four

5.7K 213 0
                                    


[Roxanne POV]

Hari ini sungguh hari yang panjang dan melelahkan untukku. Aku baru bisa pulang kuliah setelah pukul jam 9 malam. Tapi aku bersyukur oppa belum pulang dari kantor.

Aku masih bingun harus bersikap seperti apa kepadanya. Walaupun aku mengatakan padanya jika aku tak keberatan tapi tetap saja rasa nya pasti akan sangat canggung bila bertemu oppa.

Bahkan ini sudah 3 hari aku menghindar darinya, meski kita tinggal satu atap tapi aku belum siap untuk bertemu dengannya setelah malam itu. Aku masih terlalu malu untuk menatap matanya, hingga sengaja berangkat kuliah lebih pagi dan pulang larut dan langsung tidur.

Aku berjalan gontai memasuki kamarku, aku berniat langsung mandi dan tidur setelahnya. Tubuhku terasa lelah dan berat aku ingin segera menyegarkan nya, tapi sial! lampu kamar mandi dikamarku mati dan aku sangat takut ruagan gelap.

Akhirnya kuputuskan untuk mandi ditoilet lantai satu yang berada disebalah dapur. Dalah hati aku berharap semoga saja oppa tidak segera pulang agar aku tak harus marasa canggung bila bertemu dengannya. Oke aku harus mandi dengan gaya militer yang super cepat mungkin.





[Willis POV]

Beberapa hari ini pikirkan ku sangat kacau. Aku benar-benar tak dapat berkonsentrasi di kantor juga saat meeting dengan kolegaku. Semua pekerjaanku terbengkalai karena aku tidak dapat melihat Roxe.

Aku pulang sangat larut hari ini dan aku melihat unitku sangat sepi. Kupikir Roxe sudah tidur jadi kulihat dia kekamarnya, dan ternyata Roxe tidak ada disana. Apa dia belum pulang? Tapi kulihat tasnya dan ponselnya ada diatas ranjang, kemana anak itu?

Ah.. Akan kutunggu saja diruang santai, sekarang aku harus mengambil air untuk membasahi tenggorokan ku. Entah kapan terakhir kali aku minum, rasanya aku sangat haus. Aku mengambil satu botol air mineral dari lemari pendingin dan menenguknya langsung. Rasanya sangat dingin dan membuat kepalaku sedikit pusing, tapi rasa hausku mengalahkan semua itu. Mungkin air ini akan langsung aku teguk hingga habis.

"Sebegitu hausnya kah, hingga oppa minum tidak bernafas seperti itu?" aku terkejut mendengar suara lembut yang seharian ini terus ada didala pikiranku.

Aku memutar tubuhku dan kudapati Roxe perdiri didepan pintu toilet yang ada disebelah dapur hanya dengan menggunakan handuk melilit tubuh sexy nya, SHIT!! umpat ku membatin. Handuk itu hanya menutupi sebagian payudaranya sampai sebatas bokongnya saja, membuatku susah payah menelan savilaku.

"Kau... Hmmm, oppa kira kau belum pulang?" aku mencoba menormalkan detak jantungku yang mulai menggila.

"Hmm ya aku baru saja sampai dan lampu toilet di kamarku mati, jadi aku mandi disini." dia mengangkat kedua bahunya. "Bisakah oppa memperbaikinya? Oppa tau bukan aku takut ruangan gelap." dia memasang wajah memohon yang entah kenapa itu sangat terlihat imut dan mengemaskan.

"Nanti oppa akan menghubungi orang untuk memperbaikinya. Mungkin besok, karena ini sudah malam."

"Thanks oppa." dia tersenyum sangat manis dan tiba-tiba menghambur memelukku.

"Sial!! Dadanya sangat empuk." aku mengupat dalam hati.

"Willis oppa?" Roxe menganggakat wajahny dan menatap ku senduh. Oh, c'mon aku ingin sekali menciumnya saat ini.

"Why?" susah payah aku menguluarkan suara yang berasa tercekat dileherku.

"Kau keras oppa, apa itu karena aku?" aku tersentak mendengar ucapannya, tapi yang paling membuatku kaget adalah tangannya yang dengan nakal mengelus juniorku yang masih tertutup celana kerjaku.

Dangerous Brather's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang