2. SAH!

1.3K 157 23
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Jisya Ajeniar Dilaras binti Dila Priyatna dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi?"

"Sah!"

"Alhamdulillah ... "

Jantung Jisya berdegup cepat saat mendengar teriakan para saksi nikah itu. Dia tersenyum sambil menatap dirinya—didepan kaca rias dengan tidak percaya. Oh ya tuhan! sekarang dirinya adalah seorang istri dari sahabat masa kecilnya—dan lelaki yang dia cintai.

Jisya memegang dadanya berusaha menetralkan degup jantungnya. Sebentar lagi dia akan bertemu dengan suaminya, dan dia harus mempersiapkan mentalnya.

"Nak? ..."

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok sang ibu, Laras.

"Iya bu?"

"Ayo turun, semua udah nunggu kamu tuh," jawab Laras sambil tersenyum.

Laras langsung membantu Jisya berdiri dan menggandeng lengan sang puteri. Ah Laras sangat tidak menyangka, kini puterinya sudah menjadi seorang istri.

Jisya dan sang ibu turun ke tempat dimana akad dilangsungkan. Saat turun, banyak yang menatap Jisya dengan tatapan kagum.

Bagaimana tidak, Jisya memakai kebaya putih yang sangat pas ditubuhnya, juga warna kebaya itu sangat senada dengan kulit cerahnya, tidak lupa kain songket warna cokelat muda yang menambah kesan ayu bagi sang pemakai.

Jisya duduk disebelah Jin, suaminya. Dadanya berdegup cepat saat dia mencium tangan Jin. Apalagi saat Jin mencium dahinya, ah! Jisya merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya.

Setelah selesai berdo'a, kini Jin dan Jisya berdiri di pelaminan sambil menerima ucapan selamat dan do'a-do'a dari para tamu undangan.

Tidak banyak tamu yang mereka undang, hanya keluarga, tetangga, dan kerabat dekat saja. Semua ini karena acaranya yang terjadi sangat mendadak.

Selama acara berlangsung Jisya sama sekali tidak melihat Jin—suaminya itu tersenyum. Hanya wajah datar yang Jin tampilkan. Sepertinya disini hanya Jisya yang berbahagia, tidak dengan Jin.

Jisya mendesah pasrah, sepertinya suaminya itu belum menerima pernikahan ini, atau bahkan belum melupakan almarhumah sang istri?

Memikirkan hal itu saja, membuat dada Jisya nyeri. Bagaimana kalau ternyata memang seperti itu? Tidak akan Jisya biarkan. Cepat atau lambat, Jisya akan membuat Jin mencintainya melebihi cintanya pada Sonya.

⟲ ⟲ ⟲ 

Acara pernikahan berlangsung dengan lancar. Setelah acara selesai, Jin langsung izin kepada ibu dan ayah mertuanya untuk memboyong Jisya untuk ikut bersamanya.

Tentu saja Laras dan Dila mempersilahkan, karena bagaimana pun Jisya sudah menjadi tanggung jawab Jin. Namun tidak dengan sang ibu—Nias, dia awalnya menolak Jisya untuk tinggal dirumah Jin, karena katanya dia ingin menikmati waktu bersama menantunya, setelah ada perdebatan kecil akhirnya dia mengalah dan membiarkan Jin membawa Jisya.

Jin dan Jisya sudah sampai dirumah mereka, ralat rumah Jin. Saat Jisya masuk, kornea matanya langsung menangkap sebuah foto dengan ukuran besar yang tertempel di dinding ruang utama.

Foto pernikahan Jin dan Sonya?

Jisya mencoba berfikir positif, mungkin suaminya itu lupa melepasnya.

Jisya mengedarkan pandangan ke segala arah, disini banyak sekali foto suaminya dengan Sonya. Jisya mendesah pasrah, sepertinya Jin memang tidak niat—bahkan tidak akan melepas foto-foto itu.

Jisya berjalan mendekati meja yang terdapat sebuah foto Sonya, saat Jisya akan memegang foto tersebut, tiba-tiba sebuah suara terdengar melarang Jisya melakukan hal itu.

"Jangan sentuh."

Jisya menoleh ke arah Jin yang baru keluar dari kamarnya—dengan pakaian santainya.
Jin mendekat ke arah Jisya dengan wajah datar—seperti biasa.

"Jangan sentuh apapun, apalagi barang-barang Sonya."

Dingin dan tegas, itulah yang Jisya dengar. Sejak pagi Jin sama sekali belum bicara kepadanya, ini yang pertama tapi membuat hati Jisya berdenyut nyeri.

"Kenapa?" tanya Jisya membernikan diri bertanya.

"Karena kamu nggak berhak,"

"Maksud kamu?"

"Kamu kan yang merencanakan pernikahan bodoh ini?"

Second MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang