two

6.6K 252 2
                                    

[Willis POV]

Aku bergegas turun kelantai satu apartement ku dan langsung menuju dapur. Tapi baru saja aku menapaki kakiku di anak tannga terakhir aku tepanah melihat adik ku tengan berkutat didapur menata meja makan. Rambutnya ia cepol asal menampakkan leher jenjangnya ya wow membuat juniorku langsung mengeras.

Aku menghelanafas kasar, sunggu melihatnya saja sudah membuatku gila seperti ini apa lagi... Ah sudahlah jangan dibahas membuatku semakin pusing. Aku penasaran apa yang dimasak Roxe untuk makan malam kami. Aku ingat mom mengatakan Roxe tidak memasik tapi apa ini.

"Oppa pikir kau tidak bisa memasak seperti yang mom katakan. Tapi melihat semua ini, kurasa mom harus menarik kata-katanya kemaren." aku menghampirinya dan ku lihat berbagai macam makanan khas korea tersaja di meja makan dengan cantik.

"Mom memang tidak pernah tahu aku bisa memasak oppa, dia terlalu sibuk dengan yayasan amalnya." Roxe menoleh, gadis bermata rusa itu tersenyum masam. "Semua ini aku pelajari dari Kim ahjumma, kepala pelayan kita. Dialah yang mengajariku banyak hal tentang menjadi seorang menantu idaman katanya, seperti memasak mengurus rumah segalanya." lanjutnya masih dengan senyum sudut bibirnya.

Aku tahu selama ini gadis kecilku itu selalu kesepian tinggal di mansion keluarga Oh yang besar. Dad dan mom selalu sibuk dengan urusan bisnis dan yayasan amal mereka. Dan membuat Roxanne tumbuh tanpa perhatian yang cukup dari kedua orang tua kami.

"Bernarkah? Oppa tidak sabar mencobanya." ujar ku antusias tidak ingin usahanya sia-sia, tidak ingin terlalu memusingkan hal lain.

"Duduklah oppa! Aku akan mengambilkan minum untuk mu." aku pun duduk dan mulai menyumpitkan sedikit makanan kedalam mulutku, dan itu sungguh luar biasa. Sangat lezat, entah itu karena aku yang sudah lama tak memakan makanan korea atau memang makanan yang di buat Roxe memang lezat. Entahlah yang jelas aku menyukai makanan, rasanya ini sangat pas dilidahku.

"Oh My... Roxe ini benar-benar lezat. Oppa tak mengira tak akan seenak ini." pujiku jujur dan kembali menyuapkan lauk lain untuk mencobanya.

"Syukur lah oppa menyukainya. Tadi aku sempat bingung hendak memasak apa. Tapi kupikir selama 8 jauh dari korea, oppa pasti akan sangat merindukan makanan khas korea jadilah aku memasaknya." ujarnya nampak senang melihat ku mamakan masakannya dengan lahap. Dan ku lihat ia menggeleng menahan tawa lalu mulai menyuam makanannya.

"Pelan-pelan oppa, kau bisa tersedak nanti"

Di tengah-tengah acara makan kami, Roxe berbicara, memperingatiku dengan suara nya yang lembut. Kemudian mendekatkan wajahnya kearah ku menatap kearah bibirku dengan senyum yang sangat manis. Aku sempat menahan nafasku saat ibu jarinya mengusap lembut sudut bibirku yang kotor terkena saus.

"Kau makan cepat sekali sampai belepotan seperti itu." ujarnya tepat didepan wajah ku. Aku sampai dapat  mencium aroma lily yang menyeruak dari tubuhnya.

Oh! Astaga begitu besar pengaruh adik ku ini pada tubuhku. Baru hari ini kami bertemu, dan tubuhku langsung bereaksi hanya karena sentuhan kecilnya dan aroma tubuhnya. Aku rasa aku memang sudah benar-benar gila karena nya. Dalam hati aku mengutuk perubahan Roxanne yang sangat mengagumkan. Dan sekarang aku menyesal karena telah dilahirkan dari rahim dan darah yang sama dengannya.

Setelah selesai makan dan membantu Roxe membersihakn peralatan makan. Aku bergegas masuk kekamarku dengan alasan lelah dan mengantuk dan dia pun tidak keberatan akan hal itu. Sepertinya aku harus main solo malam ini untuk menjernikan otak yadongku.





Tidak, kepalaku sedikit pusing pagi ini, mungkin karena aku kurang tidur. Semalem juniorku benar-brnar menyiksa ku ditambah bayangan ciuman pasan kami yang terus berputa didalam otak tampan ku seperti sebuah film dvd player yang diulang-ulang saat aku memejamkan mataku. Aku hampai harus mandi air dingin pukul 3 dini hari untuk menenangkan juniorku ini dan tertidur entah pukul berapan.

Dangerous Brather's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang