07

3 1 0
                                    

Seharusnya diwaktu yang mendekati ujian nasional ini semua murid kelas tiga diwajibkan belajar penuh, tapi sepertinya Kepala Sekolah SMA Jaya Bangsa itu memiliki pendapat lain tentang ujian nasional . Atau mungkin dia menganggap Danial adalah murid yang sangat jenius hingga sampai menyuruh Danial menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempersiapkan acara ulang tahun sekolah yang tepat dilaksanakan sebulan lagi.

Denial yang masih menjabat ketua OSIS tentunya tidak bisa menolak ketika Kepala Sekolah yang langsung menyuruhnya. Walaupun berat hati Danial mengangguk setuju.

Sebenarnya yang jabatan ketua OSIS harus dilepas Danial mengingat ia sudah kelas tiga, tapi semua anggota OSIS setuju jika pemilihan ketua OSIS yang baru akan dilakukan disemester dua. Danial yang saat itu tidak datang kerapat OSIS tidak bisa mengajukan keberatannya, hingga keesokan harinya ia diberitahu Siska-sekretaris OSIS tentang keputusan rapat kemarin. Danial hanya bisa menghela napas pasrah mendengarnya.

Dan disinilah Danial berada tepat sebelum istirahat kedua, ditemani oleh Siska sang sekretaris OSIS, Wanda sang bendahara dan Riko sang wakil ketua. Didalam ruangan yang cukup luas yang terdapat meja melingkar ditengahnya, ruang OSIS itu terlihat cukup nyaman untuk melakukan berbagai kegiatan organisasi karena dilengkapi dengan meja diskusi, beberapa computer dan WiFi khusus untuk anggota OSIS.

Disana mereka sedang melakukan diskusi terkait dengan pelaksanaan ulang tahun sekolah yang akan dilaksanakan sebulan lagi. Memang masih lama, tapi dengan pemiihan tema, apa saja kegiatan didalamnya, siapa sesi terpilih, dan persiapan lainnya itu memerlukan waktu yang tidak singkat. Dan hari ini tepat untuk membahas semuanya karena mereka juga sedang freeclass.

"bagaimana kalau tema kita tahun ini tentang budaya nasional?", usul Siska ketika membahas tentang tema yang akan dipakai ketika acara.

"gak bisa. Di acara terakhir kita ini kita harus buat yang berbeda karena tahun lalu jugakan kita sudah pakai tema budaya", jawab Wanda yang langsung diangguki oleh yang lainnya.

"ia juga sih", timpal Siska akhirnya.

Mereka kembali memutar otak, terlihat sederhana tapi ini sangat sulit mengingat semua kemungkinannya.

"kalau berbau modern gimana? Kita bisa menampilkan pertunjukan dancer, tari-tarian key-pop, juga drama korea. Kan sekarang lagi demam korea tuh", usul Wanda memecahkan keheningan.

"yeee itu sih lo yang memang demam korea kali Wan. Kalau dipikir-pikir itu ribet. Belum lagi kita harus car siapa yang bisa dancer, tari Key-pop", kata Riko.

"lagi pula, kalaupun kita minta anak ekskul tari buat nari itu. belum tentu mereka bisa dan latihan selama sebulan kayaknya bukan ide yang bagus", timpal Danial.

Mau tak mau Wanda men-ia-kan tolakan teman-temannya itu walaupun dia memang penggemar Key-pop, tapi sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk menyalurkan kegemarannya itu.

Denial terlihat berpikir keras, apa yang bisa mereka berikan di ulang tahun sekolah yang terakhir kali bisa mereka lihat itu. Danial sama seperti semua teman-temannya, ingin memberikan sesuatu yang berbeda hingga bisa menciptakan sebuah kenangan untuk sekolahnya. Terutama dianggkatannya.

Hingga kemudian Danial mengingat wajah Laras yang terlihat lucu ketika mereka jalan berdua dikoridor sekolah beberapa hari yang lalu.

Flashback on

Denial yang baru keluar dari kantor guru karena dipanggil Pak Tompul saat itu tiba-tiba melihat Laras yang kebetulan juga baru keluar dari perpustakaan. Kebetulan jarak antara kantor dengan perpustakaan tidak terlalu jauh hingga Danial yang masih didepan pintu kantor guru dapat melihat Laras.

Papper umbrella (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang