Keping 1 : Rahasia terperih

197 9 0
                                    

Tentang Cinta yang bersemayam dalam relung hatiku. Kepada siapa aku menyalahkan keadaan? Yang membuat kedua mata kita saling bertatap di saat yang tak tepat, yang membuat jantung ini berdetak hebat di waktu yang tak berpihak.

Aku terkesima, sejak sosok itu muncul didepan ratusan mata yang tertuju padanya, sejak suara itu menembus ratusan telinga yang mendengarnya, dan mungkinkah bukan hanya aku yang terpana ? bertanya-tanya siapakah dia..

Mengenal dirimu adalah hal yang yang indah. Menjabat tanganmu tanpa harap meski dada terus berdetak hebat. Saling melempar senyuman sambil berkali menepis keinginan untuk mengenalmu lebih dalam.

Hari-hari ku jalani seperti biasanya, tanpa pernah menduga takdir yang akan terjadi setelahnya. Seperti teduh dalam terik, sesederhana itu ketenangan yang ku rasakan ketika mengingatnya. Aku pandai menyembunyikan rasa, terlebih kepada yang tak mungkin ku dapatkan.

Aku tak pernah mengerti sejak kapan awalnya kami bertegur sapa dalam pesan singkat, dari sekedar bertanya urusan penting hingga bertanya "lagi apa?". Pertanyaan singkat namun menciptakan perjalanan yang tak sesingkat itu.

Entah dari mana pintu itu terbuka, memintaku yang begitu serakah untuk masuk kedalamnya, meski yang ku temukan didalam sana bukanlah diriku tamu yang ia tunggu. Ia menatapku dalam segenap rasa iba, menatapku namun bukan bayangan diriku yang terpantul pada kedua bola matanya. Segala perhatian yang ia berikan padaku bukanlah untuk diriku. Aku hanya bayangan sosok lain yang begitu ia harapkan. Memberikan banyak persoalan hati, yang berkecamuk rasa kecewa.

Aku tak menyalahkan usia yang terbilang terlalu belia. Sebab aku begitu menyadari bahwa rasa yang hadir dalam hatiku bukan hanya sekedar singgah. Sejak saat ia memintaku mengungkap rasa, sejak itu aku kehilangannya.

Malam-malam menjadi musuh untuk tidurku yang tak lagi lelap. Aku tak menyangka rasa cintaku melukai hatiku sendiri. Aku kehilangannya bahkan sebelum mendapatkannya. Tak peduli tentang aku, ia terus tersenyum dalam hari-hari tanpaku. Melihat senyumnya, aku menyadari bahwa bukanlah aku yang menjadi alasannya tersenyum.

Mungkin usia juga sedikit mempengaruhi bagaimana aku menyikapi rasa yang ku miliki. Entah aku yang terlalu egois atau memang cinta yang ku rasakan padanya tak dapat berkompromi lagi pada logika. Yang ku tahu hanyalah bagaimana aku berusaha menunjukan ketulusanku untuknya. Ia terlanjur mengetahui rahasia hati yang awalnya berniat ku sembunyikan, lantas apa yang harus ku sembunyikan lagi ? maka berjuang adalah hal yang mungkin ku lakukan. Aku tak pernah tahu sampai kapan aku akan melakukan hal untuknya, namun besar harap saat itu untuk sedikit menyentuh hatinya, dan membuatnya jatuh dalam dekapanku.

Tiada hari yang ku lalui tanpa memikirkannya. Setiap lagu yang ku alunkan adalah tetangnya, juga setiap bait puisi yang kutuliskan adalah tentangnya. Lembaran puisi itu selalu menemaninya, sebab aku tak lengah menuliskan sepucuk surat untuknya. Terlalu gila bukan? Ya, lalu bagaimana jika hanya itu yang terpikiran? Rasanya jutaan kata dan rasa dalam hati begitu ingin ku ungkapkan. Sebab dia menggenggam hatiku, seutuhnya. Meski aku bukanlah pemilik hatinya.

Terlalu banyak hari dan air mata yang berlalu tanpa balas. Sebagaimana aku berusaha, hatinya tetaplah milik orang lain. Sempat satu waktu aku begitu terjatuh, melihat dua pasang mata menatapnya penuh cinta. Mereka tersenyum bahagia di sela air mata yang mengalir pada pipiku. Aku menyadari, tak lagi ada yang mampu ku lakukan, sekeras apapun aku menginginkannya.

Jika hadir tak dapat membuatku terlihat, maka pergi adalah satu-satunya pilihan. Aku menyerah pada takdir, melepas segala tentangnya yang telah menemukan bahagia. Sejenak aku berkata pada hati yang malang, kau butuh beristirahat dari segala penantian yang tak akan berujung indah, kau butuh berhenti dari perjalanan yang tak menemukan tempat pulang.

Senandika (Dialog-dialog Hati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang