkin kan kita putus sekolah?" tanya Haechan pada Renjun.

"Mungkin homeschooling terus ujian penyetaraan," jawab Renjun.

Haechan tersenyum getir. Padahal dia juga ingin datang ke acara kelulusan dan memakai seragam kuning untuk terakhir kali, dapat banyak bunga ㅡtapi itu semua memudar menjadi khayalan saja sekarang. Mengecewakan, memang. Kenapa harus dia ㅡlagi?


"Ngomong-ngomong soal drop out, apa kabar sasaeng kesayanganmu itu?" tanya Renjun tidak nyambung.

Haechan merasakan pipinya memanas. Ia menunduk salah tingkah.
"Kesayangan apaan?" decihnya sambil tertawa hambar. "Kabarnya aja sekarang nggak tau gimana."

"Bukannya kalian akrab banget ya?"

"Iya, tadinya. Tapi sejak masalah itu..."

Renjun tampak jadi tidak enak pada Haechan.
"Jadi sampai sekarang masih?" tanyanya.

Sambil menyedot kopinya, Haechan mengangguk. Ia lalu menceritakan semuanya yang telah ia temukan tentang Taeyong dan Joa, semua hal yang berujung buntu karena toh dia tidak tahu bagaimana cara memastikan apa yang sebenarnya terjadi antara dua orang itu. Seperti biasa Renjun menjadi pendengar yang serius.

"Ooh... ditikung dong?" Renjun tertawa kecil. Oke, ternyata Haechan salah soal 'pendengar yang baik'.

"Mungkin. Tapi apa hubungannya sama chat palsu itu? Intinya kan Taeyong hyung cuma harus tau kalau semua itu nggak bener. Tapi kenapa mereka ketemu berkali-kali?" kata Haechan.

Yang Haechan inginkan memang Taeyong tidak salah paham lagi soal dirinya. Karena tidak sekalipun Haechan berniat menjelek-jelekkan temannya sendiri.

"Kenapa nggak tanya langsung?" usul Renjun.

"Ke Taeyong hyung? Takut ah. Belum siap."

"Huu dasar," cibir Renjun. "Kalau sasaeng noona?"

"Aku diblokir," jawab Haechan jujur.

"Coba pake kontak lain dong, gimana sih," decak Renjun. "Nih, pake akunku."

Haechan menatap ponsel Renjun yang disodorkan padanya.
"Tapi... gimana kalau nanti kesebar?"

"Hm... gimana ya? Nggak apa-apa deh," jawab Renjun acuh. "Lagian, noona-mu itu bukan orang semacam itu kan?"

Haechan mengiyakan dalam hati. Joa tidak akan gegabah menyebarkan kontak orang lain, apalagi milik seorang Renjun. Dengan gugup Haechan memegang ponsel temannya itu, jarinya siap mengetik.

Renjun Huang
Noona
Ini aku, Hyuk
Aku butuh bantuan


Selesai mengirim pesan, Haechan agak merasa bersalah sudah berbohong kalau dia butuh bantuan. Padahal sebenarnya bukan itu tujuan utamanya, walaupun dia berharap Joa benar-benar bisa membantu. Iya, membantu menyelesaikan kemelut dalam hatinya.

Haechan dan Renjuj bengong menatap ponsel yang sama, keduanya berharap ada pesan balasan yang masuk. Betapa kagetnya mereka saat tiba-tiba mendengar bunyi denting notifikasi. Keduanya bertukar pandang.

"Bukan handphone-ku," geleng Renjun kecewa.

"Punyaku?" cetus Haechan lalu mengecek ponselnya.

Detak jantung Haechan meningkat saat membaca notifikasi di layar ponsel; dari Honeycake.

Ya, salah satu orang yang paling dia tunggu.

ㅡtbc

Hilarious ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang