chapter 20

6.5K 291 10
                                    

Kring kring kring

Suara alarm membuat seorang pria yang tengah memeluk istrinya, terbangun dari tidurnya. Dengan pelan-pelan dia meletakkan tangan istrinya yang memeluk pinggangnya lalu mematikan alarm.

Pria itu adalah Khafi.

Setelah memastikan Cecil tidak terganggu dalam tidurnya, Khafi beranjak turun dari ranjang menuju kamar mandi. Seminggu sudah pernikahan mereka berlangsung, dan Khafi sudah memboyong Cecil keapartemen yang menjadi kado pernikahan dari papanya.

Khafi keluar dari kamar mandi dengan menggosokkan handuk pada rambutnya yang masih basah, dan melihat Cecil sedang tertidur dengan pulas, karena waktu subuh yang akan habis, tega atau tidak Khafi tetap membangunkan Cecil.

"Hey,udah subuh." ucap Khafi lirih sambil mengusap pipi Cecil, membuat sang empu mengeliat dalam tidurnya. Bagaimana tidak, dinginya tangan Khafi membuat Cecil ternganggu dalam tidurnya.

"Dingin,"

"Nanti juga ngak dingin lagi. Ayo bangun, bentar lagi udah mau habis waktu subuhnya." Cecil mengeliat dalam tidurnya berusaha mengumpulkan nyawanya, lalu berjalan memasuki kamar mandi setelah keluar melihat Khafi yang sudah duduk disajadah, lalu menghampiri Khafi dan mereka pun sholat berjamaah.

Selesai sholat Cecil segera menuju dapur memasakkan sarapan untuk Khafi yang hari ini akan melaksanakan sidang. Cecil dengan lincah membuat masakan ala kadarnya sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Khafi.

"Pagi," sapa Khafi memeluk Cecil dari belakang membuatnya terlonjak. "Eh pagi," balas Cecil sembari berusaha melepas pelukan Khafi tetapi ditahan olehnya.

"Lepas ih, susah ni." Rajut Cecil karena Khafi justru mempererat pelukannya dan meletakkan kepalanya dicengkuk leher Cecil.

"Habisnya kamu fokus banget sampai akunya dicuekin."

Cecil justru terkekeh mendengar rengekan Khafi, bukannya nanggepin ucapan Khafi, Cecil mengabaikannya dan melanjutkan memasak walaupun terhalang oleh Khafi. Khafi yang sebal diabaikan membalikkan tubuh Cecil menghadap kearahnya.

"Yang," rengek Khafi.

"Hm,"

"Tau ah sebel sama kamu," ucap Khafi dan melepas pelukannya lalu melangkah kearah meja makan. Sedangkan Cecil memilih melanjutkan masaknya dari pada menanggapi Khafi yang bersikap seperti anak kecil itu.

Khafi menatap sebal kearah Cecil, entah kenapa Khafi merasa Cecil sering kali mengabaikannya. "Yang!" Ucap Khafi dengan menekan katanya.

"Hm," balas Cecil sambil meletakkan masakannya lalu menyendokkannya untuk Khafi. "Aku ngerasa kamu akhir-akhir ini sering ngabaiin aku."

"Manjanya kumat kan."sindir Cecil. "Yang!"rengek Khafi. "Sarapan dulu kak, abis itu berangkat sana. Katanya hari ini sidang."ujar Cecil mengabaikan Khafi.

Mau tidak mau Khafi tetap memakan sarapannya meskipun sesekali merengek minta disuapin seperti anak kecil, dan dengan senang hati Cecil menyuapi Khafi.

"Oh ya kak, nanti aku mau ijin kerumah mama," ucap Cecil setelah menyelesaikan sarapannya.

"Mama siapa nih, mama aku atau kamu?"

"Mama aku."

"Yaudah iya hati-hati. Nanti kalau sempat aku jemput."ucap Khafi yang diangguki Cecil, setelah meminum kopinya Khafi menghampiri Cecil dan menarik pinggang Cecil merapat pada tubuhnya lalu mencium keningnya. Setelah melepas pelukannya giliran Cecil yang mencium tangan Khafi.

Setelah rituan baru yang mereka lakukan Khafi pergi berangkat kekampus bersama Bagas yang sudah menunggu di lobi. Sedangkan Cecil membersihkan bekas makan mereka, lalu bersiap-siap untuk pergi kerumah mamanya. Setelah selesai Cecil berjalan keluar dari apartemen dan menyetop taksi untuk membawanya kerumah sang mama.

Sesampainya disana, terlihat rumah mamanya yang sepi membuat Cecil bingung, tumben-tumbenan rumahnya sepi,pikir Cecil.

"Assalamu'alaikum," salam Cecil sambil mengetuk pintu, tak lama ada yang membukakan pintunya.

"Waalaikumsalam." Balas mamanya lalu mengiring Cecil masuk kedalam, sebelum itu Cecil mencium tangan mamanya. "Ma, tumben kok sepi? Bik Ani sama kang Ujang mana?"tanya Cecil. Bik Ani adalah pembantu dirumahnya dan kang Ujang adalah tukang kebun mereka.

"Lagi pulang kampung,"jelas mama yang diangguki Cecil. "Oh ya ma kita jalan-jalan yuk,"ajak Cecil sambil tersenyum menatap mamanya. "Kan-kan ujung-ujungnya ntar pasti pakai duit mama nih,"balas mama memicingkan matanya.

"Mwehehe mama tau aja,"

****

"Gimana Fi, sidang lo?"tanya Dimas saat Khafi baru saja menghampiri mereka dikantin. "Yuhu lancar coeg,"ucap Khafi dengan senyum penuh kemenangan. "Kalau kalian berdua?"tanya Khafi sambil menatap Bagas dan Dimas.

Kedua pria itu menatap sendu kearah Khafi membuat Khafi merasa tidak enak. "Gpp deh, jangan sedih-sedih ntar tah--"

"Lo doain kita gak lulus?"potong Bagas menatap tajam Khafi membuatnya bingung. "Lah kalian kan--?"

"Kita lulus ogep!! Yuhu!"teriak Bagas dan Dimas membuat Khafi hampir terjatuh dari duduknya. "Sialan lo pada,"desis Khafi kesal.

"Mwehehe karena kita masuk bareng jadi kita kudu lulus bareng gitu loh mas Khafi."ucap Dimas menggoda Khafi.

"Geli gue,"gidik Khafi.

"Tapi kalau Cecil yang ngomong geli ngak mas Khafi?"goda Dimas membuat Khafi menatapnya ngeri.

"Sinting,"ucap Khafi lalu pergi meninggalkan mereka.

"Oy mas Khafi! Jangan tinggalin dedek,mas!"teriak Dimas dari meja membuat Khafi menatap ngeri sahabatnya lalu berlari menjauh dari mereka sedangkan Bagas dan Dimas terbahak-bahak melihat ekspreksi Khafi.

Sedangkan Khafi bergidik ngeri mendengar pangila Dimas, tapi tak urung dia memikirkan bagaimana jika Cecil memanggilnya mas, tapi satu sisi Khafi berpikir mas kayaknya ngak cocok buatnya.

Karena melamun Khafi tidak memperhatikan jalan membuatnya menabrak seseorang.

Brak

"Aduh,"ringis mereka, Khafi bangkit terlebih dahulu lalu membantu cewek yang ditabraknya dan ternyata itu adalah Stella.

"Ah kaki aku keknya terkilir deh Fi,"ucap Stella membuat Khafi memicingkan matanya. "Terus urusanya sama gue apa?"tanya Khafi cuek.

"Ya kamu bantuin aku lah Fi,"rengek Stella.

"Ogah,"ucap Khafi lalu meninggalkan Stella yang berdiri pincang, sedangkan Stella marah-marah tidak jelas, lagi-lagi usahanya gagal buat ngambil Khafi dari Cecil.

"Khafi! Tungguin aku!!" Teriak Stella, berusaja mengejar Khafi, tanpa memperdulikan aktingnya yang bakalam ketahuan oleh Khafi.

Sesampainnya didekat Khafi, Stella menarik tangan Khafi membuatnya berbalik menatapnya. Khafi menyentakkan tangan Stella yang memegang lengannya itu.

"Lepasin!" Ucap Khafi tegas.

"Ngak! Aku ngak bakalan lepasin kamu,"ucap Stella memeluk lengan Khafi, karena geram Khafi menghenfakkan dengan kuat tanganya membuat Stella terhuyung kebelakang, hampir saja terjatuh andai saja respon tubuh Stella tidak cepat.

"Gue udah bilang sama elo, jangan pernah gangu gue lagi! Sampai kapan pun gue ngak bakalan suka sama elo! Dan jangan pernah ganggu rumah tangga gue, kalau lu ngak mau dapet akibatnya."ancam Khafi seraya menunjuk Stella setelah itu meninggalkan Stella disana yang tengah menahan amarahnya supaya tidak meledak.

"SAMPAI KAPAN PUN AKU NGAK AKAN BERHENTI SEBELUM DAPETIN KAMU!" Teriak Stella yang diabaikan oleh Khafi.

"Tunggu tanggal mainnya, Fi. Gue yakin lu bakalan jadi milik gue."guman Stella tersenyum sinis, entah apa yang ada dipikirannya sekarang.

Tbc
Akhirnya selesai juga wkwk, ketahuilah selama seminggu nulis cuma dapet segini😂 biasanya 2 atau 3 udah banyak.

Emang seminggu ini tuh otak ngak bisa digunain samsek, sibuk banget sama ujian-ujian😂 doain yak biar ujian-ujianku lancar kek jalan tol wkwkwk.

Jangan salahkan aku kalau alurnya ngak nyambung, beneran kepalaku pusing, asli kagak bohong.

Ratna Tri & DNSF38

Kak, Pacaran Yuk![TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang