BAB 26 : What Are You Missed?

24.2K 1K 83
                                    

Happy Reading.





Iqbaal menarik napasnya pelan. Laki-laki itu teramat lega ketika sosok yang ia tunggu sejak satu jam yang lalu akhirnya datang juga.

"Lho, katanya jam empat? Ini masih kurang sepuluh menit, kok udah di sini?"

Iqbaal tersenyum manis, "Ini baru nyampe juga. Duduk gih," katanya berbohong.

Faktanya, ia telah berada di cafe ini sejak satu jam yang lalu. Ia teramat gugup berhadapan dengan gadis yang mencuri pikirannya pasca mereka berpisah.

"Ada perlu apa?"

"Kamu mau makan apa?" tanya Iqbaal melontarkan pertanyaan.

Salsha mengernyit, "Kamu gak berpikir kalo kita akan lama kan? Ada  Bryan di luar soalnya."

Hati laki-laki itu mencelos. Ah ya, harusnya ia tak berharap lebih bisa mengobrol banyak dengan gadis ini. Sudah banyak luka yang ia gores dan mustahil untuk dikembalikan ke wujud semula.

Takdir seolah mempermainkannya. Iqbaal ingin marah dengan apa yang ia rasakan. Ia ingin memprotes tentang perasaan tak enak yang selama ini menganggu tidurnya. Dia... rindu. Tapi tak menyangka jika sesulit ini untuk mengutarakannya.

"Yaudah, suruh Bryannya masuk biar bisa makan sama-sama."

Bodoh! Salsha mengumpat dalam hati. Tidak tahukah Iqbaal jika dirinya sengaja menyuruh laki-laki cerewet itu untuk menunggu di luar karna dirinya ingin berdua dengannya?

Salsha tertawa remeh, seharusnya ia tak boleh berpikir demikian.

"Aku mau minum aja," katanya final.

Iqbaal mengangguk kemudian memesan strawberry milkshake kegemaran si gadis ditambah dengan dua menu dessert lainnya. Salsha mengarahkan pandangnya ke luar jendela. Bingung harus apa. Harusnya ia menolak saja ketika Iqbaal menyuruhnya kemari.

"Kalian udah pacaran?"

"Siapa?"

"Kamu sama Bryan."

"Iya," jawabnya cepat. Salsha hanya refleks berbicara hanya untuk melihat reaksi Iqbaal.

Dan ya, coba tebak apa yang ditunjukkan pada laki-laki pemilik hatinya ini. Iqbaal malah mengangguk sembari tersenyum tipis kemudian berkata, "Selamat ya."

Salsha kecewa. Dia kira Iqbaal akan menunjukkan rautan marah atau kesal atau mungkin penyesalan.

"Makasih."

Iqbaal berdehem mengusir perasaan aneh yang mencekik tenggorokannya, "Dia pasti bisa jaga perasaan kamu dengan baik yang mana gak bisa aku lakuin ketika kamu masih sama aku," Iqbaal tertawa hambar, suasananya menjadi canggung.

Salsha terpekur dalam pikirannya. Bagaimana bisa Iqbaal berkata demikian jikalau di hatinya masih tersimpan namanya. Iqbaal masih diam bahkan ketika menu mereka sudah sampai.

"Minum dulu."

"Kamu mau bicara apa?"

Iqbaal mengembuskan napas kasar. Pertanyaan Salsha menunjukkan seolah gadis ini tak nyaman dan tanpa alasan Iqbaal benci ini.

"Aku mau minta maaf," katanya kemudian.

"Untuk?"

"Semuanya," ujar Iqbaal serius, "semua kesalahan yang mungkin gak aku sadari, semua perbuatan yang udah bikin kamu sakit hati, dan untuk keegoisan aku."

Salsha terdiam. Hawa dingin dan aroma kayu serta lemon yang menguar di cafe terasa tak nyaman sekarang. Entah perasaannya atau mungkin nyata dia mengira ada sesuatu yang terjadi.

My Sweetest ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang