13. Meresahkan

686 99 4
                                    

Jisya langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tadi saat masuk, ternyata Jin sedang ganti baju, Jisya yang terkejut langsung berteriak lalu menutup matanya rapat-rapat.

Bukan hanya Jisya, Jin juga sama terkejutnya, namun dia pintar menyembunyikan ekspresinya.

Jin buru-buru memakai pakaiannya, sedangkan Jisya masih sibuk menutup matanya rapat-rapat.

"Buka mata kamu,"

Jisya yang mendengar perintah dari suaminya itu langsung menurutinya. Jisya langsung membuka matanya lalu menurunkan kedua tangan dari mukanya.

"Ngapain sih kamu main masuk kamar aku sembarangan hah?" tanya Jin sarkas.

Jisya yang melihat itu mendelik tidak suka.

"Suruh siapa aku gedorin kamu nggak nyaut hah?" jawab Jisya tidak kalah sarkas.

"Ck, sengaja kan pengen modus kaya barusan," kata Jin sambil tersenyum miring.

Jisya yang mendengar perkataan Jin langsung menyimpan kedua tangannya di pinggang.

"Enak aja! Ngapain juga aku modusin beruang kutub?"

Jin memelototkan matanya saat mendengar perkataan sang istri.

"Apa kamu bilang? Beruang kutub?" tanya Jin sambil mendekat kearah Jisya.

"Iya! Be.ru.ang. ku.tub." jawab Jisya sambil menekan kata 'beruang kutub'

Mendengar jawaban Jisya, Jin langsung mendorong Jisya hingga punggung Jisya mentok dengan dinding.

Jisya yang melihat perlakuan Jin tiba-tiba merasa sulit bernafas. Tenggorokan nya terasa sangat panas, dadanya berdegup cepat.

Cantik. Batin Jin tanpa sadar.

"M-mas k-kamu mau ngapain?" tanya Jisya gugup. Pasalnya, dia tidak pernah berada sedekat ini dengan Jin.

"Sepertinya, bibir cantik kamu perlu diberi pelajaran," jawab Jin dengan seringainya.

Jin mendekatkan wajahnya kepada Jisya. Jisya yang melihat itu refleks menutup matanya.

1

2

3

4

5

Jisya tidak merasakan apapun saat sudah menutup matanya. Maka dari itu dia kembali membuka matanya.

Yang dia lihat pertama, adalah wajah Jin dengan seringai yang sangat menakutkan juga menyebalkan bagi Jisya.

"Ngarep aku cium?" tanya Jin dengan nada meremehkan.

Jisya memelototkan matanya mendengar pertanyaan Jin. Dia langsung mendorong tubuh Jin dan cepat-cepat berpindah tempat menjauhi Jin.

"Nggak usah ge-er! Siapa juga yang ngarep gitu?" Jisya mendelik.

"Terus tadi kenapa nutup mata hah?"

"Refleks!"

"Nggak usah—"

"Udah deh mas! Buruan turun ada mamah sama ibu dibawah!" Sesudah mengatakan itu Jisya buru-buru keluar dari kamar itu.

Saat sudah sampai di tangga, Jisya menghentikan langkahnya. Dia memegang dadanya sendiri.

Sialan!

Jantungnya hampir copot akibat kejadian beberapa menit lalu. Benar-benar ya! Manusia bernama Gajino itu sangat meresahkan!

⟲ ⟲ ⟲ 


Jisya bersama Jin, ibu dan mertuanya sekarang sedang berkumpul di meja makan untuk menyantap makan siang.

Setelah menuangkan makanan ke piring sang suami, sekarang Jisya sudah duduk manis sambil menyantap makanannya.

"Mama nggak nyangka loh, Jisya pinter masak," puji sang mertua.

Jisya yang mendengar itu hanya tersenyum, "Nggak sepinter mama ko,"

"Tapi ini enak banget loh Jis! Jeng Laras pinter banget ngedidik anaknya."

"Ah, jeng Nias bisa aja," jawab Laras sambil senyam-senyum.

"Kalo gini, aku ngerasa berhasil milih mantu," katanya sambil tertawa.

Sedangkan Jin sedari tadi hanya diam. Dia memilih fokus saja menyantap makanannya, daripada harus bergabung dengan obrolan rempong ketiga perempuan di sekelilingnya.

"Bisa aja jeng ah," jawab Laras.

"Serius jeng! Liat tuh, Jin aja daritadi fokus banget makannya. Enak kan masakan istri kamu Jin sampe kamu lahap gitu makannya? tanya Nias menatap Jin, Laras juga ikut menatap menantunya.

Jin tersenyum tipis menanggapi pertanyaan sang ibu. "Iya. Enak banget,"

"Uhuk!"

Jisya tiba-tiba tersedak mendengar pernyataan dari Jin.

"Eh Jisya!"

Jin langsung memberikan segelas air putih kepada Jisya. Jisya langsung meminum air itu sambil punggung nya di usap-usap sang suami.

Jisya melirik Jin sesudah meminum air itu, pipinya merah merona mengingat perlakuan Jin barusan.

"Aduh, kalian romantis banget si," puji Nias.

"Iya loh, berasa nonton drakor aku jeng," Laras menimpali sambil tertawa.

Jisya hanya merespon dengan senyum canggung, disertai rona merah di pipinya. Dan Jin hanya diam menanggapi ocehan ibu dan mertuanya.

"Emm, ngomong-ngomong kami udah nyiapin tiket pesawat loh buat honeymoon kalian."

Apa?

Second MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang