Monalisa ballads

5.2K 407 24
                                    

-
-
-
-

"Cinta kadang bagaikan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"

Iris itu menanar,menahan tumpahan air mata.
"Naruto...!!,jaga Hinata,Ia akan menyelamatkan perusahaan"

Kata-kata terakhir sang ayah membuat pria itu muak.Bisnis,perusahaan hanya itu yang difikirkannya.Bahkan saat di ujung nafas nya sekalipun hanya itu yang pria itu fikirkan,tidak kah Ia merasakan perasaan sang putra kini yang menjadi yatim piatu,di tambah istri ayah nya itu...

Naruto menatap penuh curiga pada wanita berpayung hitam di seberang sana,Amethyst nya terpaku pada peti dimana sang suami yang belum satu hari saja menikah kini telah meninggalkannya.

Meski Ia menyadari alasan pernikahan ini hanyalah sebuah kepentingan bisnis ,namun ada sedikit harapan di jiwa nya,jika Cinta akan menyapa hati nya yang tandus selama ini.

Tak bisa dipungkiri,pesona Namikaze itu benar-benar mampu mewujudkan sedikit ,dari impiannya dulu ,untuk memiliki sang pangeran di seberang sana.

Sekilas Hinata melirik sepasang biru itu mematap nya penuh benci.
Ia tahu apa yang difikirkan anak tiri nya itu.

Sampai sekarang sang eksekutor penembakan belum mau membuka mulut,siapa dalang di balik penembakan tersebut.

Naruto sendiri turun tangan dalam penyelidikan itu.
Berharap mendapat bukti yang mengantarnya pada sang pembunuh.

Meski kuat kecurigaan nya pada sang ratu,namun Ia tak mungkin mengatakan begitu saja kecurigaannya tanpa bukti.

Meski jauh di lubuk hati nya,Ia merasa penembakan itu di arahkan pada sang mantan Putri Hyuga itu,namum bayangan sang ayah bermandikan darah demi melindungi wanita itu membuat nya semakin membenci wanita itu.
"Mungkin seharus nya kau yang mati,Hinata...atau kaunyang merencanakan ini semua?!"batin nya berperang.

Hujan mengiringi pemakaman megah itu,media meliput prosesi pemakaman sang raja bisnis di Jepang itu.

Tiga hari yang lalu pria tampan itu memakai suite putih pengantinnya,namun kini Ia memakai setelan hitam nya terbaring siap berpisah dari dunia kejamnya.

Air mata turun berbulir di pipi pengantin baru itu,yang kini menjanda.Janda seorang Namikaze,janda yang akan diwarisi sepertiga saham ...Janda yang akan memimpin Perusahaan raksasa itu.Dan jangan lupa Ia adalah pewaris Hyuga yang juga berpengaruh di negeri itu,Maka lengkaplah sudah gelar Ratu itu pantas disandang nya.Namun,tak akan ada seorang Ratu jika tak ada seorang Raja bukan?!

Payung-payung hitam itu mulai keluar dari area pemakaman,meminggalkan keluarga inti dari pria itu.

"Hinata...jaga Naruto"wanita itu mengenang pesan  sang suami,Ia cukup mengerti maksud itu...Naruto bukanlah seorang mahir untuk bisnis,mungkin Ia memang tak terlahir untuk itu.

Hidup pria 24tahun itu terlihat selalu mudah,dan bahagia.Minato sang ayah sangat memanjakan putra semata wayang nya itu.

Tanpa satu pun tahu luka yang ada di hati pria flamboyan itu,sejak kematian sang Ibu,Naruto tumbuh menjadi seorang yang tak peka dan acuh,luka itu membuat nya membangun pertahan diri yang tinggi dari rasa patah hati,tak ada cinta hanya kesenangan.Cinta hanya akan meninggalkan luka menganga yang sulit kering.

Namun hari ini,lagi Pria itu merasakan patah hati.Sang ayah yang dicintai nya terenggut begitu saja saat pernikahan itu,sungguh tragedi yang mengenaskan.

Janda muda nan kaya itu harus melewati malam pertama nya dengan jamuan duka.mungkin cinta memang tak ada untuk nya.

"Nyonya,Tuan Muda...hari mulai gelap,Mari..."seorang pengawal mengingatkan.

Hinata bangun dari kursi nya,membuka jalan.
Naruto memgekor di belakang,langkah nya gontai memandang tanah basah pemakaman sang ayah.

"Ayah,maaf aku tak berguna"lirih hati nya,tersayat.

Hening,...

Limo hitam itu membawa anak dan ibu sambung itu menuju mansion mereka.

Pintu besar itu terbuka,beberapa tamu tampak menyambut dan mengucapkan belasungkawa,beberapa dari mereka mengenang sang Namikaze Minato yang tegas namun ramah itu.

Hinata melirik ke ruang besar lainnya,Naruto tampak termenung memandang perapian
.Hinata berniat menghampiri pria itu,namum seorang wanita segera duduk disamping Naruto,Shion.

Hinata merasa ada yang perlu di luruskan dengan anak tiri nya itu,namum aura kebencian pria itu menyurutkan niat nya.

"Nyonya,besok Anda dan Tuan muda akan menemui Tuan Kakashi,pengacara keluarga Namikaze"bisik seorang kepala pelayan.

Hinata mengangguk"Aku akan memberi tahu,Tuan muda"

Hinata pun melangkah menuju ruangan itu"Shion-san,maaf bisa aku bicara empat mata dengan anak ku itu"usir Hinata penuh wibawa.

Shion mengangguk ragu,heels nya berdentum di atas marmer itu.

"Anakku?!kau bukan Ibuku,"Naruto tersungging sinis.

Hinata menghela nafas letih"Tuan Kakashi besok akan bertemu kita"

Naruto terkekeh"Kau...1jam yang lalu ayahku baru saja di makamkan ,dan sekarang kau bicara tentang harta?!"tanya nya,hina.

"Sulit bicara pada orang yang hanya melihat segalanya dari sisi yang salah,Penilaian mu sungguh buruk,Namikaze muda"Hinata membuka jendela ruangan itu.

Angin gerimis menyapu wajah nya yang sedikit sembab.

"Katakan...apa kau terlibat?"dingin Naruto bertanya.

Hinata tertawa sinis"Menurut mu apa aku menginginkan suami ku mati?!,ayolah bahkan kami belum melewatkan malam pertama kami"Hinata melangkah  mendekati pria itu.

Wajahnya terpantul di botol-botol kristal berisi cairan berwarna kekuningan itu."Kau hanya bisa mabuk dan bercinta,disayangkan sekali jika perusahaan sebesar itu harus diwariskan pada pria tak berkualitas seperti mu"Hinata melecehkan.

Gelas di tangan pria itu pecah,teremas emosi sang pangeran"Kau...benar-benar wanita ular"

Darah menetes dari tangan pria itu.

Hinata merobek ujung gaun hitam nya"Jangan buang-buang darah mu,kau tahu ayah mu menumpahkan banyak darah untuk semua ini,untuk mu"lihai tangan wanita itu membungkus  luka sobek itu.

"Berhenti berpura-pura baik,Hinata"suara Naruto bergetar.

"Aku tidak berpura-pura.Aku membutuhkan mu dan kau membutuhkan ku,Kau akan melanjutkan perjanjian Namikaze dan Hyuga,anak ku"Hinata mengelus pipi pria itu.

"Jad kau mulai menyanyikan lagu drama mu itu lagi?" Naruto menatap mata wanita itu.

Senyum tipis terukir di wajah bak lukisan itu"Lagi?,Apa kau pernah mendengar nyanyian drama ku sebelum nya?!"

Naruto tertawa"Kau...kau, gadis pendiam dan pemalu di suduk kelas itu kan?,Kau fikir aku lupa betapa menyedihkannya kau dulu...,berusaha menarik perhatianku"kini Naruto yang membelai rambut lepek wanita itu.

Hinata sedikit tersentak kaget,Pria itu ternyata cukup mengingat dia setelah 8tahun berlalu.

"Kau lihat,ini lah aku yang sebenar nya,,hm,Kau tak cukup pintar memilih gadis,Naruto..."lagi,Hinata menunjukan ke aroganannya.

Hinata segera bangkit dan melangkah menuju pintu.

"Perbaiki penampilan mu itu,kau terlihat seperti pemabuk yang tengah patah hati"lontar Hinata sebelum menutup pintu.

Naruto kembali menegak minuman itu dari botol nya.
"Kau benar,harus nya aku memilih mu,untuk menjadikan ku ular seperti dirimu"

Next

NHL's mana suara nya?!!

Gloomy and BloomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang