rezeki atau musibah?

27 3 0
                                        

Cum ngasih tau aja, kalau typo bertebaran😒 okey👌

****

Semenjak kejadian di kantin waktu itu, Rere jadi parno ke kantin. Takut ketemu lagi sama babang ganteng Rafa, eh?!

Jadinya, dia selalu makan diluar kampus saat jam kuliah telah selesai. Dan tempat yang paling sering Rere datangi adalah Mas Joko atau warung gado-gado di depan kos Dea.

Hari ini Rere lagi pengen makan mas joko yang dekat kampus. Dari sekian banyak mas joko, Rere memilih mas joko yang depannya ada pohon soalnya disana punya ciri khas tersendiri yaitu, ada kuah sotonya.

Seletah sampai, seperti biasa Rere memilih kursi paling pojok. Setelah menyimpan tas, Rere langsung memesan makanan dan setelah selesai memesan, Rere kembali duduk.

Bosan!

Itulah yang Rere rasakan. Biasanya ada Dea yang menemaninya hanya saja, hari ini Dea tidak ikut. Katanya sih dia ngantuk. Dea itu kebo! Gak bisa liat kasur langsung molor dan yang paling parah tuh kalau lagi ngerjain tugas deket kipas angin sama kasur gak lama dia molor dan tugasnya dilanjut pas dikelas.

Huft. Rere menghembuskan nafasnya, kebosanannya semakin bertambah mana pesanannya tak kunjung datang datang.

Dari pada kebosanannya bertambah, Rere memutuskan membuka akun instagramnya.

Bodo amatlah sama kuota.

Batin Rere menjerit bodo amat. Anak kuliahan tuh kudu banyak kuota biar gak ketinggalan info apalagi Andi si ketu, ngasih kabar cuma di grup WA. Coba aja dia SMSin satu-satu temen sekelasnya kan enak. Kuota Rere jadi bisa irit.

Saat sedang asyik melihat video cover lagu, Rere kembali mendengar suara yang sebenarnya Rere tak ingin dengar.

"permisi, boleh saya duduk di sini, hanya disini saya liat kosong. Tempat lain sudah terisi semua" jelasnya panjang lebar.

Rere langsung menekan tombol tengah ponselnya dan mematikan data selulernya setelah itu dia mengangkat wajahnya. Dan, babang ganteng Rafa? Tunggu, kenapa bisa berdiri didepan mejanya? Dan apa katanya, meja penuh.

Rere langsung melihat sekelilingnya dan benar, hari ini warung ini tampak ramai. Semua meja sudah terisi dan yang belum terisi hanya di meja Rere. Tak seharusnya Rafa meminta izin kan ini warung bukan miliknya jadi dia boleh duduk di meja ini tanpa meminta izin.

Rere tidak bisa menolaknya, akhirnya dia mengangguk. Setelah mendapatkan persetujuan dari Rere, Rafa langsung duduk didepan Rere.

Setelah Rafa duduk, Rere langsung mengalihkan pandangannya ke arah jalan. Rere lebih memilih melihat kendaran yang lumayan ramai dan sedikit macet.

Rere gugup, dia takut kembali salting seperti kejadian di kantin. Ya meskipun dia sudah salting.

"sendiri?" suara Rafa memecahkan keheningan yang terjadi

Rere yang kaget, sontak barkata, "Hah?" dia tidak fokus. Alhasil hanya kata 'hah' yang keluar.

Rafa hanya menahan senyum. Dia tau Rere salting. Bukan sok kepedean, hanya saja gerak garik Rere sangat jelas mengatakan bahwa dia salting.

"saya tanya, sendiri? Tumben gak ada temennya" kata Rafa tak lupa dengan sebuah senyum

Rere yang mendapatkan senyuman itu hanya. Tersenyum kikuk, "hem, iya. soalnya temen saya katanya ngantuk" setelah mengatakan itu, Rere menghembuskan nafas.

Mendengar itu, Rafa hanya mengangguk. Dan keheningan kembali terjadi namun, tak lama, pesanan Rere akhirnya datang juga.

"saya makan duluan ya" kata Rere dan Rafa seperti biasa hanya mengangguk. Rere makan dengan sedikit gugup.

Tak lama kemudian, pesanan Rafa datang juga. Setelag selesai berdoa, Rafa langsung memakan pesanannya.

****

Setelah makanan mereka berdua selesai, sepertinya baik Rere maupun Rafa enggan beranjak. Mungkin menunggu makannya turun keperut semua dulu kali. Positif thinking!

Jika dilihat sekilas, mereka seperti sepasang kekasih dan ntah secara kebetulan atau takdir, mereka berdua kembali dipertemukan. Dan lucunya mereka selalu bertemu di tempat makan.

Ini sudah kedua kalinya mereka bertemu tanpa sengaja dan kejadiannya sama seperti beberapa hari lalu. Katanya sih kalau udah tiga kali namanya jodoh. Bener gak sih? Kalau Rere sih gak masalah jodoh sama Rafa orang dia ganteng kok. Eh kok mikir jauh sih?

"jadi habis ini mau kemana?" suara Rafa kembali terdengar di telinga Rere

Rere melihat Rafa terlebih dahulu sebelum menjawab, "kekos, paling tidur"

Rafa langsung terkekeh mendengar jawaban Rere. "Dasar Cewek, habis makan tidur. Gak takut gentut"

Rere mendengar itu menatap sengit Rafa, "emang cowok gak gitu apa? Lagian aku gak bakal gendut kok"

Rafa mengernyit, "aku? Tumben"

Rere mendengar itu langsung melebarkan kedua matanya. Dia sadar bahwa tadi dia berkata 'aku' bukan 'saya' wajah Rere memperlihatkan bahwa dia sedang panik.

Mampus, mana pake aku lagi.

"eh anu..."

Rafa langsung memotong perkataan Rere, "gak papa kok. Lagian kalau pake saya kaya mahasiswa ke dosen, formal banget. Jadi pake aku aja gak papa kok." mendengar penjelasan Rafa, Rere hanya tersenyum kikuk.

"oh iya katanya tadi mau kekos, emang kamu ngekos?" tanya Rafa lagi

Masih dengan kegugupannya, Rere menjawab, "hehehe. gak kok kak, saya cuma ke kos temen"

"kirain kamu ngekos. Lebih baik sih tinggal sama orang tua jadi gak ada namanya 'derita anak kos'. Makan mie setiap hari" baik Rere maupun Rafa tertawa. Seakan-akan perkataan Rafa adalah guyonan.

"oh iya kak, padahal muka kakak itu kaya cuek cool gitu. Tapi ternyata kakak tuh orangnya suka ngomong sama suka ketawa. Hehehe. Eh ups" ceplos Rere. Beginilah Rere jika sudah nyaman langsung berkata apa yang dia lihat meskipun baru mengenalnya sekalipun.

"maaf kak" kata Rere lirih menyadari kebodohannya.

Goblok banget sih

Rafa yang melihat tingkah Rere hanya tertawa. Mendengar tawa Rafa, Rere langsung melihat Rafa tak lupa Rere memperlihatkan senyum paksanya.

"santai aja, gak usah tegang. Jangan lihat covernya dong. Belum tentu yang kamu lihat itu kebenarannya" kata Rafa seperti mengandung makna tersirat.

"oh iya, aku pamit duluan ya kak" pamit Rere. Lebih baik dia pergi dari pada dia semakin aneh. Dan Rafa kembali menganggukkan kepalanya. Setelah mendapatkan respon Rere bergegas langsung pergi.

****

W males ngoreksi typo. Baca aja apa yg ada!

Rabu, 23 januari 2019

PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang