1. Two Angels

10.1K 551 31
                                    

Annabeth.

"Apa yang terjadi?" Aku benar-benar tak mengingat apapun yang terjadi. Namun kini aku tengah berdiri di sebuah kamar suatu rumah sakit.

Aku hanya bisa berdiri diam tanpa berkedip sama sekali. Tubuhku terasa ringan, tapi di satu sisi kepalaku amat sangat pusing. Banyak memori yang seolah selalu ditarik makin jauh, makin jauh, hingga aku benar-benar tak mengingat apapun lagi.

"Argh!!!" Aku mengerang sambil memegangi kepalaku yang terasa dihantam oleh sebuah batu besar.

Aku mengerang keras, nyaris histeris. Tapi semua orang disekelilingku tidak ada yang peduli.

Kemudian aku yang tadinya terduduk lemas berusaha berdiri. Namun kemudian bibirku terbuka dan setetes air mataku tiba-tiba saja jatuh ketika aku menyadari satu hal.

Ada seorang wanita yang tubuhnya penuh ditempeli oleh alat bantu pacu jantung. Tertidur lelap dengan kulit dan bibir yang begitu pucat.

"Itu aku." Lirihku dengan lemas.

Ya, itu aku dan aku sangat menyadarinya. Para dokter dan suster berkeliling disekitarku, sedangkan sebuah alat berbentuk kotak di samping kasurku hanya menampilkan garis-garis lurus dengan suara yang begitu nyaring.

"Annabeth! Tidak!"

Aku menoleh dengan cepat. Melihat seorang lelaki berkacamata memegangi dan mengusap-usap tanganku yang terbujur kaku disana dengan begitu erat.

"Kau tidak boleh meninggalkanku, Annabeth! Kau tidak boleh meninggalkan kita!" Serunya dengan keras.

"Annabeth sudah tidak ada. Dia sudah menyerah." Ucap sang dokter dengan tatapan kosong.

Aku menggeleng dengan keras dan berjalan kearah lelaki berkacamata itu. "Aku masih disini. Aku masih hidup!" Teriakku.

"Annabeth!" Dia makin menangis meraung-raung.

Kemudian aku mengulurkan tanganku, mencoba meraihnya. "Hei—"

Dan kemudian aku terdiam sejenak. Suara tangisan lelaki berkacamata itu masih terdengar jelas di telingaku. Namun kini tanganku bergetar hebat, setelah aku menyadari satu hal.

Bahwa tanganku tak bisa menyentuh balik tangan sang lelaki itu. Tanganku bagai bayangan yang tembus pandang serta dapat melewati tubuhnya begitu saja.

Aku merasa kejadian seperti di film-film horror yang aku lihat terjadi padaku. Aku berdiri di depan tubuhku sendiri yang terbujur kaku, terdengar suara orang yang menangisi kepergianku.

"Tidak! Aku tidak meninggal!" Teriakku. "Aku masih disini! Belum meninggal! Hei, kau lihat aku, bukan?"

Aku terus mendekati beberapa suster yang seolah menatap iba kearah tubuhku yang terbujur kaku di kasur rawat inap. "Suster, aku disini! Aku—"

"Annabeth!"

Ucapanku langsung terputus ketika aku melihat seorang wanita yang berwajah keibuan langsung berlari masuk kedalam ruangan dan memeluk tubuh kaku-ku yang dingin. "Annabeth! Dia belum meninggal kan, Fredd? Anakku baik-baik saja, bukan?!" Tanyanya dengan histeris.

Lelaki berkacamata itu ternyata bernama Fredd. Dia tidak menjawab, melainkan langsung menundukkan kepalanya dan semakin terisak.

"Annabeth sudah meninggal, Ms. Ramsey." Jelas dokter itu sambil memegang pundak wanita yang berwajah keibuan itu.

THE NOT PERFECT NOORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang