Epilog

70 7 0
                                    

Flashback on

Sehari sebelum jadian, Ka Zidan, Ratu serta Tesa menghampiri kediaman Achmad.

"Achmad, kita mau ngomongin hal serius!" tegas Ka Zidan.

"Hal serius apaan?" Achmad mengernyitkan dahinya, bingung.

"Soal Rina." balas Ratu.

"Oh, pasti kalian mau ngebahas soal hubungan gue sama Rina, kan?" tebak Achmad.

"Iya dan ngebahas juga soal perasaan lo ke Rina." jawab Tesa.

"Eh?!"

"To the point aja ya, Mad. Kita-kita tuh tau kalo lo tuh suka sama Rina." ujar Ratu.

"Soalnya cara mandang lo ke Rina juga udah beda sekarang." tambah Tesa.

"Sepertinya yang kalian bilang bener, deh, gue suka sama Rina. Tapi gue udah terlambat. Rina udah lupain perasaan nya ke gue sekarang." lesu Achmad.

"Dari mana lo tahu? Itu kan cuman perasaan lo aja." Tanya Tesa.

"Rina sendiri yang bilang."

"Dan lo percaya?" tanya Ratu.

"Gimana gak percaya?! Secara sikap dia ke gue juga udah kayak gitu." Achmad menuduk.

"Mad," panggil Ka Zidan. Achmad mengangkat kepalanya dan menatap Ka Zidan.

"Cuma segini perjuangan lo? Bahkan lo aja belum ungkapin perasaan lo ke Rina, Mad. Lo mau gantungin perasaan lo gitu aja? Lo mau akhirin ini semua dengan cara begini? Tanpa nyatain perasaan lo dulu?" Ka Zidan menatap Achmad serius. Baru kali ini Achmad melihat ka Zidan seserius ini.

Achmad memikirkan apa yang dikatakan Ka Zidan. Benar juga apa yang dikatakan Ka Zidan, pikirnya. Ia tak ingin menyesal nantinya.

Ia harus menyatakan perasaan ini. Entah itu akan ditolak mentah-mentah oleh Rina ataupun syukur-syukur diterima.

Achmad menatap Ratu, Tesa dan Ka Zidan bergantian. "Terima kasih, semuanya. Kalau boleh gue mau minta bantuan kalian semua. Besok rencana nya gue mau nembak Rina."

Tesa, Ratu dan Ka Zidan tersenyum lebar. Akhirnya perkataan mereka untuk meyakinkan Achmad tak sia-sia.

Flashback off

"Oh, jadi gitu ceritanya..." Rina manggut-manggut ngerti setelah mendengar cerita dari Achmad, pacarnya.

Hari itu, hari senin. Sudah dua hari Rina dan Achmad berpacaran.

"Kalau alasan kamu nerima aku kenapa?" tanya Achmad penasaran. "Padahal kan waktu itu kamu marah besar sama aku."

"Hem, kenapa, ya..." Rina tampak berpikir. "Oh iya, soalnya pas aku di telepon Tesa dan dikasih tau kalau kamu kecelakaan, aku awalnya gak percaya dan ngira kalau aku di prank."

"Terus pas Tesa bilang kalau ini bukan prank, aku langsung buru-buru ke rumah sakit. Nah, selama di perjalanan aku mikirin kamu terus. Dan berdoa semoga kamu gak kenapa-kenapa. Dan janji kalau kamu bangun, aku bakalan terima kamu semisalnya kamu nembak, haha..." terang Rina.

"Bilang aja ga bisa nolak." Goda Achmad.

"Pede banget!" seru Rina salting.

Rina dan Achmad yang sedang asyik mengobrol tak sadar kalau Ratu dan ka Zidan sedang berjalan ke arah mereka.

"Woi yang baru pacaran!" seru ka Zidan mengagetkan Rina dan Achmad.

"Apa sih kak, ganggu aja." sebal Achmad.

"Oh yaudah, yuk pergi, beb, kita katanya ganggu mereka." ujar ka Zidan yang langsung menggandeng tangan Ratu.

"Dih, marah." Celetuk Rina.

"Biarin." Ka Zidan manyun sebal. Ratu hanya tertawa melihat kelakuan mereka bertiga.

Lalu sebuah suara yang mereka kenal membuat Rina, Achmad, ka Zidan dan Ratu melihat ke arah kejadian.

Disana terlihat Tesa sedang tertawa bersama seorang lelaki.

"TESA?!!" teriak mereka bersamaan. Tesa yang terkejut menoleh.

"Kalian?" kagetnya.

"Tunggu, gue kayaknya kenal sama laki-laki yang ada disebelah Tesa, deh." celetuk Achmad tiba-tiba.

"Gue juga kayak yang kenal, deh, kayak pernah ngelihat dia dimana gitu." Timpal ka Zidan.

"Siapa-siapa?" tanya Ratu penasaran.

"ALREN?!!" Teriak Achmad dan ka Zidan tiba-tiba.

Alren tertawa melihat hal itu. "Yo!" katanya sambari tersenyum manis.


-END-
(Lanjutan cerita ada di "Tesalonika")

Rina [Complete✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang