17

3 1 0
                                    

Selama disekolah, Landa tidak pernah meninggalkan Laras barang sedetikpun. Saat dikelas, Landa sengaja pindah menjadi sebangku dengan Laras dengan menyudutkan Laras disamping tembok sedangkan Landa berada disampingnya. Hingga mengunci Laras dari orang-orang yang berniat buruk pada Laras.

Sedangkan kalau diluar kelas, Landa selalu mengikuti kemanapun Laras berada. Seakan Landa telah berubah peran menjadi bodyguard Laras.

Hal itu membuat semua orang bertanya-tanya apa yang terjadi pada pangeran es mereka hingga berubah sedemikian rupa hanya untuk Laras. Baik Laras maupun Landa, mereka berdua tidak ada niat untuk memberitahu kepada orang lain tentang hubungan mereka. Tapi melihat dari tingkah Landa yang bersikap sangat protektif pada Laras menyimpulkan kalau mereka pacaran. Atau lebih.

Dengan Landa yang selalu berada disamping Laras, kini Laras tidak lagi mengalami bully disekolah. Walaupun sikap Landa masih cuek dan sedingin es, tapi dengan Landa berada disamping Laras, Laras tidak bisa berbohong kalau dia merasa terlindungi dan aman.

Sekarang Landa dan Laras sedang berada di kantin, meja mereka berada dipaling sudut kantin dekat dengan jendela yang tepat mengarah kedepan sekolah. Tidak jauh dari meja mereka adalah meja Danial bersama dengan para sahabatnya dan juga Julia.

Laras tidak menyadari ada Danial dikantin itu yang sedang menatap Laras dengan intens, karena seluruh perhatian Laras telah terambil alih oleh beberapa buku pelajaran dimejanya.

Minggu depan adalah jadwal ulangan bulanan fisika, dan Landa memaksa Laras untuk belajar ekstra karena nilai ulangan Laras bulan lalu jelek. Laras tidak bisa melakukan apapun selain mendesah pasrah.

"makan dulu", kata Landa sambil menyodorkan nasi goreng kearah Laras yang baru diantar.

Laras melirik sekilas nasi goreng yang tampaknya sangat lezat itu, tapi Laras sedang tidak lapar saat ini. dan dia sedang ingin focus belajar, kalau Landa tidak memaksa Laras untuk menemaninya kekantin, Laras pasti sekarang sudah berada di perpustakaan.

"gak lapar", jawab Laras kemudian mengalihkan tatapannya kembali pada buku pelajaran.

Tiba-tiba buku yang Laras pegang ditarik Landa, mengakibatkan tatapan tajam Laras langsung menabrak Landa.

"makan dulu", kata Landa.

"ih, aku lagi gak laper", jawab Laras kesal sembari menarik kembali buku ditangan Landa.

Tapi Landa masih belum menyerah, ia lalu menarik kembali buku ditangan Laras. "makan", katanya.

"aku gak laper", jawab Laras sambil menyilangkan tangannya didada dan pipi yang menggembung.

Sesaat Landa tertegun dengan tingkah Laras yang seperti anak kecil tapi terlihat sangat imut dimata Landa. Serasa ingin menggigit pipi merah muda itu. ups!

"nanti kamu sakit", ucap Landa lembut.

Laras akhirnya menyerah, dengan enggan Laras meraih sendok kemudian mulai melahap nasi goreng yang dipesan Landa tadi. Landa menampakkan senyum samarnya yang hampir tidak terlihat. Entah kenapa melihat Laras membuat perasaannya selalu menyenangkan.

Dimejanya, melihat semua yang Landa dan Laras lakukan tanpa sadar membuat api cemburu merajai hati Danial. Tangannya mencengkram kuat pinggiran meja hingga buku-buku tangannya memutih. Disekelilingnya terdapat para sahabatnya yang terus mengoceh tentang hubungan Laras dan Landa. Atau lebih tepatnya terus-terusan menghina Laras.

Sebenarnya Danial tidak ingin mendengar apa yang mereka katakan, karena mendengarkan mereka hanya akan membuat emosi Danial semakin memuncak. Denial marah pada Laras karena tidak seperti yang Danial bayangkan selama ini, marah pada Laras karena Laras tidak bisa menjaga hatinya hanya untuk Danial.

Tapi dari semua kemarahan Danial pada Laras, yang paling Danial marahi adalah dirinya sendiri.

Kenapa Danial tidak bisa seperti yang Laras inginkan.

Kenapa Danial terlalu bodoh karena mempercayai Laras.

Kenapa Danial harus menanamkan hatinya pada Laras hingga tidak mungkin untuk mencabutnya lagi seakarnya.

Kenapa Danial bisa tertipu daya dengan wajah memelas Laras yang dinilai sangat imut dan lucu.

Kenapa Danial harus mencintai Laras.

Dan terakhir, kenapa Danial harus bertemu dengan Laras hingga kini sulit baginya untuk melupakan semua kenangannya dengan Laras.Denial merasa marah dan frustasi, semua masalah ini benar-benar menguras otaknya.

Tiba-tiba Danial berdiri hingga membuat tatapan para sahabatnya yang duduk sebangku dengannya mengarah padanya. Tapi Danial tidak membuat reaksi apapun selain pergi begitu saja dengan tangan mengepal keras.

Tidak ada yang mengetahui bahwa jauh didalam hati Julia sedang tersenyum senang. Merasa ini adalah kesempatannya untuk mendekati Danial.

"gue tenangin Danial dulu, kayaknya suasana hatinya lagi kacau", kata Julia tanpa melihat reaksi yang lain, Julia langsung pergi mengejar Danial.

Laras sedikit terkejut ketika Danial berjalan dengan langkah lebar dan cepat keluar kantin. Tidak menyangka ternyata Danial juga ada dikantin. Tapi tiba-tiba hatinya terasa sakit ketika melihat Julia berlari menyusul Danial keluar kantin.

Ingin rasanya Laras melakukan hal yang sama dengan apa yang Julia lakukan. Berbicara dengan Danial kemudian melakukan hal yang selalu mereka lakukan, saling memadu kasih.

Tapi kini Laras sadar akan posisinya, sekarang Laras bukan siapa-siapa lagi untuk Danial. Dan juga, Laras sama sekali tidak memiliki kesempatan itu walaupun dia ingin.

"kenapa", tanya Landa melihat mimic wajah Laras berubah sedikit sendu.

Laras menarik senyum cerianya lagi seperti biasa "gak kenapa-kenapa kok".

"entar sore ikut gue ke mall. Kita belanja keperluan lo", Laras sedikit terkejut dengan ajakan Landa, meras tidak enak karena merepotkan pria itu terlalu banyak.

"ta__"

"gue gak terima penolakan. Lagian sekarang lo adalah pacar gue jadi gue punya hak memastikan lo tetap nyaman berada disisi gue", walaupun Landa terlihat acuh mengatakan itu karena perhatian matanya mengarah pada smartphone-nya, tapi Laras tahu, Landa serius padanya.

Dan ini semakin membuat Laras merasa bersalah karena hatinya masih terpatri nama Danial.

Papper umbrella (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang