Happy Reading.
Dia berdecak menatap jam hitamnya. Ini sudah satu jam ia terlantar di Bandara menunggu supir yang belum datang menjemput. Tangannya bergerak menghubungi sang supir lagi, namun hanya nada panggilan yang terdengar. Dia meletakkan ponselnya, kemudian menyandarkan tubuhnya yang lelah di atas kursi besi tak nyaman ini.
"Den Iqbaal?" Matanya yang tertutupi kacamata hitam itu terbuka. Dia melepas kacamatanya, menatap tajam si supir.
"Kenapa lama?"
"Maaf Den, tadi ada kecelakaan jadi arusnya dialihkan," jelas lelaki paruh baya itu.
Iqbaal menarik napas kemudian mengembuskan sedikit kasar. "Udah bawa mobilnya kan?" tanyanya sembari berdiri.
"Sudah, tadi Bapak kesini sama Suryo."
Iqbaal mengangguk sembari menerima kunci mobil dari supirnya. "Saya titip barang ini ya, nanti kalo Bunda nanya bilang aja lagi dateng ke restonya Aldi."
Lelaki paruh baya itu mengangguk patuh, "Siap den!"
"Yaudah yah Pak, saya berangkat dulu," ujarnya sembari mengulurkan tangan yang disambut legowo oleh si supir.
"Welkam bek, Aden," kata si supir dengan logat jawanya kentalnya.
Iqbaal tersenyum manis, "Thanks a lot, Sir!" jawabnya di akhiri tawa.
***
"Iya Stef, ini gue lagi di jalan mau ke kantornya Kak Al." Salsha menarik gas ketika lampu rambu bewarna hijau. Perempuan yang tengah menyetir menggunakan satu tangan itu tampak menggerutu ketika omelan Steffi menyeruak di ponselnya.
"Katanya lo kemarin bisa dateng? Gimana sih?"
"Iya mana gue tau kalo sekarang Kak Al nyuruh gue ke kantor."
Di seberang sana Steffi tampak mendegus. Suara ramai di sambungan telfon menunjukkan betapa meriahnya suasana di sana."Maaf ya, ntar kalo udah gue kesana deh," ucap Salsha yang merasa tak enak.
"Kalo ntar lama? Besok aja deh lo kesini samperin Aldi."
Salsha menggigit bibir. Sebenarnya ia merasa tak enak, sungguh. Bukan apa-apa, ia sudah berjanji kemarin kepada Aldi untuk datang ke grand opening dan menyumbang satu lagu di sana. Namun karna Kak Al yang tiba-tiba menyuruh dia datang ke kantor karna ada sesuatu ia terpaksa tak bisa datang.
"Duh, gak enak banget ini gue sama dia. Gimana dong?"
"Gak apa-apa, lagian ada gs nya juga. Lo lagi nyetir ini?"
"Iya ini gue lagi—" BRAK! "Oow..." Spontan Salsha melongo karena menabrak mobil di depannya.
"Hallo? Sha lo kenapa?"
"Kayaknya gue nabrak deh," ujarnya setengah takut karna pintu mobil di depannya terbuka. Seorang lelaki berjaket kulit berkacamata hitam berjalan memeriksa mobilnya.
"Sha? Lo gapapa?" tanya Steffi di seberang sana dengan nada khawatir.
"Eung, Stef gue tutup dulu ya."
Lelaki itu mengetuk kaca mobil Salsha membuat si gadis gemetaran. Rasanya ia ingin menancap gas sekarang karna sepertinya dia berhasil membuat mobil mewah itu lecet.
"Keluar woy!" Ketukan kasar itu membuat Salsha menarik napas.
Oke. Dia hanya perlu meminta maaf atau kalau perlu meminta sedikit keringanan karna demi apapun ia bisa dilarang membawa mobil sendirian jika Al tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetest Ex
Fiksi RemajaProtektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutuskan mengakhiri semua. Tak perduli secantik dan sepopuler dia. Namun ketika ia melepas diri gadis itu, semua terasa berbeda. Bukan kebebasan y...