Senyum adalah ekspresi wajah yang terjadi akibat pergerakan atau timbulnya suatu gerakan bibir pada kedua ujungnya, dan mungkin pula di sekitar mata. Kebanyakan orang tersenyum untuk menampilkan kebahagian dan rasa senang.
.
.
.
"NUNA. NUNA. NUNA. NUNAAAAAAAAA..."
Ingin rasanya Jaejoong menangis mendengar panggilan yang sama untuk ke-1786 kali dalam kurun waktu tiga puluh menit. Dan sang pelaku kini masih duduk manis di balik meja pantry dengan semangkuk coklat yang telah tandas.
Awalnya Jaejoong merasa cukup terkesan ketika Changmin, si bocah dengan tinggi tidak biasa itu menjemputnya di sekolah- tentunya dengan supir pribadi Yunho, mengingat pria tampan kekasih Jaejoong itu sedang sibuk oleh rentetan jadwal rapat yang nyaris tak bercelah.
Dan ini adalah kedua kali Changmin dititipkan pada Jaejoong. Remaja cantik itu memutuskan untuk membawa Changmin ke kondominium milik Yunho, dan bodohnya Jaejoong malah menyuruh lima pelayan yang memang ditugaskan membersihkan kondo untuk pulang. Kini Jaejoong merasa begitu menyesal akan keputusannya dua jam yang lalu.
Bersama bocah mengerikan seperti titisan iblis itu membuat Jaejoong tersiksa, terlebih mereka masih memiliki waktu 5 jam 7 menit 29 detik lagi sebelum kepulangan Yunho. Oh, bagaimana Jaejoong menjadi seseorang yang begitu perfeksionis? Salahkan Changmin yang membuat Jaejoong selalu melihat jam setiap 10 detik sekali.
"Umma... Joongie ingin pulang." lirihnya nyaris terisak. Terlebih Changmin sama sekali tidak menyerah untuk memanggilnya. Jika tidak salah ini sudah ke-1998 Changmin masih memanggilnya.
Namun Jaejoong tidak mungkin menangis di depan Changmin, harga diri setinggi Menara Burj Khalifa menghalangi Jaejoong untuk bertingkah menyedihkan di hadapan bocah mengerikan itu. Terlebih Changmin memiliki mulut sepedas cabai jolokia, bisa-bisa Jaejoong malah dipermalukan nantinya.
"NUN-"
"YAISH! HENTIKAN! KAU MEMBUATKU TAKUT DENGAN SUARAMU, BOCAH!" jerit Jaejoong merasa tidak tahan yang membungkam lengkingan Changmin.
Namun mengerikannya, bocah itu sama sekali tidak menampilkan raut takut dan malah menatapnya lugu dengan kedipan menggemaskan. Malahan Jaejoong yang merasa takut oleh tatapan polos Changmin.
"Apa?! Kenapa kau menatapku seperti itu, bocah?" ketus Jaejoong merasa lekuknya meremang.
Changmin tersenyum lebar seraya mengulurkan mangkuk coklatnya yang telah kosong "Mana coklatnya, nuna? Aku masih ingin menikmatinya." sahutnya dengan nada anak-anak pada umumnya.
Namun permintaan itu malah membuat Jaejoong kesal. Hey, ini sudah kesepuluh kali Jaejoong diulurkan peralatan kotor yang berbeda. Awalnya Jaejoong hanya ingin membuatkan bocah mengerikan itu sandwich sederhana serta salad buah yang segar, namun Changmin menghabiskannya begitu cepat dan kembali meminta Jaejoong membuatkan makanan lain untuknya.
Dan setelah 1 jam lebih 45 menit 56 detik, Jaejoong telah membuat 5 jenis sandwich yang berbeda, 7 gelas jus beraneka buah serta satu wadah besar coklat lezat. Kini bisa dipastikan persediaan roti Yunho telah tandas dan hanya tersisa tiga buah strawberry di lemari pendingin raksasa itu.
Jaejoong menyerah dan mulai mendudukan diri di depan Changmin dengan manik bulat yang memicing tajam "Changmin."
"Iya, nuna?" balas bocah itu manis sekali, ditambah dengan kerjapan lucu yang memikat hati.
Ingin rasanya Jaejoong membenturkan kepalanya, jika seperti ini bagaimana Jaejoong dapat bertindak tegas pada Changmin? Jaejoong lemah sekali pada hal yang berbau manis dan lucu, terlebih Changmin mengingatkannya pada boneka menggemaskan bersurai jingga di suatu serial film. Chucky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Risus
FanfictionDalam bahasa Latin, risus artinya senyum. Dan ini adalah kisah Jaejoong yang begitu jengkel pada sang kekasih. Pemuda tampan yang sulit sekali menampilkan senyum, bahkan ketika senang atau bahagia. Kekasihnya itu jarang sekali menampilkan ekspresi...