Katanya, pelangi adalah sesuatu yang indah setelah terjadinya hujan. Dan Kata pelangi kadang sering ibaratkan tentang kehidupan. Saat terluka, orang percaya bahwa di masa depan akan ada kebahagiaan yang hadir. Tidak selamanya berduka, akan ada saatnya bersuka cita. Seperti pelangi, yang hadir setelah terjadinya hujan.
Tapi bagi Chytia Reynata Putri atau orang biasa memanggilnya Rere, pelangi adalah sebuah harapan yang terkabul. Seperti yang kita tahu, pelangi ada setelah terjadinya hujan dan konon katanya jika hujan turun, itu adalah saat yang paling tepat untuk kita memohon doa kepada Tuhan. Karna saat itu adalah saat yang paling Mustajab dibanding waktu lain. Benar atau tidaknya itu kehendak Tuhan, kita sebagai hamba hanya bisa berusaha yang terbaik dan yang terpenting percaya bahwa doa yang kita panjatkan terkabul.
Waktu itu, hari terakhir Rere mengikuti PKKMB Universitas namun cuaca pagi ini tidak mendukung. Sejak pukul 05:25 WITA tadi hingga pukul 06:25, hujan menguyur. Sudah satu jam namun tampaknya hujan enggan untuk reda walau hanya sebentar.
Drt drt drt drt drt
Suara ponsel Rere cukup mengagetkannya yang sedang memandang hujan. Rere sendiri pencinta hujan sebab hujan kadang mewakili perasaannya tapi tak jarang dia kesal dengan sang hujan seperti saat ini, seharusnya Rere sudah di jalan menuju kampus namun harus pending karna sedang hujan.
Kang Siomay nama yang tertera di layar ponsel Rere. Cukup lama Rere melihat nama itu sebelum menerimanya.
"iya halo, assalamualaikum"Cukup lama Rere menunggu suara seseorang di sebrang sana yang sedang menelponnya. 1 detik, 2 detik, 3 detik, 4 detik, 5 detik, 6 detik, 7 detik, 8 det.....
"waalaikumusalam, ya ampun Re, lama banget sih lo cuma buat ngakat telpon. Jadi gak nih lo jemput gue? "
Huft. Akhirnya hampir saja tadi Rere memutuskan panggilan tersebut karna tak kunjung ada suara.
"iya jadi. Tapi disini masih hujan"
Terdengar helaan nafas di ujung sana yang menandakan bahwa orang tersebut sedang kesal
"aelah cuma disitu doang yang hujan. Disini gak hujan. Buruan kesini kalau enggak gue tinggal nih"
Mendengar itu Rere langsung memutuskan panggilan sepihak tanpa berniat menjawabnya dan Rere langsung berlari ke kamar untuk mengambil sweater dan tak lupa pula ia mengambil jaket. Setelah menemukan dua barang tersebut, Rere langsung memakai sweater dan jaket ia simpan di dalam bagasi motor.
****
Ternyata kang siomay benar, disini tidak hujan. Kadang Rere di buat bingung. Terkadang di daerah rumahnya tidak hujan tetapi di daerah rumah kang siomay hujan. Tak mau terlarut-larut dengan ke bingungnya, Rere langsung menstandar motor maticnya dan turun dari motor.
"Assalamualaikum..."
"Assalamualaikum..."
"Assalamualaikum..." ucap Rere sedikit berteriak. Ini sudah ke 3x nya Rere berucap salam namun sang pemilik rumah tak ada yang menjawab. Rumah kang siomay tampak tak berpenghuni. Atau jangan-jangan Rere di tinggal duluan. Eh tapi ada yang ganjal, 2 motor masih terparkir rapi di teras rumah kang siomay, itu artinya kang siomay belum kekampus.
Dengan senyum yang mengembang Rere kembali berucap salam, "Assalamualaikum, kang siomay ini gue. Gue tau lo belum berangkat kan? Buruan keluar ihh. Ntar telat lohh"
Dan berhasil, kang siomay pun keluar dengan wajah yang di tekuk. Loh seharusnya kan Rere yang pasang wajah begitu bukan kang siomay.
"apaan sih Re, berisik tau. Orang lagi masang sepatu juga pake teriak-teriak. Untung gak di timpuk tetangga lo"
"lagian ya nama gue tuh Panji. P-A-N-J-I, Panji bukan kang siomay" sambung pria tadi yang bernama Panji sambil mengeja namanya sendiri.
Ya, kang siomay bernama lengkap Panji Pangestu tapi Rere lebih suka memanggilnya dengan sebutan kang siomay bukan tanpa sebab Rere memanggil Panji dengan sebutan tersebut melainkan karna satu alasan dan alasannya adalah Panji sangat suka dengan Bahasa Sunda. Awalnya Rere hanya memanggilnya kang namun lambat laun, Rere menambah kata Siomay.
"Re, Rere" kata Panji tepat di telinga Rere dan itu cukup membuat Rere terperanjat kaget.
Panji yang melihat itu sontak langsung tertawa dengan keras. Mendengar tawa Panji, Rere mendengus tanda tak suka.
"ngeselin banget sih jadi orang. Jadi gimana nih, jadi gak? Keburu telat tau" melihat ekspresi Rere yang tak bersahabat, Panji langsung menghentikan tawanya dan tak lupa pula dia berkata iya setelah mengatakan itu, mereka langsung bergegas pergi menuju ke kampus.
Perjalanan ke kampus membutuhkan waktu 32 menit untuk sampai ke kampus dan melewati 4 lampu merah. Cukup jauh, meski begitu, baik Rere maupun Panji enggan untuk menyewa kos.
Sepanjang perjalanan, ada saja yang mereka bicarakan baik yang berfaedah maupun unfaedah meski begitu tak jarang mereka diam karna kehabisan topik pembicaraan.
Pukul 07:32 Rere sampai di Fakultas Hukum. Lambat 17 menit dari waktu yang telah di tentukan. Rere dan Panji berbeda ruangan. Jika Rere di tempatkan di Hukum, Panji di tempatkan Di FKIP.
'mampus lambat 17 menit lagi. Yawlah di hukum gak ya? Semoga aja gak'
Rere langsung berlari menuju ruangannya namun tiba-tiba langkah kakinya terhenti setelah melihat seorang yang Rere yakini dia adalah senior alias panitia.
Padahal sedikit lagi dia sampai dan masuk kedalam ruangannya. Butuh waktu sedikit lagi. Sayang dewi fortuna tidak berpihak kepadanya. Melihat senior tadi berjalan kearahnya, Rere langsung menutupkan matanya dan bibir Rere bergerak membaca doa agar tidak terjadi apa-apa kepadanya lebih tepatnya dia berdoa agar tidak kena marah karna sudah terlambat.
"eh itu ngapain bibir kamu komat kamit? Itu juga mata pake di tutup segala? Mau baca mantra?" tanya kakak senior tadi yang Rere lihat di depan ruangannya, ternyata dia sudah di depan Rere.
Mendengar itu Rere langsung membuka matanya secara perlahan, bibir yang tadi dia gunakan untuk berdoa dia ganti dengan mengembangkan senyumnya.
"eh anu kak, hmm ma.. maaf sa.. saya lam ... bat" dengan susah payah akhirnya kalimat itu berhasil keluar dari bibirnya
Sang senior tadi hanya menganggukkan kepala sambil berkata, "tidak apa, kamu beruntung dosen yang mau bawa materi hari ini lambat jadi kamu masih bisa masuk. Ya sudah, langsung masuk saja ke dalam"
Setelah mendengar itu, Rere langsung melangkahkan kakinya menuju ke ruangannya namun baru lima langkah, suara kakak senior tadi kembali terdengar.
"oh iya, jangan lupa id card sama pita nya di pakai soalnya nanti ada pemeriksaan atribut" setelah mengatakan itu, panitia tadi langsung bergegas pergi meninggalkan Rere terlebih dahulu.
****
Fyuhh akhirnya selesai juga wkwkwk. Tangcuu buat temen-temen yang mau berpartisipasi sama cerita ini. Khusus buat Dwiarsmwti tancuu buat cover dan lain sebagainya😂😗
Minggu, 06 januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI
RandomMereka bilang, berjuang sendirian itu sia-sia. Mereka bilang, mempertahankan sendirian itu percuma. Dan mereka bilang, jika dia sudah pergi meninggalkanmu, kamu juga harus pergi. Tapi yang ku tahu, tidak ada perjuangan yang tidak membuahkan hasi...