Bab 23 : Ikatan Batin Terjalin

2.2K 202 4
                                    

📌 Revisi bab lama. Jangan salfok sama komen yang mungkin nggak nyambung.
_________________________________________




Cara menghilangkan trauma pemerkosaan pada perempuan.

Lagi, aku berinisiatif seperti sebelumnya untuk membantu Naura lepas dari jerat masa lalu. Entah mengapa, melihat kepedulian Kak Fajar pada Naura, dan gambar Naura tentang Kak Fajar, aku pikir mereka pernah saling memiliki rasa. Entah sedekat apa, tetapi ... aku ingin membuat dua orang itu setidaknya jika tidak bersatu, maka saling memaafkan.

Memaafkan di sini bukan sekadar Naura saja yang menanggung semua kesalahan Kak Fajar. Aku ingin, dengan saling memaafkan di sini, Naura bisa merasakan kedamaian untuk dirinya sendiri.

Sementara Kak Fajar, agar ia bisa kembali tenang menjalankan kehidupannya—jika seandainya mereka tidak punya takdir bersama.

Aku begitu antusias ingin mewujudkan hal ini. Setelah memeriksa artikel mengenai trauma perempuan, aku mencatatnya dengan baik dalam memori.

Pertama, Naura harus menerima keadaannya sendiri. Kupikir, ia sudah berhasil di tahap ini.
Kedua, Naura seharusnya memiliki seorang teman untuk saling bertukar cerita. Untuk satu ini, aku agak sedikit ragu. Naura tampak selalu baik-baik saja, walau sesekali, ia akan patah serapuh-rapuhnya wanita. Kuperkirakan, bahwa Naura sejujurnya belum menerimaku dalam hidupnya.

Tidak masalah, aku akan mengambil kepercayaan Naura.

Ketiga, korban juga sebaiknya melakukan banyak hal.positif. Naura punya kanvas dan alat lukis, kupikir sudah cukup.

Keempat, Naura sebaiknya berinteraksi dengan orang-orang positif, agar tidak terbelenggu dalam pikiran dan traumanya.
Karena di kompleks perumahan ini aku tidak menemukan yang sesuai, maka jadilah, aku mendatangi Kak Fajar di pagi hari. Memeriksa semua isi lemarinya, meski pria itu memprotes.

"Kak Fajar luang sore nanti? Abis asar perkiraan."

"Kenapa?"

"Jawab dulu, Kak ...." Aku menatap sinis Kak Fajar, lalu mengeluarkan sebuah topi dari sana. Telapak kakiku yang semula berjinjit, segera merata di atas lantai.

"Nanti Kakak luangin waktu buat kamu. Kamu butuh sesuatu?"

Aku mengangguk senang, segera memasangkan topi ke Kak Fajar, lalu memperbaiki posisinya agar rapi.

"Kakak nanti ke lapangan kompleks perumahan, ya? Temenin aku ngabisin waktu sore di sana—" Kalimatku terjeda, ketika khawatir saat Kak Fajar hendak menggeleng. Buru-buru, aku melanjutkan, “Adit sibuk. Aku ngidam banget mau duduk-duduk di sana."

Kak Fajar menjauhkan tanganku dari kepalanya, lalu mengacak jilbabku gemas. "Iya ... iya," ucapnya, sembari melepas topi.

"Nanti Kak Fajar pake itu, ya?" Aku menunjuk topi yang ia kembalikan di tempatnya semula. "Aku mau ajak Naura juga."

Sontak, Kak Fajar langsung menoleh dengan gerakan cepat. Alisnya terangkat, meminta konfirmasi lanjutan, yang kupikir sudah cukup dengan sebuah senyuman.

"Naura nanti aku ajak ke lapangan. Kakak nggak mau ketemu ibu anaknya Kakak?"

Pria ini ... tampak canggung mengangguk selang beberapa detik usai aku menjawab. Lalu tersenyum, yang malah terlihat kaku di mataku.

Pernikahan di Atas Kertas ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang