9. Tatapan Salah Alamat

494 28 21
                                    

Rara berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Pemandangan yang pertama kali dilihatnya di koridor kelas adalah kerumunan siswi yang memandang ke bawah ke arah parkiran sekolah. Kini mereka tengah bergosip ria. Rara didera rasa penasaran. Rara segera masuk di antara kerumunan siswi itu.

"Itu anak barunya?"

"Cakep amat ya Tuhan."

"Vitamin di pagi hari."

"Siapa sih namanya? Raihan?"

"Gue jatuh cinta kayaknya."

"Eh kabarnya dia lagi deket sama si ketos."

"Iya dia lagi deket sama Rara katanya."

"Gue yakin yang gatel pasti Rara."

Sesungguhnya mereka memang tidak tahu keberadaan Rara di sana atau memang sengaja membicarakan Rara di depannya? Entahlah, Rara mencoba untuk tak peduli dengan pembicaraan mereka.

Sabar Ra sabar. Batin Rara ketika mendengar kerumunan siswi yang membicarakannya. Dari lantai dua, dilihatnya Raihan di parkiran sekolah sedang melepas helm fullfacenya dan mengusap rambutnya ke belakang sebelum turun dari motornya. Raihan menaruh helm di spion motornya. Raihan mengangkat kepalanya, pandangannya diarahkan tepat pada kerumunan siswi yang sedari tadi memperhatikannya. Pandangannya bertemu dengan Rara yang juga menatapnya.

"Ya ampun Raihan natap gue ya?"

"Hayati meleleh ditatap gitu."

Celetuk beberapa siswi di kerumunan itu. Dengan segera Rara mengalihkan pandangannya dan berjalan masuk ke kelas. Raihann segera meningalkan area parkir. Ternyata tidak hanya Rara yang merasa ditatap Raihan, beberapa siswi yang berada di kerumunan juga merasa ditatap Raihan. Entahlah, mengapa Rara jadi ke-geer-an seperti ini.

Rara menjatuhkan pantatnya di bangkunya. Pandangan Rara menyapu seisi kelas, Rara mencari di mana keberadaan makhluk-makhluk yang selama ini selalu menemaninya, alias sahabatnya. Rara tak menemukan Nessa, Naomi, Aya, dan Kinta. Akhirnya Rara memilih untuk membaca novel saja ditemani semilir angin pagi.

Ketika Rara tengah terhanyut dalam imajinasi novel, datanglah makhluk-makhluk yang entah dari planet apa. Rara menatap mereka heran dengan sikap mereka yang mendadak heboh.

"Kenapa lo?" tanya Rara.

Aya heboh sendiri mengetahui kabar bahwa akan ada ulangan matematika dadakan.

"Parah parah."

Nessa juga ikut heboh, ia segera mengatakan kabar buruk yang akan menimpa mereka nantinya, "Tadi kita denger kabar buruk dari anak-anak kelas sebelah katanya bakal ada bencana besar menimpa kelas kita."

"Bencana apa?"

"Ulangan matematika dadakan woy."

"Tenang, ada gue sama Naomi, kunci jawaban berjalan. Iya kan Nom?" tanya Rara seraya menaik-turunkan alisnya menatap Naomi.

Naomi menjawab sembari memutar bola mata malas, "Hmm."

"Tumben lo baik, biasanya pelit banget kalau urusan sedekah jawaban." Kinta heran, jarang sekali Rara mau berbagi jawaban.

"Gue baik salah, jahat salah. Beginini contoh manusia kurang bersyukur." Sesungguhnya Rara berbagi jawaban dengan maksud tertentu.

"Tapi ada syaratnya."

"Tuh kan bener, mana mungkin sih Rara ikhlas lahir batin berbagi jawaban."

"Apa syaratnya?"

"Gini, hari sabtu minggu gue bakal home alone, malem minggu kalian nginep di rumah gue ya? Gue takut kejadian piano di rumah bunyi sendiri terjadi lagi, ya ya ya? Kalau ga mau ya udah ga jadi bagi-bagi jawaban."

Zona NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang