25. Cap Off Heart

1.9K 399 83
                                    

Song: Nothing Like Us - Justin Bieber

---

Noora

"Bagaimana keadaan Ann? Dia baik-baik saja, bukan?"

Aku langsung berdiri disamping Noah, menatap dokter yang baru saja keluar dari ruangan Ann. Bukannya langsung menjawab, dokter itu sempat menatap Noah sebentar.

"Saya ingin berbicara dengan keluarga nona Annabeth Ramsey." Kata dokter itu.

"Saya ibunya." Tiba-tiba saja ada seorang wanita berjalan mendekati kami dengan wajah cemas.

Dokter itu mengangguk. "Annabeth mungkin saja membutuhkan semangat sekarang. Lebih baik Anda ikut masuk kedalam."

"Bolehkah aku masuk kedalam?" Tanyaku tiba-tiba. "Bersama Noah."

Setelah berucap seperti itu, ibunda Annabeth langsung menatap kami dengan risau. Tapi entah kenapa, setelah Althaf berdiri mendekati kami, ibunda Ann yang seolah ingin menolak langsung kembali mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

"Kami bukan orang asing." Tambahku untuk meyakinkan. "Aku mengenal Ann, sangat mengenalnya dan lelaki disampingku adalah tunangannya. Aku mohon, kau bilang jika Annabeth butuh semangat dan aku yakin jika kami adalah semangatnya untuk tetap hidup di dunia ini."

Semuanya terdiam sejenak, kalut dalam pikirannya masing-masing. Kecuali aku yang makin erat menggenggam tangan Noah untuk menguatkannya.

"Baiklah, ikuti saya kedalam."

Aku menghela napas lega dan menarik tangan Noah dengan lembut ketika memasuki ruang penanganan darurat Annabeth. Kami harus memakai baju berwarna biru muda yang sudah di strelisasi dan juga masker serta sarung tangan.

Aku dapat mencium aroma obat-obatan yang khas, begitu pekat. Entah kenapa dadaku langsung merasa sesak ketika aku mendengar suara alat pendeteksi detak jantung yang berjalan begitu lambat.

"Saya tidak ingin mengatakan apapun. Karena saya yakin jika Annabeth bisa mendengar apa saja yang kita bicarakan. Dia hanya membutuhkan kekuatan dan semangat hidup dari kalian semua." Ucap dokter itu lagi.

Noah sudah melepas genggamanku dari tadi. Ibunda Annabeth sudah meneteskan air mata dalam diam. Hanya bisa menatap Ann dengan pilu.

Kini, untuk pertama kalinya, aku melihat tubuh Ann secara nyata. Tubuhnya yang begitu kurus dengan bagian bawah mata yang cekung kedalam. Kulitnya begitu pucat. Membuatku tanpa sadar ikut meneteskan air mata dalam diam.

Aku hanya mengenal Ann melalui arwahnya yang mendatangiku, bertukar tawa, bertengkar, bertukar cerita, bahkan aku mengijinkan Ann mengontrol diriku ketika merasukiku. Kata 'sahabat' seolah layak aku berikan kepada Annabeth.

Aku merindukan senyuman merekah miliknya, aku merindukan iris mata cokelatnya yang menatapku hangat ketika mendengar ceritaku, aku merindukan matanya yang menyipit membentuk bulan sabit ketika tertawa keras. Aku rindu, mendengar suara tawanya.

Kemudian aku melangkah kearahnya, dan mensejajarkan bibirku dengan telinganya. "Ann, maafkan aku."

Hatiku terenyuh, terasa di remas ketika aku berbisik pelan di telinganya. "Kau jangan kemana-mana ya, Ann. Disini saja, menemani aku, Noah, dan ibumu."

Ibunda Ann mengusap air matanya ketika aku menatap dirinya. Sedangkan Noah hanya mengangguk pelan, tapi aku tahu jika lelaki itu tersenyum tipis dibalik masker yang dia kenakan.

THE NOT PERFECT NOORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang