Happy Reading.
"Sha!" Steffi—yang tidak tahu mengapa rimbanya bisa datang dengan wajah secerah sinar matahari serta senyuman selebar lapangan Monas itu menepuk bahu Salsha ketika ia baru saja keluar dari mobil.
Salsha mengernyit heran. Tentu saja ia dibuat aneh oleh tingkah sahabatnya itu. Ah lupakan! Steffi memang gemar bertingkah aneh.
"Ada apa?" Salsha berjalan sebelum melontarkan tanya dengan nada ogah-ogahan yang diikuti oleh Steffi.
"Kak Daniel putus ya?!" Steffi menghadang langkah Salsha. Gadis berambut cokelat terang itu menatap mata Salsha dengan binaran yang membuat heran.
"Kata siapa?"
Buru-buru Steffi mengeluarkan ponsel pipihnya. Gadis itu menggeser layar datarnya kemudian mengetik sesuatu dan menunjukkan layar ponsel ke arah Salsha.
"Timeline Kak Yona. Beneran putus kan mereka?"
Salsha mengamati. Agak heran sebenarnya. Gadis itu memicing ke arah sahabatnya. "Terus kalo mereka putus kenapa?" katanya sembari melipat tangan.
Steffi menyengir, "Comblangin sama Kak Daniel dong..."
Salsha mendelik. "Lo gila? Kak Daniel tuh tiga tahun lebih tua dari elo," katanya memelan mengingat ini masih dalam areal sekolah.
"Umur tuh gak jadi batasan buat kita mencintai seseorang. Bantuin gue ya-ya?" Steffi memelas, menangkupkan kedua tangannya menatap Salsha dengan sorotan memohonnya.
"Tapi, Steff..."
"Ada apa nih? Kok gak masuk kelas?" Jeha, yang baru saja tiba langsung berada di samping Salsha. Gadis itu mengerut ke arah Salsha sebelum matanya mengarah ke arah Steffi. "Lah? Dia kenapa?" tanyanya heran.
Salsha mengangkat bahu. "Salah sarapan dianya," kata Salsha acuh kemudian berjalan menuju kelas.
***
Istirahat kali ini seluruh siswa yang ada di kantin hampir tak bisa menahan mata untuk melirik ke arah bangku di mana gerombolan Iqbaal berkumpul. Sebenarnya, tak ada yang istimewa. Hanya ada satu orang penambah yakni Vanesha. Dan yeah, seluruh Garuda dibuat gempar karenanya.
Rupanya, bukan rahasia umum lagi jika laki-laki yang menjabat sebagai ketua OSIS itu adalah pacar dari seorang siswi cantik berkepribadian ibu tiri. Mereka—yang umumnya adalah korban dari tindakan Salsha—memilih buka suara dengan berbisik dengan gerombolan masing-masing.
Bella salah satunya. Siswi tingkat dua yang pernah menjadi korban guyuran air kopi itu mulai menggosip dengan kawan sejawatnya. Terlalu keras hingga Iqbaal pun dapat mendengar.
"Gue sih lebih mending ama ini, lebih cantik daripada yang onoh."
"Yang onoh menang gaya doang sih, kalah saing jadinya."
"Awas kedengeran entar kena damprat lagi kitanya."
"Paling juga lagi gak ada tenaga. Mewek."
"Emang nenek sihir bisa mewek?"
"Cabe-cabean kayak dia susah mewek kayaknya."
Setelahnya mereka tertawa. Iqbaal menelan basonya meredam amarah. Dia memang tak memiliki rasa apa pun pada Salsha, namun mendengar seseorang mengatai si mantan kekasih membuat ia geram. Namun Iqbaal sadar dia tak bisa berbuat apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetest Ex
Fiksi RemajaProtektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutuskan mengakhiri semua. Tak perduli secantik dan sepopuler dia. Namun ketika ia melepas diri gadis itu, semua terasa berbeda. Bukan kebebasan y...