chapter 3

8.8K 483 7
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

Happy reading

******

"Pagi ma, pa, bang"ucap Cecil sambil mencium pipi mereka dan duduk disamping Bagas, dan memakan makanannya dengan tenang.

"Pagi"

Mereka semua sarapan pagi, tidak ada pembicaraan karena papanya selalu mengajarkannya untuk diam saat dimeja makan, baru boleh bicara setelah selesai makan.

"Bagas kamu naik mobil sendiri aja, gak usah bareng Dimas"ucap papa saat selesai sarapan dan menatap kearah Bagas. "Males pah, enakan naik montor sama Dimas"ucap Bagas sambil cengengesan.

"Bukan males tuh ma, tapi maunya gratisan"ucap Cecil mencibir Bagas yang dibalas delikan oleh Bagas. "Udahlah kamu ini, terus mobil kamu mau buat apa kalau gak kamu pake, percuma dong papa beliin mobil kamu, terus belum lagi moge kamu yang nganggur"ucap papa membuat Bagas cengegesan.

"Pah mobilnya buat Cecil aja"ucap Cecil sambil menatap papanya dengan semangat 45.

"Gak"ucap mama,papa dan Bagas bebarengan membuat Cecil mengerucutkan bibirnya sebal, apa-apa gak boleh, Cecilkan udah besar masa sekolah diantar sopir mulu sih, padahal teman-temannya ada yang udah bawa mobil sendiri masa dia engak.

"Kamu tuh masih kecil ya, papa gak mau kamu kenapa-napa dijalan"ucap papa menasehati Cecil yang dianguki oleh semuanya.

"Iya ya, yaudah Cecil mau berangkat"ucap Cecil dan bangkit dari duduknya menghampiri orang tuanya dan mencium tangan mereka, tak lupa dengan Bagas, tapi tangannya ditahan oleh Bagas.

"Abang aja yang anterin kamu, bener kata papa percuma punya mobil kalau cuma diangurin, tunguin dulu abang ambil kuncinya"ucap Bagas kemudian berjalan menuju kamarnya dan mengambil kunci mobilnya kemudian ia menghampiri Cecil dan membawa mobilnya menuju sekolah adiknya.

*****

"Inget belajar yang bener, harus bisa banggain mama, papa. Papa udah kerja cari duit buat kita jangan disia-siain ngerti"ucap Bagas menasehati Cecil saat sudah berada didepan gerbang sekolah.

"Siap calon dokter hehehe"ucap Cecil sambil memberikan hormat membuat Bagas mengacak rambutnya gemas, benar dari dulu Bagas ingin sekali menjadi seorang dokter.

"Yaudah sana"ucap Bagas yang dianguki oleh Cecil, saat akan membuka pintu Cecil berbalik lagi kearah Bagas. "Abang sampein salam Cecil buat kak Khafi ya hehehe"ucap Cecil kemudian mencium pipi Bagas dan berlari memasuki sekolahnya sambil cekikikan. Setelah itu Bagas meninggalkan sekolah Cecil sambil mengeleng kepalanya heran, Khafi pake pelet apa ya kok adiknya bisa tergila-gila.

Saat melewati korido disekokahnya banyak yang menyapa Cecil, karena ia cukup populer disekolahnya, bukan hanya kecantikannya tapi juga prestasinya, Cecil memang anak orang kaya, tapi ia tidak pernah memilih-milih teman. Saat sudah berada dikelasnya ia melihat Tania, Nabila yang tengah mengerjakan sesuatu, karena kepo iya pun menghampiri keduanya.

"Eh kalian ngerjain apa?"tanya Cecil sambil melihat apa yang mereka kerjakan. "Aduh cil, jangan gangu dulu deh, ini kita lagi ngerjain tugas, ntar keburu masuk"ucap Tania tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kalian nyontek ya hayo gue bilangin"ucap Cecil mengoda mereka. "Cecil"teriak mereka sebal membuat Cecil cekikikan kemudian berjalan kemejanya, untung saja tugasnya sudah ia kerjakan dari jauh-jauh hari.

Taklama bel pun bunyi, untung Tania dan Nabila sudah selesai  mengerjakan tugasnya, pelajaran pun dimulai dengan khitmat, meski ada beberapa siswa yang mengobrol tapi tidak menghambat pelajaran.

Kak, Pacaran Yuk![TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang