20. Keterlaluan

649 85 7
                                    

Jisya terbangun akibat sinar surya yang menerpa wajahnya. Dia merasa tubuhnya seakan remuk, rasa sakit dimana-mana terutama di daerah intimnya.

Jisya menoleh ke samping, tapi tempat itu kosong. Kemana suaminya?

Jisya mencoba untuk duduk. Dia mengambil hp nya untuk melihat jam.

"Hah jam sembilan?" katanya terkejut.

Manik mata Jisya tidak sengaja menatap secarik kertas yang ada di dekat lampu tidur. Dengan susah payah dia mengambilnya.

Aku pulang lebih dulu.
Ada urusan.

Pesan singkat itu berhasil membuat mata Jisya memanas. Jadi dia di tinggalkan gitu? sumpah dia tidak menyangka suaminya akan setega itu kepadanya.

Padahal tadi malam Jin sangat lembut, membuai Jisya hingga Jisya mabuk kepayang. Membuat Jisya merasa seperti satu-satunya. Jisya pikir dia akan merubah sikapnya dan membuka sedikit hati untuknya. Tapi pemikirannya itu salah. Dia malah semakin kejam kepada Jisya.

"Hiks ibu . ."

Jisya menangis pilu sembari memeluk tubuhnya sendiri. Ini terlalu sakit, bahkan lebih sakit dari fisiknya saat ini.

Suaminya memang manusia yang tidak punya hati. Tapi bodohnya Jisya tetap memberikan hatinya.

⟲ ⟲ ⟲ 


Jisya dalam perjalanan kerumahnya. Setelah puas menangis dan rasa sakitnya berkurang, Jisya memutuskan untuk pulang.

Dia tidak mau harus sendiri disana, yang ada dia akan terus di bayang-bayangi kejadian tadi malam. Karena itu semua menyakitkan, terlalu sakit untuk diingat pun terlalu indah untuk dilupakan.

Jisya menatap keluar jendela. Diluar sedang gerimis, cuacanya persis menggambarkan bagaimana perasaan Jisya.

Mendung.

"Sudah sampai non," kata pak supir memberitahu.

Jisya mengangguk, dia lalu keluar dari taxi itu dan menyerahkan beberapa uang untuk membayar.

"Terimakasih pak." ujar Jisya tulus.

"Muhun, sama-sama neng."

Jisya menatap rumah itu, dia menghembuskan nafasnya. Rasa sesak itu kembali hadir kala dia melihat sebuah mobil terparkir disana.

Jin pasti ada di dalam. Dan Jisya sangat malas untuk bertemu lelaki itu. Tapi, dengan terpaksa akhirnya dia masuk kedalam rumah itu.

Saat masuk, Jisya langsung disuguhi pemandangan yang membuat matanya terbelalak. Jisya sedikit tidak percaya melihat penampilan ruang tamu yang seperti kapal pecah ini.

Apa apaan ini?

Jisya juga melihat foto-foto Jin dan Sonya yang sudah terbelah dua bahkan hancur berserakan dilantai. Belum lagi pecahan kaca tersebar dimana-mana. Jisya bingung, sebenarnya ada apa?

Jisya segera menuju kamar Jin. Pintunya tertutup namun dengan cepat Jisya membukanya.

"Mas? ada apa ini?" tanya Jisya to the point.

Jin yang berada di depan Jisya sama sekali tidak menjawab, bahkan menoleh pun tidak.

"Mas kalo ada orang yang bertanya itu—"

"DIAM!"

Prang.

Jin membanting vas bunga di depannya.

Jisya terlonjak kaget melihat perlakuan Jin yang seperti itu. Bahkan kamar Jin sekarang tidak jauh berbeda dengan keadaan ruang tamu.

"K-kamu kenapa?" tanya Jisya hati-hati.

"Pergi."

Jisya diam tak bergeming mendapat usiran dari sang suami. Dia masih bingung dan belum memahami apa yang sedang terjadi saat ini.

"PERGI!!"

Jin lagi-lagi berteriak seperti orang kesetanan. Jisya dengan cepat pergi dari sana dan masuk kedalam kamarnya.

"Hiks . . hiks. ." tangisnya terdengar sangat pilu.

Perlakuan Jin semakin tidak bisa ditebak dan semakin menyakitkan untuknya. Jisya memukul-mukul dadanya yang nyeri, lalu menutup wajahnya menggunakan dua tangannya.

"A-apa s-salahku?" katanya terbata-bata.  Jisya meringkukan dirinya dilantai sambil memeluk dirinya sendiri.

⟲ ⟲ ⟲ 


Jisya terbangun, dia memegang kepalanya yang terasa sakit. Dia berusaha untuk duduk. Dia melirik melirik jam dinding yang menempel di tembok kamarnya.

"Jam lima?" monolognya.

Sudah berapa lama dia tertidur? ralat, ketiduran.

Kriuk~

Jisya memegang perutnya yang berbunyi. Dia baru ingat, sedari pagi tadi dia belum memakan apapun, hanya meminum segelas susu saat di pesawat tadi.

Jisya bangun dengan pelan, dan menjadikan tembok sebagai tumpuan. Badan nya lemas sekali, ditambah kepalanya sakit. Pasti efek belum makan.

Jisya keluar dari kamarnya. Dia memandang pintu coklat yang ada di depannya. Karena penasaran, dia pun mendekati pintu itu, untungnya pintunya sedikit terbuka sehingga Jisya tidak perlu repot membukanya.

"Maafkan aku Sonya, aku sudah melanggar janjiku padamu—"

"Aku bodoh, tolol! Bagaimana bisa aku tergoda dengan perempuan selain kamu? Maaf." bisa Jisya lihat Jin sedang menyeka air matanya.

Dia menangis?

"Maafkan aku Sonya, bahkan aku merasa malu kepadamu sekarang. Aku merasa hina, aku nggak pantes kamu cintain. Aku nggak bisa nepatin janji. Maaf maaf maaf!" Jin mencium figura yang berfoto Sonya beberapa saat.

"Aku janji, untuk kedepannya aku nggak akan ngelakuin kesalahan itu lagi."

Jisya memundurkan langkahnya saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Jin.

Tunggu, dia bilang kesalahan? Maksudnya malam itu adalah kesalahan?

Jisya memegang dadanya yang berdenyut nyeri. Dia kembali ke kamarnya dan mengunci pintunya melupakan rasa laparnya.

Jisya menenggelamkan wajahnya diantara bantal miliknya. Dia menangis lagi. Ya, lagian siapa yang akan tahan jika berada di posisi Jisya? Bisa kalian bayangkan seberapa hancurnya Jisya saat ini.

Suaminya hanya menganggap malam itu sebuah kesalahan? Bagaimana bisa? Sedangkan malam itu dia sendiri yang memaksa, myakinkan Jisya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

But now?

Jisya mengerti sekarang, mengapa Jin mengamuk dan menghancurkan foto-fotonya dengan Sonya. Alasannya Sonya terlalu suci untuk bersatu dengan Jin yang hina. Begitukan?

Jisya tertawa memikirkannya. Jika iya alasannya seperti itu, berarti dirinyalah yang hina karena telah membuat Jin hina. Mungkin seperti itu maksud Jin.

Jisya tertawa kembali, tawa yang terdengar memilukan. Lalu tidak lama dia kembali menangis.

"Aku lelah . . tuhan." ucapnya pelan sambil menangis sesengukan.

Entah kapan tuhan akan mencabut semua rasa sakit ini. Jisya tidak sekuat itu untuk mendapat cobaan sesakit ini. Entah siapa pula yang harus disalahkan dalam kasus ini.

Tapi yang jelas, suaminya benar-benar keterlaluan!

Second MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang