Teater

15 2 0
                                    

Teater

Rintik deras mengguyur kota
Kau dengan baju batman-mu, menggelitikku
Uluran tanganmu dengan kotak pink mengagetkanku
Satu kotak susu yang membuatku bertanya-tanya
Apa maksudnya ini?

Namamu yang sangat asing
Selalu berusaha tetap ku eja
Padahal temu baru beberapa
Tapi ternyata kau berhasil menginvasi

Dan di gelap studio satu
Terpisahkan satu buah kursi
Aku mulai memperhatikanmu dalam bisu

***

Satu langkah, dula langkah. Perkara langkah-melangkah sepertinya memang jago kau mainkan. Saat aku harus berpura-pura tak terjadi apapun kemarin lusa, kau justru mengagetkanku. Kotak itu. Satu kotak karton mengacaukanku. Pink pula!

Aku bingung saat kau memberikannya padaku dalam diam di hadapannya.

Apa yang sedang kau lakukan?
Apa yang sedang kau mainkan?

Pertanyaan-pertanyaan itu aku coba enyahkan. Aku takut segalanya tak berjalan semestinya, maksudku, aku tidak ingin terjebak di perasaan-perasaan yang berawal dari prasangka diriku saja.


Rintik gerimis malam menyaksikanmu; menyaksikan uluran tanganmu; menyaksikan aku dan kau.

Tapi aku hanya mengabaikannya. Bergegas ingin aku melihat Ordinal Scale yang masih hangat diperbincangkan. Demi film itu, segalanya ku kesampingkan. Dan mungkin esok hari aku menyesal telah mengenyahkan hal manis darimu. Mungkin aku telah salah menginjakkan kaki. Mungkin aku memang akan ditakdirkan di lintasan yang tak pernah aku inginkan.

Jadi, kau canggungkan aku, lantas kenapa aku tak menarik diri?

THE DAWN RIGHT BEFORE THE SUN RISESWhere stories live. Discover now