13

4 1 0
                                    

Gaun pendek selutut berwarna peach dilengkapi dengan cardigan panjang berwarna senada melekat pas di tubuh Laras yang kecil ramping. Rambutnya yang berwarna hitam legam ia percantik dengan hiasan jepit rambut berbentuk bunga. Baik, sekarang penampilannya sudah siap.

Laras melihat situasi rumahnya sebelum kakinya melangkah keluar. Miora sedang pergi kesalon dan kemungkinan akan pulang sore nanti sedangkan Terry sedang mengikuti tour sekolah dan kemungkinan akan pulang esok hari.

Tidak ada orang dirumah, jadi Laras dapat pergi dengan leluasa.

Denial sudah berada disalah satu meja Caffe ketika suara klontang lonceng yang tepat berada diatas pintu terdengar nyaring hingga sampai ketelinga Danial. Cowok yang tampak sangat tampan dengan kaus biru lengan pendek dan celana jeans selutut itu tersenyum melihat siapa pengunjung yang baru saja masuk itu.

Gadis tercantik yang pernah ia lihat berdiri didepan pintu dengan matanya yang sibuk menjelajah keseluruh sudut Caffe. Senyumnya langsung merekah ketika mata hazel gadis itu menangkap sosok yang ia cari. Denial melambaikan tangannya dengan senyum yang masih sangat menawan.

"hai", sapa Laras sambil mendorong kursi didepan Danial dan mendudukinya. "sorry lama, udah lama nunggu?"

"enggak kok, aku juga baru sampai", jawab Danial.

Mereka hanya duduk dalam kebiusan dengan tatapan yang saling tak terlepas satu sama lain, ketika seorang pelayan menghampiri mereka dan menanyakan pesanan.

"spagethi chease dan lemont tea hanyat satu", kata Danial. Denial menatap Laras yang masih membolak balikkan daftar menu dengan kening berkerut. Laras baru dua kali datang ke Caffe ini, pertama kalinya saat Danial yang memintanya menunggu tapi ternyata dibatalkan begitu saja, saat itu juga Laras tidak memesan apapun degan dalih menunggu sang kekasih yang akan datang.

Dan yang kedua adalah saat ini, dimana Danial dengan romantisnya mengajak Laras kencan. Hal yang pertama kalinya bagi Laras dan dia merasa sangat bahagia karenanya. Tapi dengan Cffe yang ternyata berisi menu makanan yang tidak pernah Laras lihat atau dengar, mau tak mau membuatnya sedikit frustasi membayangkan makanan jenis apa yang disediakan Caffe yang sedang nai daun ini.

Menyerah, akhirnya Laras menutup daftar menu dengan kesal dan menatap Danial yang tersenyum jahil didepannya. "sama'in aja", kata Laras.

Setelah pelayan Caffe mencatat pesanan dan membacanya sekali lagi untuk memastikan, pelayan Caffe itu langsung pergi. Entah kemana dan sepasang kekasih itu tak tak ambil pusing untuknya.

"apa kabar dengan peringatan aku semalam?", tanya Danial sambil menyipitkan matanya pada Laras.

"kenapa?", tanya Laras, perasaan dia tidak melakukan apapun yang membuat Danial marah.

"kamu cantik banget hari ini, aku takut nanti ada yang godain kamu"

"haha, kan ada kamu yang jagain aku"

"siapa?"

Bibir Laras sedikit mengerut mendengar pertanyaan yang sangat menjengkelkan itu. Tanpa sadar itu juga membuat kadar keimutannya melonjak drastic hingga tak tahan Danial mencubit pipinya yang berwarna putih kemerahan itu.

"ih sakit tau!", Laras semakin cemberut sambil mengusap pipinya yang sedikit sakit.

"habisnya kamu cemberut gitu buat aku laper"

"kok laper"

"laper pengen makan kamu", pipi Laras semakin memerah,bahkan Laras harus memalingkan wajahnya sedikit agar Danial tidak bisa melihatnya. Tapi hasilnya sudah bisa ditebak, Danial semakin dibuat geli olehnya.

Papper umbrella (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang