08

2 1 0
                                    


Laras sama sekali tidak bisa bergerak ketika Tiara dan kedua anteknya-Riris dan Harda- menyeret Laras kedekat gudang. Padahal mereka adalah teman sekelas Laras, tapi bukannya mendapat sambutan pertemanan justru Laras medapat sambutan permusuhan. Mereka adalah tiga orang dari sekian banyak orang yang sukan membully Laras, dan mereka baru saja akan memulai aksinya.

"lo tahu kenapa kita kita nyeret lo kesini?", tanya Tiara sambil mencengkram rahang Laras sedangkan Riris dan Harda memegang kedua lengan Laras agar dia tidak bisa bergerak apa lagi melawan.

Laras hanya diam dan tak berniat menjawab. Sudah sering kejadian ini terjadi selama hidupnya, jadi ia tidak terlalu kaget menghadapi situasi ini lagi. Walaupun ia tahu tidak ada yang bisa ia lakukan tapi ia tetap berusaha untuk kuat. Laras tidak tahu kenapa Tiara dan kedua anteknya itu menyudutkan Laras seperti ini, tapi ia tidak ambil pusing. Toh biasanya setiap orang yang membullynya memang tidak punya alasan yang jelas.

Melihat Laras yang tidak menjawab terlebih lagi tatapan Laras yang terkesan tidak perduli membuat Tiara semakin menggeram. Cengkraman dirahang Laras semakin kuat membuat Laras sedikit meringis kesakitan.

"lo itu memang cewek yang gak tahu diri ya, belum cukup lo deketin Danial sekarang lo mau dekatin Landa juga?!", Laras sempat menatap Tiara kaget. Oh, jadi karena kejadian dikelas tadi? Good! Belum selesai masalah dengan fans fanatic Danial kini Laras harus berurusan dengan fans fanatic-nya Landa juga.

Entah ini keberuntungan atau bahkan malapetaka buat Laras. Yang jelas berurusan dengan anak populer itu membuat hidupnya semakin menderita. Belum cukup dengan penderitaannya dirumah kini malah bertambah disekolah. Terkecuali untuk Danial tentunya.Huft!

"gue gak pernah deketin Landa", jawab Laras sekenanya.

"terus tadi apa?! Kenapa Landa bela lo!"

"man ague tau. Tanya aja sama Landa"

Plak!

Tiara menampar pipi Landa hingga bekas kemerahan tercetak disana. Kepala Laras yang sempat tertoleh kekiri akibat tamparan Tiara, langsung menatap tajam cewek dihadapannya. Tiara tersenyum meremehkan.

"kenapa? Lo mau balas gue hah! Ngaca dulu sana", Tiara menoel kepala Laras.

Tidak ada yang dapat Laras lakukan selain menatap tajam Tiara, kedua tangannya masih dipegang erat oleh kedua antek Tiara. Bahkan jika Laras menendang, maka dapat dipastikan kakinya akan patah. Tiga lawan satu, jelas sudah dapat ditebak siapa yang menang.

"sedang apa kalian!", tiba-tiba suara tegas tapi lembut itu menyapa mereka. Suara malaikatnya, Danial.

Seketika itu juga Laras langsung tersenyum sedangkan Tiara dan kedua anteknya langsung melepaskan Laras dan berjalan mundur selangkah dari Laras. Mereka terlihat tersenyum kikuk kearah Danial yang berjalan semakin dekat dengan kedua telapak tangan di selipkan di kedua sisinya.

"ka-kami gak melakukan apapun kok Dan, kami hanya bercanda aja", jawab Tiara gugup. Bahkan Laras dapat melihat Tiara mulai keringat dingin.

Selama ini siapa yang tidak tahu tentang hubunga Laras dengan Danial? Bahkan walaupun setiap harinya Laras selalu dibully karena dekat dengan Danial. Itu tetap tidak bisa memisahkan mereka, justru terkadang semua orang dapat melihat Laras dan Danial saling tebar kemesraan. Dan kini jika Danial tahu Tiara membully Laras, sudah ditebak apa yang akan terjadi.

Denial memicingkan mata sambil menatap tajam kearah Tiara dan kedua anteknya kemudian langsung berubah lembut kearah Laras. "benar itu Ras?", tanya Danial lembut.

"ia", jawab Laras lengkap dengan senyum termanis yang biasa Laras tunjukkan untuk Danial.

Denial kembali menatap tajam kearah Tiara, merusaha mengintimidasinya. Tapi beberapa detik kemudian tatapannya berubah menjadi tatapan bersahabat.

"yaudah kalau gitu kita kekantin yuk", ajak Danial sambil menggenggam tangan Laras.

"yuk"

Laras dan Danial pergi, meninggalkan Tiara dan kedua anteknya dalam keadaan emosi. "kali ini lo selamat Ras, tapi lain kali gue yang mastiin lo bakal dapat yang lebih dari ini kalau gue lihat lo deketin Landa lagi", desis Tiara sambil menatap tajam kearah punggung Laras yang semakin menjauh.

Tanpa mereka semua sadari, dibalik tembok tidak jauh dari tempat Tiara berada. Landa berdiri disana, menatap Tiara dan kedua anteknya dengan marah, rahangnya mengeras dan kedua buku tangannya memutih karena terlalu kuat menggenggam.

Landa melihat semuanya, termasuk ketika Tiara menampar Laras. Tapi ketika namanya disebut, Landa memilih bersembunyi sejenak untuk mengetahui alasan dari tindakan Tiara. Dan ketika tindakan Tiara semaki parah, disanalah Landa ingin keluar dari persembunyiannya tapi keduluan Danial yang datang.

Jadi ini semua karena gue? Sorry Ras, gue memang biang masalah buat lo, gue janji gue gak akan coba deketin lo lagi. Walaupun perasaan ini gak bisa bohong kalau gue suka sama lo, tapi demi kebaikan lo gue rela korbanin perasaan gue. Lagi pula lo udah punya Danial, jadi gue cukup jadi bayang-bayang lo . desis Landa sambil berjalan menjauh.

Setelah mendapatkan tempat duduk yang kosong dan membeli makanan dikantin, Danial dan Laras mulai memakan makanannya sambil sesekali Danial menggoda Laras dan sukses membuat pipi Laras memerah seperti kepiting.

"oh ia, tadi aku dapat nilai tertinggi loh di ulangan biologi kemarin", kata Laras disela-sela makannya.

Denial tersenyum bangga hingga menampilkan deretan giginya yang rapi. "wahh pacar aku hebat deh", kata Danial sambil menoel hidung kecil Laras.

"hebat dong, siapa dulu"

"kalau gitu sebagai ucapan selamat buat kamu gimana kalau kita jalan weekend depan", sontak Laras langsung menatap Danial tidak percaya.

"kamu lagi ngajakin aku kencan?", tanya Laras memastikan.

Tentu saja, pasalnya selama hampir setahun mereka pacaran Danial sama sekali tidak pernah mengajak Laras kencan. Apa lagi kalau bukan karena kesibukan Danial yang notabenya seorang ketua OSIS dan ketua tim basket sekaligus, ditambah lagi sekarang Danial udah mulai les tambahan dan semakin sempitlah waktu Danial untuk Laras.

"bisa dibilang begitu sih. Gimana, kamu mau kan? Lagian selama kita pacaran kita gak pernah jalan berdua"

"gimana ya", Laras pura-pura berpikir sambil menoel-noel dagunya dengan jari telunjuk.

"Danial!", lagi-lagi teman Danial memanggil disaat yang tidak tepat. Disana, cowok tinggi berambut hitam legam itu mendekat kearah meja Danial dan Laras.

"apaan Put", tanya Danial setelah melihat siapa yang memanggil.

"dipanggil Pak Tompul tuh, katanya masalah basket", jawab orang yang dipanggil Put atau Putra oleh Danial.

Denial mendengus sebal. Lagi-lagi disaat yag tidak tepat. Ketika ia ingin menghabiskan waktunya bersama dengan Laras, pasti ada aja yang ganggu. Tapi semenit kemudian Danial langsung berdiri.

"aku pergi dulu ya", kata Danial sambil mengelus pucuk kepala Laras dengan sayang "soal ajakan kencan aku yang tadi, aku gak terima penolakan!", lanjut Danial kemudian langsung pergi tanpa mau mendengar kata-kata Laras yang hendak dikeluarkan gadis ber-sweeter merah muda itu.

Papper umbrella (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang