A&A 2

6 1 0
                                    

A Dan A


Maaf kalau ada typo ya...


Happy Reading...

↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓

Adila sudah berbaris di lapangan dengan Jia di depannya dan Fany di belakangnya.

"Baiklah kita tunggu adik kelas kalian sebebtar." Ucap guru Olahraga mereka. Pak Murtio.

"Kelas berapa pak?" Tanya Seka teman Ano.

"Kelas 10 IPA 1." Ucapnya.

Adila dan yang lainnya hanya diam menunggu.

"Kinar, siapkan barisan kelasmu." Ucap Pak Murtio kepada ketua kelas 10 IPA 1.

Kinar langsung memerintahkan teman-temannya.

"Bukankah di kelas 10 dan 11 IPA 1 ada murid baru? Ayo perkenalkan diri kalian."

Fico dan Adila meju kedepan.

"Nama saya Tranfico Grestico Pristine. Panggilannya Fico." Ucap Fico.

"Nama saya Adilan Tayana Pristine. Panggil Adila." Datar tanpa senyum.

"Kalian adik kakak ya?" Tanya pak Mutio.

"Iya dong pak." Jawab Fico tersenyum.

"Kalau begitu kalian adik dari Delinova Fransic Pristine ya?"

"Iya pak." Balas Fico lagi.

"Kalau begitu ayo, siapkan tim basket kelas kalian. Kita akan bertanding." Jelas pak Mutio.

"Fico kamu masuk ke tim ya."

"Baik pak."

Pertandingan dimulai..

"Ano, kita jangan sampai kalah." Ucap Sean.

Ano hanya tersenyum sinis, menatap Fico... Mungkin...

Pertandingan berlangsung seru. Kapten kelas 10 adalah Gasra. Dan kelas 11 adalah Ano.

Sorak sorai siswa dan siswi kelas 10 dan 11 IPA 1 itu terdengar memekakan di telinga.

Fany dan Jia terus meneriaki Ano, Samuel, dan Sean. Sedangkan Adila hanya diam memperhatikan adiknya, yang terus di tatap sinis oleh Ano.

Setengah jam berlalu, tim yang unggul saat ini adalah tim Fico yaitu 15-11. Ano terlihat kesal, Adila hanya terdiam melihatnya.

Setelah 10 menit pertandingan di lanjutkan. Adila terus memperhatikan adiknya itu. Sampai sesuatu terjadi, Adila turun ke lapangan dengan tangan terkepal.

Sampai disana dia melihat lutut Fico yang memar. Dan tanpa kata lagi, Adila menarik baju Ano.

"Maksud lo apa?" Dengan nada dingin.

"Gak ada maksud sih. Cuma untuk bersenang-senang." Balasnya.

Adila sudah marah, dan ingin menonjok Ano. Namun di tahan oleh Fico.

"Kak Fico gak papa kok. Ini cuma luka kecil aja, nanti juga sembuh." Jelasnya.

Adila melepaskan tangannya dari baju Ano. Dan menghadap ke Fico. Menatapnya datar.

"Kalau sampai kejadian yang dulu terulang lagi." Adila tak melanjutkan kata-katanya namun menatap mata Fico tajam.

Fico tahu artinya.

Adila langsung menarik Fico untuk ke kelasnya. Karena Adila membawa obat merah dan plaster di tasnya.

Adila mengobati luka Fico dengan perlahan. Jia dan Fany ada di sana duduk di bangku depannya. Begitu juga dengan Ano, Samuel, dan Sean.

A Dan ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang