A&A 4

6 1 0
                                    

A Dan A


Maaf kalau ada typo ya...


Happy Reading...

↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓

Adila dan Fico sampai di rumah mereka tepat pukul delapan malam.

Adila keluar dari dalam taksi setelah membayarnya.

Fico telah membuka gerbang rumahnya dan menutupnya lagi setelah Adila masuk ke dalam. Mereka menuju pintu utama.

Belum sempat Adila membuka pintu....

"Dari mana saja kalian?" Tanya Derli Papa mereka.

"Pa.... Papa." Ucap Fico terkejut.

"Dari rumah temannya Fico." Jawab Adila santai.

"Adila, kamu perempuan pulang jam segini. Masuk!" Tegas Derli.

Mereka mengikuti Papanya yang menuju ruang tamu. Disana ada Deno dan juga teman-teman barunya.

"Duduk." Ucap Derli.

Adila dan Fico duduk bersebelahan dan berhadapan dengan Derli. Sebelum fokus dengan Papanya Adila menatap Deno dengan tajam.

"Papa gak pernah ngajarin kalian untuk pulang malam ya. Kecuali kalau ada kerja kelompok. Apalagi ini cuma karena alasan main."

"Jawab Papa dengan jujur, kalian dari mana?" Tanya Derli.

Memang dengan menggunakan nada yang biasa saja, namun tegas dan itu yang membuat Fico ketakutan berbeda dengan Adila yang terlihat biasa saja.

Fico diam menunduk. Adila hanya menghela nafas. Suasana sangat hening saat itu.

"Kita gak main kerumah temannya Fico." Jelas Adila.

"Tadi Deno bilang Papa. Kalian main kerumah temannya Fico, tapi sekarang.... Kalian bohongin Papa?"

"Kita gak bohongin Papa, benar kalau kita bilang main. Tapi kita main ke rumah temannya kak Deno. Namanya kak Dena." Ucap Adila sambil menatap tajam pada Deno.

"Adila matanya." Peringat Derli.

Adila kembali menatap Fico.

"Muka kamu biasa aja. Takut banget, kita gak ngelakuin kesalahan besar." Ucap Adila sambil menepuk bahu Fico.

Derli hanya memperhatikan kelakuan Adila dan menggelengkan kepala.

"Ini buat Papa sama kak Deno." Ucap Adila dengan meletakkan bungkusan yang berisi gemblong tadi.

"Apa ini?" Tanya Derli.

"Gemblong, Pa. Rasanya enak manis deh, aku aja udah makan empat." Ucap Fico yang sudah tenang kembali.

Derli dan Deno penasaran dengan rasanya. Akhirnya mencobanya hingga mereka menyukainya.

"Kalian, ini ambil makan saja. Enak." Ucap Derli pada teman-teman Deno.

"Iya om." Ucap mereka dan mulai memakannya.

Adila hanya bersender pada sandaran sofa.

Mereka semua memakannya sampai hanya tersisa beberapa saja.

"Kamu beli dimana, ini enak banget Papa jadi kenyang." Ucapnya.

"Beli di kak Dena." Ucap Adila.

"Dena jualan ini. Wah dia gak pernah cerita ke kita-kita." Ucap salah satu teman Deno.

Adila menatapnya.

"Dia yang gak pernah cerita apa kalian aja yang gak peduli sama kak Dena." Ucap Adila.

A Dan ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang