Love infection

5.5K 343 12
                                    




Hinata memijit kening nya,lelah.sinar biru dari layar laptop ,membias dikacamata bening itu.

Ia melarikan fikirannya seputar pagi tadi,tenggelam dalam angka-angka bernilai itu.

Pintu kamar nya tertutup sejak pria itu membuka rongga mulut nya.bibir itu memang pernah terkecup lembut sang mendiang suami,namun yang pagi tadi...oh,itu ciuman panas pertama nya.
Ia masih bisa mengecap citrus yang ditinggalkan pria itu di mulut nya.

Ya,mulutnya terasa asam-asam,manis...,Hangat.

Tok...tok...
Pintu kamar nya terketuk pelan.

Ia masih menulikan telinga nya,Ia tahu di balik pintu itu pastilah anak tiri lancang nya.Hanya mereka berdua di pondok ini,si tukang masak dan penjaga pondoknya terpisah di pondok lain yang tak terlalu jauh.

Tok...tok...
Lagi,pintu itu teketuk.

Hinata menghela nafas pendek,sulit berkonsentrasi akan pekerjaannya.Suara ketukan di pintu itu,memecah angka-angka saham itu.

Dengan kesal dan malas,Ia membuka pintu itu,kasar.

"Nyonya,maaf...tapi Tuan muda demam"seorang wanita paruh baya,membungkuk hormat.

"Apa demam?,tadi pagi Ia masih bermain air...,baiklah aku akan melihat nya"Sahut Hinata.

Hinata segera menyambar cardigan nya,menutupi piyama tidurnya.

Pria itu,terbaring di tempat tidur.
Jendela kayu itu terbuka menyambut langit malam diatas laut.

Sehelai kain kompres terlihat di keningnya.

Berat,Hinata masuk ke kamar sang pria.
Tangan dinginnya menyentuh kening pria yang memejamkan mata nya itu.
suhunya hangat,memang.Ia mengganti kain kompres itu.

"Hm,Apa kau sudah makan,Naruto?"gumam nya pelan.

"Baiklah,kau harus minum obat nya...mungkin ini karena jahitannya,Aku harap kau tak infeksi..."lagi,wanita itu bergumam sendiri.

"Ya,aku terinfeksi...,Hinata"tiba-tiba pria itu berbicara.

Hinata menatap wajah Naruto,sebal.
"Hm,jadi ini bagian dari sandiwara mu lagi?"lontar nya.

Hinata segera berdiri,menjauh dari tepi ranjang.

Namun kalah cepat,tangan pria itu segera mendapatkan lengan nya.
"Kau terjebak...,lihatlah sejauh mana kau menginfeksi ku dengan racun mu itu?!"seringai pria itu.

Hinata mencoba menepis pegangan itu,namun Naruto malah menghentak,menarik tubuh wanita itu terjatuh ke atas ranjang nya.

"Kau,ingatlah aku Ibu mu"Hinata,memalingkan wajahnya dari pandangan Naruto yang memburu.

Naruto hanya menatap dingin,melihat wanita itu berusaha lepas dari nya.

"Jangan berontak lagi,Aku bisa berbuat kasar padamu"ancaman nya.

Keringat dingin merembas di tubuh nya,Ia merasa firasat buruk dari pria itu.
Mendengar ucapan Naruto,membuatnya gentar,hilang keangkuhan dan benteng kekuatannya.

Ia sadar,Ia hanya wanita...dan mereka berdua di tempat ini.Para pelayan itu terlalu takut untuk membantu nya jika Naruto benar-benar menyerang nya.

"Oh,Hinata...mengapa kau menggoda nya tadi?!,Lihatlah kau telah membangunkan sesuatu"rutuk nya.

Seperti membaca kecemasan di wajah Hinata,Naruto semakin menarik nya kepelukan.

"Hei,kemana gaya sok jual mahal mu itu?!"Naruto membaui leher Hinata.

Hinata berdesir,menahan lenguhan nya"Apa yang kau lakukan?"lirih nya.

"Memberi mu,malam pertama yang tak sempat ayahku berikan pada mu...Ibu"bisik nya seraya,menjilat ujung cuping sang wanita.

"Kau,salah...Ini bukan pertama nya untuk ku,hm'..!"Hinata masih berusaha menutupi,ketakutanya dengan kebohongan.

Naruto terkekeh,"Bagus,kita buktikan...kalau begitu kau cukup pandai bukan untuk melakukan ini..."Naruto memutar tubuh nya,membuat Hinata terbanting di bantal empuk itu.

"Jangan,lakukan...Anak bodoh,ini akan merusak keluarga kita"ingat Hinata.

Naruto tersenyum,masam"Keluarga?,kau bukan keluarga ku...kau wanita yang ayahku nikahi,lalu Ia mewariskan mu pada ku..."

Hinata menggeleng,menyadari Pria itu telah bergerayang membuka kancing piyama nya.
"Mana benda yang tadi pagi kau pamerkan itu?"

Hinata menggigit  bibir nya,menahan geli saat bagian sensitif nya itu teraba.
"Jangaaan,Naruto..."serak nya.

"Aku sudah meminta dengan baik,aku katakan aku mencintai mu,tapi kau masih membohongi hati mu.."nada kesalnya.

"Jika kau melakukannya,berarti kau memaksaku..."bela Hinata.

Naruto membelai rambut berkeringat itu,lembut"cukup katakan,Kau juga mencintaiku maka ini bukan paksaan"

Hinata menatap shafir itu yang meneduh,hangat"Benarkah kau mencintai ku?"tanya nya,melemah.

Naruto tersenyum hangat"Aku mencintaimu,jadi lah milikku...berikan lah cinta mu...,jangan terus kau simpan di hati dingin mu itu...."lembut Naruto.

Air mata meleleh,kelopak bunga yang telah lama mekar itu gugur,siap di ganti kuncup yang baru.

Masa kelam dingin itu berakhir,bunga-bunga di taman hati nya bermekaran.

Rasa masam kebencian anak dan ibu tiri itu menjadi manis.

"Kau gugur Naruto,....aku menakluk kanmu..."Hinata menyisir jemari di rambut pria itu.

Naruto tersenyum tipis,bahagia"Aku bahagia dengan kekalahan ku ini,karena aku mendapatkan mu..."bisik nya.

"Aku menyerahkan hati ku,dan ...ergh"Hinata mengeluarkan desahan pertamanya,saat gigi pria itu menandai kepemilikan pertamanya di tubuh wanita itu.

Naruto membuka kaos putih nya,Hinata hanya bisa menatap bergetar melihat tubuh sang pria yang siap menggarapnya.

"Kita bisa anggap ini,bulan madu kita..."Naruto memposisikan tubuh nya ,mengukung tubuh itu dengan paha nya.

Tangan mereka berpaut ,disamping kepala sang wanita....

Naruto mulai menciumi wajah nya,liar.

Lidah mereka menari,berpagut dalam helaan nafas yang tersenggal.

Angin laut menyingkap tirai .Sang bulan dan ombak menyaksikan pergumulan di kamar itu,membisu.Hanya suara desahan dan rintihan yang mendayu di iringi kepakan burung malam.

Bulan semakin meninggi,tepat di batas semu samudra.

"Erghh...aku datang,Hinata..."geram Naruto,seraya menanjapkan lembut gigi nya di bahu sang wanita.

Hinata hanya bisa mencakar-cakar punggung kokoh itu,saat Ia pun sampai pada pelepasan nya,entah yang keberapa kali.

"Kau masih belum mau mengatakannya?,kau mencintai ku,..."Naruto berguling,menjatuhkan tubuh nya di samping wanita yang bermandi keringat itu.

Lelah,rasanya tubuh wanita itu,Menampung hasrat dan cinta pria itu.."Aku....eugh..."lenguh nya,meringkuk ke bidang dada pria nya.

Naruto terkekeh kecil"Tidurlah...,Hinata"Ia pun ikut memejamkan matanya.Bersiap terbang bersama menjemput mimpi indah mereka.

Next





Gloomy and BloomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang