BAB 19 : When The Regret it Come?

19.8K 969 97
                                    

Happy Reading.

Jika cinta adalah sebuah lubang kebodohan maka biarkan dia jatuh sedalamnya. Gadis itu memandang dalam lelaki tampan di depannya, mendengarkan semua rancauan yang keluar dari bibir yang lima menit lalu mengecupnya itu.

Katakan Steffi bodoh karna mau saja menemani lelaki yang dia cintai itu bercerita dengan gaya melantur akibat alkohol yang ditenggaknya. Steffi menopang dagu, memperhatikan detail wajah Daniel yang merah.

"Hik... Dia ninggalin gue, padahal gue sayaaaaaaang banget sama dia. Tapi..." Daniel merentangkan tangan menunjukkan sebegitu besar cintanya ia pada sosok Yona. Tentu saja, Steffi tak bodoh untuk mengetahui siapa yang dimaksud oleh lelaki ini.

"Tapi kenapa?"

"Kamu tau Steff?" Daniel menyorot pandangan serius.

"Kenapa Kak?"

"Dia minta aku buat nikahin dia. Padahal dia tau sendiri kalau menikah gak ada di kamus hidup aku."

Steffi terkejut. Tentu saja. Daniel tak mau menikah yang artinya lelaki itu juga tak akan mau menjalin sebuah hubungan serius. Lalu dia?

"Kenapa Kak? Kenapa Kakak gak mau menikah? Dan kenapa Kak Yona minta Kakak untuk nikahin dia?"

"Dia hamil. Padahal dia akan jauh lebih cantik kalau gak punya perut menggembung."

"Hah?"

"Iya. Tapi hik, tapi dia marah. Katanya dia cemburu sama kamu, padahal kamu kan udah aku anggap sebagai adik aku sendiri." Lelaki itu menenggak segelas minuman merah pekat itu, lagi.

"Cuma adik?"

Daniel mendongak. Ia tersenyum lebar seolah tanpa rasa bersalah.

"Setelah apa yang Kakak lakuin? Perhatian Kakak? Pelukan Kakak? Terus... Ciuman Kakak cuma berati adik buat Kakak?" Steffi berdiri dari duduknya.

Dia kira usahanya untuk merebut pangeran tampan di depannya ini berhasil. Nyatanya....

"Lo ngomong apasih? Lagian bukan cuma lo satu-satunya cewek yang pernah gue ciu-"

Plakk! Tamparan itu mengenai pipi Daniel. Lumayan keras hingga membuat wajahnya seakan terlempar ke samping.

"Harusnya aku tau kenapa Kak Yona ninggalin kakak! Karna kakak gak lebih dari seorang lelaki pecundang yang suka mempermainkan hati wanita. Aku sadar aku terlalu naif untuk berharap Kakak bisa berpaling ke aku!" Steffi menatap lelaki yang menyorotnya dengan pandangan tak suka. "Aku tau Papa sama Mama Kakak udah bercerai tapi bukan berarti Kakak harus takut buat menjalin hub-"

"Elo enggak pernah ngerti!"

"Iya! Karna aku gak pernah ada di situasi ini. Tapi setidaknya aku ngerti gimana brengseknya kakak perlakuin cewek yang udah nampung hasil bejatnya kakak!"

"Elo..."

"Bener kan? Makasih, aku cuma mau bilang, hati-hati karna penyesalan akan selalu ada di tahap akhir." Steffi bangkit dari kursinya. Sebelumnya, dia melihat ke arah lelaki mabuk itu dengan pandangan pilu.

"Sekarang aku sadar, kalau sekeras apa pun aku berjuang buat dapetin kakak hasilnya akan tetap sama. Aku nyerah, Kak. Semoga bisa bahagia sama Kak Yona."

Daniel menatap gadis berseragam SMA itu dalam, meski dalam setengah sadar ia dapat menyimpulkan apa yang dibicarakannya. Gadis SMA itu mencintainya.

***

Vanesha meletakkan sendoknya hingga berdenting cukup keras membuat perhatian laki-laki di depannya itu beralih.

"Kamu kenapa?"

My Sweetest ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang