Seusai melakukan sholat maghrib, Arin kembali fokus ke laptopnya berniat menonton drakor favoritnya. Hanya itu yang bisa ia lakukan di kala ia bosan. Maklum, Arin hanya tinggal dengan Bi Sarah, pengasuhnya dari kecil. Ibu Arin sudah meninggal dunia semenjak ia kecil, sementara Ayahnya menikah dengan perempuan lain. Meskipun masih memiliki Ayah, Arin lebih memilih tinggal bersama Bi Sarah dibanding keluarga baru nya.
Sambil menonton drakor, Arin sesekali memakan ice cream grean tea yang ia sediakan, itulah kesukaannya.
Drrttt...
Arin melirik ponsel nya dan melihat nama Adel tertera di layar ponselnya.
"Halo,kenapa del?"
"Kamu dimana rin?"
"Dirumah aja"
"Mau tau nggak about something?"
"What?"
"Anak baru itu sumpahh ganteng banget rin, demi apapun, demi sejagat raya demi seisi bumi dan sepenuh matahari. Muka nya mirip selebgram njirr, gue sukaa"
"Cuma itu del?" Tanya Arin seolah kecewa dengan pernyataan Adel.
"Aku bilang gini supaya kamu bisa move on aja sih hehehe"
"Udah itu aja?" Tanya Arin lagi.
"Kamu besok sekolah rin?"
"Hooh" jawab Arin singkat dengan mata yang fokus ke laptop.
"Yaudah, kamu sebangku sama anak baru, soalnya cuma itu yang kosong, aku matiin ya Rin, bye bye"
Tut..tutt..tutt
Nada terakhir yang terdengar di telinga Arin. Ntah mengapa Arin sedikit merasa gugup dengan pernyataan terakhir Adel, mengapa ia harus merasa gugup? Toh dia memang sudah terbiasa tanpa adanya cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redup
Teen FictionIbarat yang patah tak bisa tumbuh, layaknya yang putus tak bisa tersambung dan persisnya yang pergi tak akan kembali, begitulah. Tentang Arin yang bahagia bertemu Rey yang membuatnya lupa akan masa lalu yang suram. Membuat Arin merasa harapan unt...