32. You and I

2K 378 30
                                    

Noora

Musim semi yang seharusnya membuatku sedikit merasakan suatu kehangatan kini seolah tak memberikanku kehangatan itu.

New York yang biasanya memberikan keceriaan, kini malah menjadi kota dimana aku terus dirundung perasaan duka.

Annabeth sudah meninggal dan setiap teringat tentang fakta itu, dadaku terus terasa berdesir setiap mengingat namanya.

Annabeth sudah dikuburkan satu bulan yang lalu di tempat dia menghembuskan napas terakhirnya. Yaitu di desa Polpperro, Inggris. Masih jelas ingatanku tentang hari dimana pemakaman Annabeth berlangsung.

Aku memilih tidak datang ke gereja karena disana ada banyak kerabat—bangsawan Inggris yang datang untuk mengucapkan belangsungkawa kepada keluarga Zachary, khususnya kepada Noah. Karena bagaimanapun, Ann sudah hampir menjadi bagian dari keluarga Zachary seutuhnya.

Namun sepertinya takdir berkata lain. Ketika Tuhan sangat menyayangi Ann dan membuat Ann pulang ke terlebih dahulu. Aku yakin Ann sudah tidak merasakan atau menahan sakit yang selama ini terus menganggu dirinya.

Ann pasti sudah baik-baik saja diatas sana. Tapi aku masih ingat sekali, ketika aku lebih memilih memperhatikan pemakaman Annabeth dari jauh, aku hanya bisa berdiri diam beberapa meter dari pemakaman. Berdiri di balik pohon sambil membawa rangkaian bunga yang kemarin Ann petik.

Ada seseorang yang terlihat tidak baik-baik saja ketika pemakaman itu berlangsung. Ada seseorang yang hatinya seolah benar-benar patah dan putus asa ketika wanita yang hendak ia persunting sudah meninggalkan dunia ini.

Orang itu adalah Noah.

Melihat Noah hanya diam tanpa ekspresi apapun di dekat batu nisan Ann membuatku miris ketika memperhatikannya. Noah cuma memberikan tatapan kosong ketika beberapa teman dan kerabat dekat Ann memberikan ucapan terakhir untuk Ann dihadapan semua orang yang datang di pemakaman.

Bahkan Noah menolak untuk memberikan kata-kata terakhir untuk Ann dihadapan banyak orang saat itu. Noah hanya diam, sampai satu persatu orang meninggalkannya di pemakaman sendirian.

Sedangkan aku, kakiku masih terpijak kaku beberapa meter dari Noah. Aku membiarkan Noah menghabiskan waktu berdua dengan Ann, seperti dulu ketika Ann masih ada dan aku yang memilih pergi menjauh—menatap bagaimana Ann dan Noah saling menghabiskan waktu kala itu.

Hingga kemudian aku memberanikan diri melangkah mendekati Noah ketika suasana sudah benar-benar sepi.

Noah yang tidak melakukan apapun dihadapan batu nisan Ann hanya menoleh sejenak menatapku, dia mengerjapkan matanya, kemudian menatap buket bunga yang aku buat sendiri.

Aku menaruhnya persis dihadapan batu nisan Ann dan ikut berdiri di sebelah Noah. Entah kami berdiri diam serta larut dalam pikiran masing-masing ini sampai berapa menit.

Tapi tiba-tiba saja Noah mulai berbicara. "Ann tidak salah memilihmu menjadi teman baiknya. Selama ini, hanya Paris yang menjadi teman baik Ann."

"Kenapa kau bisa tiba-tiba berbicara seperti itu?"

"Terimakasih sudah mewujudkan keinginan Ann." Jawaban Noah membuatku benar-benar menatapnya. "Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, Ann ingin sekali menjadikan bunga-bunga yang dipetiknya itu menjadi buket bunga. "

Aku mengangguk kaku. Bukannya sebuah senyuman, tapi yang muncul adalah setetes demi tetes air mata jatuh membasahi pipiku. Belum-belum aku sudah merindukan Ann, dada ini rasanya sesak ketika aku kehilangan orang yang berarti untukku.

THE NOT PERFECT NOORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang