•
•
•
•Sreeet...
Tirai emas itu terbuka,menampakan silau mentari yang menyilaukan.
Surai sang pria tak kalah kemilau memantul,mata nya mengejap-ngerjap berusaha menyesuaikan terang dalam gelap mimpi yang tersisa."Kau...?!"protes nya.
Siluet seorang wanita membayang di bawah jendela besar itu.Harum mawar menyerbak tertiup angin,dari taman di luar sana.
"Bangunlah...kita ke kantor hari ini"ajakan itu terdengar seperti perintah.
Pria bertelanjang dada itu,terduduk.
Biru nya meneliti sang ibu tiri yang telah siap dengan setelan blezer putih nya."Kau masuk kekamar seorang pria?"tanya Naruto,setelah kesadarannya terkumpul.
"Kau anak ku,anak malas harus selalu di bangunkan Ibu bukan?"lontar wanita itu ,berdecak pinggang.
"Ouh,kau seperti ibu yang cerewet Hinata,aku sudah besar"protes Naruto seraya menyingkirkan selimut tebal nya.
"Panggil aku ibu,...cepatlah bocah besar,sarapan menunggu mu"Hinata membuka tirai yang lainnya.
"Keluar lah,apa kau mau memandikan ku juga,Ibu?"ejek Naruto.
Hinata meredam merah wajah nya,Pria itu berdiri merentang-rentang tubuh.Dada dan perut berotot itu terukir bak lukisan dewa,mata biru nya jernih menatap matahari.
"Hei,kau terpikat pada ku ya...?!"pede Naruto,menyadari tatapan sang Ibu tiri.
Hinata tersenyum kecut,"Aku tak tertarik pada pria besar yang bodoh"
"Hm' benarkah?,katakan kenapa kau memilih bunga yang layu jika kau bisa mendapatkan bunga yang segar,Ibu...?"Naruto mencengkram siku sang wanita,menggoda.
Hinata mengerti maksud pria itu,
"Aku tak berfikir ayah mu bunga yang layu,Naruto.Dia hampir sesegar kau,sebaiknya kau sering menyiram otak mu ini, atau kau akan layu sebelum berkembang,Nak..."tangan wanita itu,membelai kening sang anak sambung.Naruto menepis tangan wanita itu.
Seringai pria itu mengembang"...bahkan kau belum disentuh ayah,jadi kau lah yang akan menjadi bunga yang layu itu,Ibu...'bisik Naruto,nafas nya berhembus menggelitik wajah Wanita itu.Hinata menelan saliva nya,betapa dulu Ia penah berharap sedekat ini dengan pria cinta pertama nya itu.
Hinata segera melengos,menghindar saat Bibir pria itu semakin mendekat.
"Susu hangat mu akan membeku,cepat lah"Hinata segera keluar dari kamar itu.
Naruto hanya tersenyum tipis,kegugupan terlihat dari langkah wanita itu.
"Kau masih menyukai ku,Hinata..."-
-
-
Lincah wanita itu bermain dengan keyboard laptop nya.
Asap mengepul dari cangkir teh,harum manis roti tersaji di meja besar itu.Sang anak tiri turun ikut bergabung di kursi-kursi hampa itu.
Ia memandang wanita itu di ujung sana,meja mereka terlalu besar hanya untuk di isi berdua.
"Itu tempat ayahku"lontar Naruto,menggema di ruang bernuansa dark brown itu.
"Ya,...Aku adalah kepala keluarga rumah ini,kau tak lupa kan?"senyum Hinata sesaat.
"Keberuntungan macam apa yang datang padamu!!?,belum sehari menikahi ayah kau mendapatkan semua nya yang Ia perjuangkan..."Naruto memotong roti dan daging steak nya.
"Ya,tapi aku harus membayar mahal untuk itu"Hinata kembali mengalihkan perhatiannya.
"Apa itu hm'...?tanya pria itu seraya meneguk segelas susu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy and Bloomy
Fiksi PenggemarPairing:NaruHina warning rate (M)21+adult content Disclaimer:Masashi Kishimoto typo ,EYD,POV bolak-balik, dll.