1. Permintaan Ayahanda

2K 165 19
                                    

Di ruangan yang serba putih ini, bau obat-obatan sangat menyengat, mungkin akan membuat mual untuk kalian yang sensitif. Selain itu berbagai peralatan medis juga melengkapi ruangan ini, memperkuat fakta bahwa ini adalah ruang rawat di rumah sakit.

Terlihat seorang lelaki paruh baya yang tergeletak lemah diranjang putih ini dengan segala peralatan yang tertempel ditubuhnya.
Lelaki paruh baya itu sepertinya sedang menatap kedua perempuan disampingnya, istri dan puteri tercintanya.

"Jadi gimana? kamu mau kan nak?" tanya perempuan paruh baya disamping Jisya, Laras.

Jisya menatap kedua orang yang dia sayangi secara bergantian. Dia tersenyum, lalu menganggukan kepalanya.

"Serius sayang?" tanya Dila dengan suara lemahnya.

Jisya mendekat ke arah sang ayah, dia tersenyum selebar mungkin, lalu menganggukan kepalanya.

"Alhamdulillah! Ibu harus cepat kasih tau tante Nias, dia pasti bahagia mendengar kabar gembira ini" ucap sang ibu dengan antusias.

Laras langsung menghubungi seseorang dan keluar dari kamar saat itu juga.

Jisya yang melihat kebahagiaan sang ibu juga ikut tersenyum bahagia. Selama ini dia tidak bisa memberi apa-apa untuk sang ibu, kini waktunya dia memberikan kebahagiaan dengan menuruti permintaan ibu dan ayahnya, walaupun kenyataan nya dia sendiri juga bahagia. Sangat.

"Nak ..."

Jisya menoleh kepada sang ayah yang sedang menatapnya.

"Iya yah? ayah butuh apa?" tanya Jisya dengan lembut.

Sang ayah tersenyum kepada puterinya itu, "Kamu bahagia dengan keputusan ini?"

Jisya tersenyum dan menganggukan kepalanya, "Iya yah, Jisya bahagia."

Dila yang mendengar ungkapan sang puteri merasa lega, "Ayah yakin Jin adalah lelaki baik, dan dia akan menyayangimu sebesar rasa sayang ayah sama kamu, dan juga dia akan ngebahagiain kamu,"

Jisya hanya menanggapi perkataan sang ayah dengan senyuman, dia sedikit ragu dengan ucapan ayahnya barusan, karena Jisya tau betul bagaimana sifat calon suaminya itu.

Gajino Sarganias Maxim, putera dari salah satu pengusaha yang cukup sukses di Indonesia, Arga Maxim dan sang istri Ranias Maxim. Setelah kematian ayahnya, kini Jin lah yang mengurus dan meneruskan bisnis sang ayah.

Gajino, sahabat masa kecil Jisya yang Jisya cintai. Bukan tanpa sebab, Jisya mencintai Jin karena dia merasa saat itu Jin selalu melindungi dan membuatnya tertawa. Perasaan konyol yang dia rasakan saat kecil ternyata terbawa sampai Jisya remaja, hingga dewasa—sekarang ini.

Namun, perasaan yang Jisya rasakan harus rela dia kubur dalam-dalam, saat mendapat undangan pernikahan dari Jin tiga tahun lalu. Jisya merasa patah hati, karena cintanya yang belum sempat tersampaikan harus kandas begitu saja. Ditambah lagi dengan kenyataan kalau Jin hanya menganggap dirinya sebagai 'sahabat masa kecil' saja dan tidak pernah mempunyai perasaan lebih untuk dirinya, membuat Jisya harus menelan kenyataan pahit itu sendirian.

Dua tahun yang lalu, istri Jin, Sonya Natalie dikabarkan meninggal dunia karena penyakit ganas yang di deritanya, Leukimia.

Entah harus gembira atau sedih, mendengar kabar ini membuat Jisya sedikit lega. Jahat memang, tapi mau bagaimana lagi? Jisya ingin memperjuangkan cintanya dan Jisya ingin Jin juga mempunyai perasaan yang sama dengan dirinya, Jisya juga ingin Jin menjadi miliknya. Salahkah semua perasaan dan keinginan nya? Jisya rasa tidak. Semua orang berhak mendapatkan cintanya.

Jisya pikir dengan tidak adanya Sonya bisa membuat dirinya dekat kembali dengan Jin. Tapi ternyata Jisya salah, setelah kematian Sonya, Jin malah menutup diri dan menjauhi semua perempuan termasuk dirinya. Entah apa alasan Jino melakukan itu, tapi yang dapat Jisya simpulkan kalau Jin sangat mencintai Sonya, sampai-sampai seluruh rasa cinta yang Jin punya seperti ikut terkubur bersama Sonya.

Lagi-lagi Jisya merasa miris. Sonya begitu beruntung bisa dicintai Jin, sedangkan dirinya?

"Jis?" panggil Laras.

Jisya yang sedang melamun langsung membuyarkan lamunan nya dan menoleh kearah sang ibu, "Kenapa bu?"

"Sebentar lagi tante Nias mau jemput kamu buat nyiapin keperluan besok, siap-siap sayang." titah Laras saat sudah didalam kamar.

Jisya hanya mengangguk. Lalu dia pamit kepada ayah dan ibunya, untuk menunggu Nias di lobi rumah sakit.

⟲ ⟲ ⟲ 

Jisya merebahkan badannya dikasur favoritnya, dia sangat lelah hari ini karena mengunjungi beberapa tempat bersama Nias calon mertuanya, untuk membeli keperluan untuk akad besok.

Iya, besok Jisya akan menikah dengan Gajino, lelaki yang dia cintai.

Entah mimpi apa semalam, tiba-tiba dirinya diminta ketersediaannya untuk menikah dengan Jin. Tentu saja Jisya mau! dia tidak akan melewatkan kesempatan ini.

Disatu sisi Jisya merasa sangat bahagia, tapi di sisi lain ada perasaan gelisah yang menyelimuti dirinya.

Jisya tidak ambil pusing, dia mencoba berfikir positif, mungkin saja kan dirinya gelisah karena gugup? tentu. Siapa yang tidak akan gugup saat menjelang hari pernikahan? ditambah lagi ini semua terjadi secara mendadak.

Takdir tuhan memang sulit ditebak. Namun Jisya tidak berhenti bersyukur, karena do'a nya selama ini dikabulkan oleh sang maha pencipta.

Ah sepertinya Jisya harus tidur sekarang, dia harus mempersiapkan fisik dan mentalnya untuk hari esok, hari pernikahannya.

Second MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang