11. Sihir Jisya

681 102 4
                                    

Jisya baru selesai dengan kegiatan memasaknya. Hari ini dia memasak ayam goreng, cah kangkung, goreng tempe dan sambal tentunya.

Memang sangat sederhana, tapi Jisya bisa memastikan kalau suaminya itu pasti menyukainya.

Jisya lagi-lagi tersenyum mengingat kejadian tadi pagi. Dia sangat malu saat dirinya tertangkap basah oleh Jin saat Jisya sedang menatap suaminya itu. Mengingat itu membuat pipi Jisya merona.

Jisya mengipas-ngipaskan tangannya di depan wajahnya.

"Gerah banget si, kayanya aku harus mandi deh biar seger,"

Jisya pun memutuskan untuk mandi air hangat. Demi menghilangkan peluh-peluh yang sejak tadi menempel di tubuhnya.

⟲ ⟲ ⟲ 


Saat ini Jisya sedang duduk manis di meja makan. Dia menopang dagunya dengan kedua tangannya.

Jisya melirik jam yang sudah menunjukan pukul 22.50. Dia berdecak kesal, suaminya pasti ingin menghindarinya lagi, makanya dia belum pulang.

"Awas aja ya mas, liatin."

Jisya yang tadinya duduk langsung berdiri dan meninggalkan meja makan itu, dia terpikirkan sebuah ide yang bisa membuat suaminya mau makan malam dengannya.

Tidak lama, Jin akhirnya pulang kerumah. Jin tidak aneh lagi saat mendapati istrinya yang menyambutnya dengan senyumnya yang mengandung bisa menurut Jin.

"Mas baru pulang? Kamu lembur ya?"

Jin sama sekali tidak melirik Jisya, dia langsung masuk dan hendak menuju kamarnya.

"Sini aku bawain,"

Jisya hendak mengambil tas yang dibawa Jin, namun dengan cepat Jin menolaknya.

"Nggak usah!" sarkasnya.

Jisya yang melihat sifat suaminya itu hanya bisa mengelus dada, sabar ujian batinnya.

Tidak mau ambil pusing, dia langsung menuju meja makan, untuk menyiapkan makanan untuk dia dan suaminya.

"JISYA!"

Sebuah teriakan dari lantai atas terdengar begitu nyaring. Jisya menutup kedua telinganya merasa terganggu akan suara suaminya itu. Tapi dia juga tersenyum mengingat idenya akan berhasil.

"Mana kunci kamarku?" tanya Jin tajam.

Jisya yang melihat sikap suaminya itu tidak merasa takut sama sekali.

"Ada kok,"

"Berikan cepat Jis!"

"Nggak mau mas,"

"Kamu apa-apansih? Stop bertingkah konyol Jisya!"

"Tck, iyaiya aku balikin deh nih, tapi sebelum itu kita makan malam dulu ya mas,"

"Aku udah makan,"

"Kalau gitu temenin aku makan aja"

"Kamu lagi ngemis perhatian sama aku?"

"Iya. Kenapa?" tanya Jisya dengan santay.

"Kamu nggak ngerasa rendah?" sindir Jin yang membuat Jisya menghentikan gerakannya.

"Kalo aku ngemis sama orang lain sih iya, tapi kan aku lagi ngemis sama suami aku sendiri, jadi ya fine-fine aja."

Jin hanya bisa menghela nafas lelah mendengar jawaban Jisya. Istrinya memang sangat keras kepala.

"Mas, ayo dong duduk! Kebiasaan ish suka banget marhabaan di meja makan,"

Jin ingin tertawa mendengar perkataan Jisya, namun dia tahan. Gengsi kan kalo dirinya tiba-tiba tertawa karena perkataan istrinya.

"Mas kamu gamau nyobain gitu? Sayurnya? Atau engga ayamanya?" tawar Jisya.

"Nggak usah. Cepet kamu makan, aku cape mau tidur!"

Jisya mengangguk mendengar perkataan Jin. Jisya kembali fokus dengan makanannya.

Jin menatap Jisya dengan lekat. Sebenarnya dia belum makan malam, ada sedikit rasa sesal mengingat dirinya malah berbohong.

Jin merasa tubuhnya lapar, tapi dengan melihat Jisya yang lahap makan di sampingnya membuat Jin tersenyum tipis. Sangat tipis.

Ngeliat dia makan aja udah kenyang.

Dan lagi-lagi entah sihir apa yang dipakai perempuan itu, tapi yang jelas bisa membuat Jin tersenyum dan membatin tidak jelas saat melihat tingkah istrinya itu.

Second MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang