3. Toko Buku Lagi

484 71 71
                                    

Rara Pov.

Sejauh mata memandang hanya rintik hujan yang terlihat. Hujan mengingatkanku pada kenangan masa lalu, kenangan buruk itu masih hinggap di benakku. Sulit rasanya untuk melupakannya. Sepertinya kenangan buruk itu permanen melekat di benakku. Okay enough, ini bukan waktunya untuk galau-galauan mengingat masa lalu.

Jarum jam terus bergerak memutar menunjuk pukul 14.55. Lima menit kemudian bel pulang sekolah berbunyi.

Namun bagiku lima menit saat ini terasa seperti lima jam. Arghh fisika membosankan, ku ingin bolos rasanya, mengingat diriku merupakan contoh teladan bagi siswa-siswi lain segera ku urungkan niatku.

Rasanya hari ini aku begitu lelah, belum lagi sepulang sekolah nanti akan ada rapat osis, ya, aku tahu ini memang resiko, ini keputusan dan sudah menjadi tanggung jawabku, semua yang kita kerjakan pasti akan ada manfaat dan resikonya, tinggal bagaimana kita menjalaninya.

Pandanganku ku arahkan ke arah luar jendela, melihat derasnya hujan di kota Jakarta. Saat ini kota Jakarta sudah basah diguyur hujan, kota yang biasa mereka sebut sebagai kota sumber masalah. Pemukiman kumuh, kemacetan, banjir, copet, semua hal negatif termuat di dalamnya. Jujur, aku pun sempat berpikir seperti itu, namun rasanya Jakarta tak seburuk itu.

Aku diam sembari memikirkan perkataan Raihan kemarin yang masih terngiang-ngiang di benakku. Mengapa? Mengapa aku jadi memikirkannya? Oh okay, forget it.

Penduduk lelaki di kelasku tampak sangat bersemangat mengikuti pelajaran fisika ini. Jelas, guru fisika kami body goals, tak heran jika mereka semangat mengikuti pelajaran. Berbeda dengan penduduk perempuan kelasku, mereka tampak jengah dengan rumus-rumus yang tertulis di white board kelas.

Lima tahun kemudian. Ralat. Lima menit kemudian maksudku. Bel pulang sekolah berbunyi nyaring.

"Siang anak-anak, jangan lupa tugasnya!" kata Bu Yani sambil mengingatkan, beliau lantas berjalan meninggalkan kelas sebelas IPA 2.

"Ra, temenin gue ke gramed yuk!" ajak Nessa yang duduk disampingku.Hingga saat ini aku sama sekali tidak merasa bosan sebangku dengannya, aku juga tidak merasa bosan mendengar ocehannya, bagiku ocehannya dapat menjadi penghibur disaat ku sedang suntuk.

"Sorry Nes, gue ada rapat osis, next time ya. Lo sih kemarin gue ajak ga bisa."

"Ya udah deh no problem, gue balik duluan bye," ujar Nessa sedikit kecewa lantas berjalan meninggalkan kelas, tak lupa ia lambaikan tangan kepada ku dan teman-teman yang lainnya.

"Ra, gue duluan ke ruang osis ya," kata Naomi yang juga merupakan anggota osis, Naomi menjabat sebagai sekretaris 1.

Aku hanya menjawab dengan anggukan sembari memasukkan buku-buku seabrek ke dalam tas abu-abu ku.

Aku berjalan menuruni tangga koridor lantai 3 dan berjalan menuju koridor lantai 2 dimana ruang osis berada. Dari lantai 2 kulihat Raihan sedang berada di lapangan basket, pandanganku bertemu dengannya. Aku tersadar dan teringat sesuatu, bahwa Raihan mengajakku pulang bersama, segera ku buka ponselku dan mengirim pesan untuk Raihan.

Lo duluan aja, gue ada rapat osis.

Raihan
Gue tunggu sekalian gue mau basket dulu.

Ku kira Raihan akan meninggalkanku ternyata dia ingin menungguku. Melihat jawaban Raihan langsung ku masukkan ponselku dan kembali berjalan menuju ruang osis.

Sesampainya disana sudah banyak yang menungguku. Ku pakai jas almamater warna biru donker itu. Ku berjalan menuju bangkuku, teman-teman osis lainnya sudah siap duduk di bangku masing-masing. Winda dan Naomi, si sekretaris osis juga sudah siap dengan pulpennya. Segera ku buka acara rapat hari ini.

Zona NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang