19. Mabuk

802 95 0
                                    

"Loh.. Jisya?"

Jisya yang dipanggil langsung mendongakan kepalanya, lalu dia pun sama terkejutnya dengan orang dihadapan nya. "Loh??"

"Mas Vino?" tanya Jisya memastikan.

Lelaki itu tersenyum sembari mengangguk kecil, "Lama ya nggak ketemu," kangen batinnya.

"Kebetulan juga bisa ketemu disini," lanjut lelaki itu.

"Ah iya ya.." Jisya tersenyum kikuk bingung dengan respon yang dia berikan saat ini.

"Kamu lagi liburan pasti ya disini?" tanya Vino basa basi sekaligus kepo sih.

Jisya mengangguk saja sebagai jawaban.
"Mas Vino sendiri disini lagi liburan juga?"

"Saya kebetulan ada kerjaan disini, yaudah deh sekalian liburan aja heheh.." katanya diakhiri dengan tawanya yang khas.

"Ohh gitu yaa.."
"Mas Vino saya duluan ya, soalnya saya mau ke kamar mandi, permisi.." Jisya berusaha pamit dengan penuh kesopanan. Masalahnya ia sudah tidak kuat ingin buang air kecil jadinya terburu-buru seperti itu.

Baru saja Vino ingin berucap, tapi dia urungkan saat melihat Jisya yang buru-buru ke kamar mandi. Vino pun kembali ke tempat nya semula.

Jisya sudah selesai dengan urusan kamar mandinya. Saat kembali dia bingung melihat ketidakhadiran para lelaki, yang ada hanya Caca dan Nadia saja.

"Loh kok sepi?" tanya Jisya sambil mendudukan bokongnya di kursi.

"Iya nih, katanya mereka mau minum di depan sana dan kita di anggurin gitu aja." sungut Caca. Sangat terlihat jelas kekesalan di wajahnya.

Nadia tersenyum, "Udahlah biarin aja. Mungkin mereka butuh waktu buat melepas rindu,"

Jisya tertawa mendengar ucapan Nadia.

"By the way nih Ji, kamu udah lama jadi istrinya Jin?" tanya Nadia.

Jisya menggeleng, "Belum kok, baru sekitar sebulanan lebih deh,"

"Oohh.." Nadia mengangguk-nganggukan kepalanya. "Pasutri baru dong," lanjutnya sambil mencolek-colek tangan Jisya berniat menggodanya.

"Aku kira tuh ya bang Jin gabakal mau nikah lagi, soalnya bucin banget sama almarhum kak Sonya," celetuk Caca.

"Ya bagus dong Ca! kalo Jisya bisa buat Jin bahagia kenapa nggak kan?" terdengar pembelaan dari Nadia.

Jisya hanya tersenyum menanggapi. Jisya bisa menilai kalau Caca itu sedikit judes dan ceplas-ceplos, sangat berbeda dengan Nadia.

"Kalo kakak uda lama sama kak Agus?" tanya Jisya penasaran.

Nadia mengangguk, "Pernikahan aku sama Agus jalan dua tahun,"

Jisya membulatkan matanya, "Wah selamat ya kak, langgeng terus deh. Udah punya si kecil?" tanyanya lagi.

Nadia terkekeh, "Hehe makasih ya, kamu juga tuh. Eum, aku belum punya anak, padahal kami berdua berharap banget cepet dapet anak," ucapnya sendu.

Jisya mengusap bahu Nadia, "Sabar aja kak, nanti juga kalau udah waktunya pasti tuhan kasih kok. Semangat!" ujar Jisya sambil mengepalkan tangannya.

Nadia tertawa melihat apa yang Jisya lakukan.

"Kalau kamu Ca, udah lama pacaran sama Jimin?" tanya Jisya hati-hati.

Caca yang tadinya sibuk memainkan hp nya kini menoleh ke arah Jisya, "Udah jalan tahun ke 8,"

"Lama bangett anjir!"

"Haha iya. Tapi nggak di nikah-nikahin tuh," jawab Caca kesal.

"Sabar Ca, mungkin Jimin belum siap." ujar Nadia sambil memberi Caca jempol.

"Kalo kamu Jisya, gimana bisa ketemu sama Jin? kok bisa tiba-tiba udah jadi istrinya?" tanya Caca penasaran.

"Eh, itu eum—"

"Jisya!"

Perkataan Jisya terhenti saat tiba-tiba Rama memanggilnya.

"Kenapa kak?"

"Jin mabuk."

⟲ ⟲ ⟲ 


Jisya berjalan ke kamar sambil memapah tubuh Jin. Saat sudah sampai dia langsung menidurkan Jin di kasur.

Jisya melepas sepatu dan kaus kaki Jin, lalu dia menyelimuti tubuh suaminya itu. Saat Jisya akan beranjak, tiba-tiba tangannya di cekal oleh tangan kekar Jin.

"Jangan tinggalin aku . ." racaunya.

Jisya kembali duduk di tepian ranjang, dia bisa melihat wajah suaminya dipenuhi oleh keringat dan cekalan itu semakin menguat.

"Aku gabisa hidup kalo gaada kamu, please . ."

"Dia kayanya mimpi buruk," tutur Jisya.

"Mas, bangun . ." Jisya mencoba membangunkan Jin dengan menepuk pelan pipi Jin.

"Aku gabisa gaakan bisa! aku mohon!"

Jisya melihat Jin yang makin menjadi, dia merasa iba. Dia merangkak naik ke kasur, lalu memeluk Jin agar lelaki itu bisa tenang.

"Udah ya Mas, gapapa. Semuanya bakal baik-baik aja." Ucapnya lembut sambil mengusap punggung lebar suaminya.

Jin membalas pelukan Jisya dengan erat. Matanya tiba-tiba terbangun tapi kesadarannya masih belum pulih.

Jin melepaskan pelukan itu, dan memandang wajah cantik istrinya.

"Kamu udah sadar Mas?" tanya Jisya polos.

Jin tidak menjawab, dia malah tertawa. Tangan nya mengelus pipi mulus Jisya, "Ini . . sangat lembut,"

Tangan satunya lagi berada di pinggang Istrinya. Jisya hanya diam tak berkutik melihat kelakuan Jin.

"Istri ya? hahaha" lagi-lagi Jin tertawa. Tawa yang menyeramkan bagi Jisya.

"Mas, sadar! Kamu mau apa? aku ambilin sekarang," katanya sambil mencoba menjauh dari jangkauan Jin.

Jin yang melihat Jisya menjauh langsung memeluk pinggang Jisya dan merapatkan tubuhnya.

"Aku mau apa, hm?" tanya Jin dengan suara berat nan seraknya.

Jisya sangat terganggu dengan posisinya saat ini, dia mencoba melepaskan diri dari Jin.

"Aku mau kamu." lanjut Jin.

Jisya merasa makin tidak aman, dia langsung melepaskan pelukan di pinggang nya dan mencoba turun dari kasur, tapi Jin dengan cepat menangkap Jisya.

"Mas aku mohon, lepasin ak—" ucapan Jisya terhenti karena tiba-tiba bibirnya dibungkam oleh sang suami.

Jisya melotot mendapat serangan tiba-tiba. Tidak! Ini gila! Jin masih didalam pengaruh alkohol dan Jisya harus menghentikan ini semua.

Jisya mendorong Jin dengan kuat hingga pangutan bibir mereka terlepas.

"Mas sadar! kamu sedang mabuk Mas!"

Jin yang melihat istrinya itu semakin seksi dengan penampilannya saat ini semakin membuat hasratnya menggebu. Persetan dengan semuanya, sekarang dia hanya menginginkan istri cantiknya itu.

Jin kembali mencium Jisya dengan bergairah. Dia menahan kedua tangan Jisya untuk memperlancar aksinya.

Sedangkan Jisya hanya bisa pasrah. Percuma untuk melawan pun karena tenaga Jin jauh lebih besar darinya. Rasanya sesak, dia sudah menangis, dia lemah. Bahkan untuk sekedar menghindar pun dia tidak bisa.

Jisya pasrah, siap tidak siap tapi malam ini dia harus merelakan semuanya untuk suaminya.

⟲ ⟲ ⟲ 

Jangan lupa vote dan komen ya!

Second MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang