7. Some Memories

2.6K 314 30
                                    

Song: Almost is Never Enough - Ariana Grande

...

Noah.

Aku adalah orang yang suka sekali memperhatikan apapun. Termasuk orang di sekitarku, orang terdekatku dan sekarang yang sedang aku perhatikan adalah seorang wanita galak yang biasanya menjadi seorang wanita yang begitu periang, lembut dan terlihat bersemangat.

Noora, wanita yang sedang mendorong troli belanjaan dengan semangat ini sedang memasukkan beberapa kotak sereal, roti, selai strawberry, selai cokelat kacang dan bahkan selain blueberry yang membuatku merenung sejenak.

Semenjak aku menceritakan tentang Ann kepada Noora, aku merasa Ann berada di dekatku sekarang. Aku merasa jika ada beberapa sisi dari diri Noora yang aku lihat mirip dengan Ann. Terbukti sekarang saja Noora mengambil selai-selai kesukaanku yang biasa disiapkan oleh Ann.

"Kau mau membeli semua selai ini, Noora?" Tanyaku sambil membantunya mendorong troli belanja.

Noora yang sedang berjalan kemudian melirik kebelakang sedikit menghadapku. "Untukmu dan untukku."

"Untukku?"

"Tentu saja. Kau kan akan sarapan setiap pagi bersamaku." Jawab Noora yang membuatku langsung mengerutkan dahi dan tertawa sedetik kemudian. "Kenapa tertawa? Apakah ada yang salah?"

"Noora," aku menahan tawaku sejenak, lalu menatapnya sambil tersenyum geli. "Aku akan kembali ke Brooklyn dan tidak setiap pagi aku bisa sarapan denganmu di apartemenmu. Karena aku juga tidak ingin selalu menginap di apartemenmu."

Aku kemudian berjalan mendahuluinya, mendorong troli belanja kembali dan membawanya ke kasir.

"Kau mau kembali ke Brooklyn untuk mencari Ann lagi?" Tanya Noora sambil berjalan menyusulku.

Sebelum aku menjawab, aku sengaja meliriknya dan entah ini perasaanku saja atau bagaimana, tapi aku seperti melihat ekspresi sendu di wajahnya.

"Aku akan terus mencari Ann, Noora." Jawabku.

"Tapi bagaimana jika Ann tidak berada di Brooklyn?" Tanya Noora yang membuatku langsung menoleh dengan cepat kearahnya.

"Kenapa kau tiba-tiba bisa berbicara seperti itu?" Aku balas bertanya, tanpa menyadari jika aku terlihat begitu penasaran.

Namun sedetik kemudian aku melihat Noora langsung mengalihkan tatapan kearahku dan terlihat gugup. "A-aku hanya menebak."

"Astaga," aku menghela napas sambil menyisir rambutku dengan jari. "Maaf. Tapi aku selalu resah dan sensitive jika membahas Ann. Lagipula akan terdengar bodoh jika aku menganggapmu mengetahui sesuatu tentang Ann, kalian juga tidak saling mengenal."

Noora hanya mengulum bibirnya dan kembali mengikutiku berjalan kearah kasir, mengantri sebentar dan kemudian membayar belanjaan kami berdua.

Sepanjang perjalanan pulang, aku memilih untuk diam sambil berjalan dengan Noora. Aku terlalu memikirkan Ann, benar-benar merasa merindukannya sekarang.

Perasaanku semenjak dia meninggalkan sebuah surat yang berisi permintaan maafnya karena tidak bisa menjadi kekasih yang pantas untukku masih sama. Aku masih merasa takut, khawatir dan juga resah.

Dadaku terasa berat, kemungkinan-kemungkinan terburuk selalu hinggap di pikiranku. Namun tak jarang juga aku berusaha memikirkan banyak hal-hal positif untuk keselamatan Ann saat ini.

"Wah, salju turun!"

Aku menghentikan langkahku, terdiam melihat punggung Noora. Dia berhenti di tengah trotoar jalan begitu saja, menengadahkan tangannya yang tanpa sarung tangan agar bisa merasakan tetesan salju di telapak tangannya.

THE NOT PERFECT NOORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang