"Kalaupun Arin nanti bukan gadis yang Rey sukai,setidaknya jangan buat Arin yakin kalau Rey itu laki-laki pilihan Arin"-Arin
Hari ini cuaca sangat mendung membuat siswa siswa bergegas cepat untuk pulang kerumah.Arin yang biasanya bersama Rey kini hanya mengelus dada ketika melihat Rey pulang bersama Talia.Seharian ini tidak ada perbincangan diantara mereka dan sangat membuat mood Arin hancur berantakan.
"Rin?kamu nggak pulang?"
Suara lelaki itu membuat lamunan Arin terbangun."Nggak kak,Arin mau keruang OSIS dulu,nyelesain apa aja yang belum selesai"
Raka tersenyum, "Boleh juga,kamu sudah makan siang?Ayo kita makan dulu"
Mereke memutuskan untuk makan siang di cafe dekat sekolah.Arin tidak pernah merasa canggung dengan Raka sebab Raka ada sahabat Rian sewaktu SMP.Raka sudah dianggap nya sebagai kakak sendiri meskipun tidak dengan Raka.Raka menyukai Arin.
Telpon masuk dari Rey
Arin terdiam sejenak.Berfikir berkali kali untung mengangkat panggilan itu.
"Angkat aja"Kata Raka.Namun Arin menolak,ia tidak mengabaikan panggilan itu dan melanjutkan makan siangnya.
Setelah selesai makan siang,mereka berdua kembali ke sekolah untuk menyelesaikan urusan OSIS.Ketika hendak menuju keruang OSIS terlihat dari ujung koridor pria ber-hoodie coklat yang sedang menyandarkan badan nya ditembok.Semakin dekat,sosok itupun semakin jelas.
"Rey?" Panggil Raka.
Rey langsung melepaskan sandarannya ditembok dan berdiri menghampiri Arin.
"Kenapa telpon ku gak diangkat?"Mata Rey tertuju tajam pada Arin.
"Ngapain berduaan disekolah?"
"Urusan OSIS"jawab Raka sambil melihat Arin yang masih tertunduk.
"Anak buah kan banyak,kenapa harus sama Arin saja?" Tanya Rey memajukan langkah nya untuk mendekati Raka.
"Bukan urusan mu"Cetus Raka.
Arin yang merasa keadaan yang tidak enak seperti ini pun bingung harus berbuat apa.Dia tidak ingin memperdulikan Rey tapi ia masih bingung kenapa Rey menyusulnya dan bertindak seolah olah ia peduli.
"Kalau ada yang Rey mau omongin,nanti aja,Arin sibuk".Tiba tiba Rey menarik tangan Arin dan membawanya pergi tapi Arin menolak "Lepas,berenti narik tangan Arin kayak gini lagi".
Rey menghentikan langkahnya "Aku mau ngomong"
"Arin bilang kan nanti aja"
Rey makin menguatkan genggamannya,"Sekarang"
"Woyy,kasar banget sih jadi cowo"Kata Raka sambil menarik tangan kiri Arin dan mencoba untuk melepaskan Arin dari Raka.
"Kak,Arin gakpapa,Arin pulang luan ya kak,maaf untuk hari ini".
Rey pun langsung membawa Arin pergi dari sana. Rey membawa Arin masuk kedalam mobilnya dan keluar dari lingkungan sekolah. Selama diperjalanan tidak ada perbincangan diantara keduanya sampai mereka berada didepan rumah Arin
"Rey cuma mau nganterin Arin pulang?"tanya Arin
"Mau ngomong sebentar"
"Oh,gitu,yaudah,ngomong aja"
Rey terdiam sejenak,membenarkan posisinya dan akhirnya menarik nafas dalam dalam.
"Rasa nggak?kalau kita udah renggang?"
Arin mengepalkan kedua tangannya, seperti Arin memahami apa yang akan Rey bicarakan.
"Ngapain di rasa? Kan Arin bukan siapa siapa Rey"
KAMU SEDANG MEMBACA
Redup
Teen FictionIbarat yang patah tak bisa tumbuh, layaknya yang putus tak bisa tersambung dan persisnya yang pergi tak akan kembali, begitulah. Tentang Arin yang bahagia bertemu Rey yang membuatnya lupa akan masa lalu yang suram. Membuat Arin merasa harapan unt...