Chapter 2

189 21 1
                                    

"Astaga! Ada-ada saja ka Zidan!" Gerutu Achmad kemudian ia menghela nafasnya, ketika kembali ke kelasnya.

"Lu kenapa?" Tanya Lendra sambil mengernyitkan dahinya.

"Itu, gua malah digodaiin sama cewek lain. Padahalkan gua gak kenal itu cewek." Jelas Achmad.

"Ka Zidan kakak kelas kita dulu itu, kan? Dia disini juga?" Lendra bertanya tak percaya karena kakak kelasnya waktu SMP bersekolah ditempat yang sama.

"Iya. Gua juga kaget ka Zidan ternyata sekolah disini."

"Wah, gua pengen deh tanding basket kayak dulu lagi." Ujar Lendra girang.

"Gua juga." Achmad menyetujui ucapan Lendra.

Kring... Kring...
Bel tanda istirahat berakhir pun berbunyi.

Achmad membelakakan matanya lebar-lebar. Ia lupa membeli makanan di kantin gara-gara ka Zidan.

"Shit! Gua lupa beli makanan di kantin." Achmad mengumpat keras.

"Terus???"

"Perut gua dari tadi udah demo minta diisi! Buset, gua kudu makan ini mah. Gak peduli bel istirahat udah selesai."
Setelah mengatakan itu, Achmad berlari ke arah kantin yang sudah kosong melompong karena siswa-siswi yang lainnya sudah berada di kelas masing-masing.

"Bu, pesen nasi goreng sama es teh manis satu. Kalau bisa manisnya, manis banget, kayak muka aku." Ujar Achmad pede. Yang empunya jualan langsung tertawa terbahak-bahak dengan lelucon Achmad.

Selagi menunggu pesanannya, Achmad memilih salah satu meja yang menurutnya bagus. Supaya higienis, pikirnya.

Ketika ia sedang mengamati sekitar, tiba-tiba seseorang mengagetkannya dari belakang.

"Dor!" Teriak orang itu sambari mencekram bahu Achmad dari belakang.

"Wa!" Achmad kaget di buatnya.

Achmad menoleh ke belakang dan ternyata itu adalah, "Ka Zidan!"

"Haha... Kaget dia." Ka Zidan tertawa puas melihat reaksi Achmad.

"Astaga! Kenapa, sih, harus kakak lagi." Keluh Achmad.

"Sabar, ya." Ka Zidan menepuk-nepuk bahu Achmad pelan sambari menahan tawanya.

"Btw, kakak ngapain di sini?"

"Beli jajanan. Laper banget, sih." Jawabnya jujur.

"Oh. Sama dong." Ucap Achmad datar.

Kemudian hening.

Tiba-tiba sebuah suara bentakan membuat mereka berdua menoleh ke arah suara.

"SEKARANG KAMU LARI 20 PUTARAN! HABIS ITU KAMU BERDIRI DI TENGAH LAPANGAN SAMBIL HORMAT PADA BENDERA SAMPAI JAM PELAJARAN SAYA SELESAI!!!" Bentak seorang guru pada seorang gadis yang hanya menunduk saat dimarahi.

Setelah guru itu pergi, gadis itu berlari mengelilingi lapangan. Baru satu keliling, gadis itu sudah berhenti dan terlihat ngos-ngosan.

Achmad melihatnya kasihan. Sedangkan ka Zidan menatapnya berbeda.

"Kasian amat tuh cewek, ya, kak." Tanggap Achmad.

"Hem," jawab ka Zidan asal.

"Lah, si kakak kenapa, ya." Achmad menatap ka Zidan bingung.

Gadis yang tadi dihukum itu berlari menuju arah kantin. Achmad dan ka Zidan memperhatikan gerak-gerik gadis tersebut.

"Bu..., pesen... t-teh... yang... di-ngin.. banget!!!" Pesannya dengan nada suara tak beraturan.

"Iya tunggu aja, ya." Ujar sang ibu.

Gadis tadi duduk disamping meja tempat Achmad dan ka Zidan duduk.

"Em, hai..." Ka Zidan menyapa gadis tersebut.

Achmad melihat ka Zidan dengan tatapan What! Apa maksud lo! Begitulah.

Gadis tadi melirik ke arah ka Zidan kemudian tersenyum, "hai." Sapanya balik.

"Cape, ya?" ka Zidan memulai percakapan.

"Banget, hehe..."

"Kenapa bisa dihukum?" Kali ini Achmad yang bertanya.

"Gak ngerjain tugas sama terlambat masuk kelas." Jawabnya.

"Ouh, kelas berapa?" Tanya ka Zidan.

"Kelas 10 Akuntansi 1."

"Aku kelas 12 Perhotelan 2. Namaku Zidan." Ka Zidan mengulurkan tangannya.

Gadis tersebut menyambut tangan ka Zidan, "Aku Ratu."

"Wah, kalau gitu aku jadi Rajanya, dong." Goda ka Zidan.

"Haha..." Ratu hanya tertawa.

"Alah, bisa aja lu kak!" Ujar Achmad menahan tawa karena melihat ka Zidan menggombal. Seperti bukan ka Zidan saja.

"Ini yang pesan nasi goreng sama es teh manis." Panggil sang ibu penjual.

"Oh, saya-saya." Achmad bergegas menuju pesanannya.

"Ecie, makan lu. Gak bagi-bagi."

"Lah, pesen aja sendiri."

"Ini yang pesan es teh." Suara ibu penjual terdengar kembali.

"Saya," Ratu menuju ke arah pesanan nya.

Ka Zidan menatap Ratu dan Achmad bergiliran. Dia merasa aneh, tidak memesan apa-apa.

"Ka Zidan, mau?" Tawar Ratu sambari menunjukkan es teh nya.

"Boleh?" Ka Zidan seperti tak percaya bahwa Ratu menawarkan minumannya pada dirinya.

"Kalau gak boleh, ngapain aku tawarin atuh." Jawab Ratu kemudian ia tertawa.

"Iya, ya. Boleh, deh." Ka Zidan meminum es teh pesanan Ratu.

"Makasih, ya."

"Sama-sama. Kalau gitu aku pamit dulu, ya. Mau lanjutin hukuman." Pamit Ratu kemudian ia berlalu menuju lapangan.

"Yah, dia udah pergi." Gumam ka Zidan yang terdengar oleh Achmad.

"Oh, ceritanya ka Zidan suka, nih..."

"Apaan sih lu bocah. Diem aja dah." Ka Zidan menatap Achmad dengan tatapan Awas Lo Macem-Macem!

"Oh iya, maap bos." Achmad berpura-pura takut.

"Udah, ah. Gua mau ke kelas aja." Ka Zidan meninggalkan Achmad sendirian.

Nasib jomblo, makan sendiri... Pikir Achmad dalam hatinya.

.
.
.

Bersambung

Rina [Complete✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang