Happy Reading.
"Mbak Salsha, ada yang nungguin di luar katanya temennya Mbak." Seorang wanita separuh baya membuka pintu memberi kabar.
Salsha mengernyit. Setahunya dia tak ada janji dengan siapapun. Tidak mungkin itu Mark karna Mbok Dara—sang assisten rumah tangga mengenal lelaki itu. Tidak mungkin juga sahabat-sahabatnya karna demi apapaun kedua perempuan itu akan masuk ke kamarnya nya tanpa sungkan.
"Siapa Mbok?"
Mbok Dara mengangkat bahu kemudian menggeleng, "Saya nggak tau, Mbak. Wajahnya asing tapi..."
"Tapi apa?"
"Ganteng, hehehe..."
Salsha memutar bola mata ketika mendengar jawaban dari Mbok Dara. "Yaudah aku ganti baju dulu."
"Siap Mbak!" jawab wanita paruh baya itu.
Salsha menutup layar ipadnya juga membersihkan kertas-kertas desain yang berantakan. Meski sebenarnya dia amat penasaran dengan siapa sosok yang datang. Setelah mengganti celana pendek dan kaos tipisnya, Salsha menuruni anak tangga rumah melihat si tamu yang berdiri membelakanginya dengan ponsel di telinga.
Perempuan itu terdiam sejenak di anak tangga terakhir. Meski baru dua kali bertemu Salsha yakin jika lelaki itu adalah Iqbaal. Dibanding dengan menyuara atau membuyarkan pembicaraan Iqbaal dengan seseorang di ponselnya, Salsha memilih diam seperti manusia bodoh.
"Iya nanti saya kesana—" Lelaki itu berbalik, irisnya tampak membulat kaget, "nanti saya kabari lagi. Saya ada urusan," katanya lalu memutus sambungan telepon.
Iqbaal berdehem, "Ikut aku yuk?" tanya—tidak—ajaknya to the poin.
"Kemana?"
"Ke suatu tempat."
Salsha mengerut tak suka, "Kemana dulu?" katanya sembari melipat tangan di dada.
Iqbaal enggan menjawab, lelaki itu mengambil langkah mendekat menarik tangan si gadis, "Secret," katanya misterius.
"Yaudah aku ganti baju dulu!" elak Salsha.
Iqbaal berhenti mengamati penampilan si gadis. Rok floral Salsha tidak menjadi masalah, sayang kaos putih berlengan pendek dengan logo brand terkenal itu tampaknya akan membuat si gadis tak nyaman.
"Kayaknya di mobil ada jaket, nanti kamu pake itu aja," saran Iqbaal kemudian kembali menarik Salsha memasuki mobilnya.
***
Salsha memberengut meski pemandangan di depannya sungguh indah jika dilewatkan dengan wajah masamnya. Gadis itu masih duduk di atas rerumputan menunggu Iqbaal yang masih memesan minuman hangat.
Pandangannya mengarah pada jaket denim yang tengah dikenakannya. Aroma parfum jasmine bercampur mint menguar dari benda ini. Segala pikiran buruk pun datang. Rasanya tidak mungkin jika jaket ini milik Iqbaal. Pasti ini milik kekasihnya atau mungkin perempuan yang tengah dekat dengannya.
Salsha mendesis. Hawa puncak yang dingin membuat dia beberapa kali mengusap lengannya. Meski tak sendiri karna ada beberapa pengunjung yang juga ada di sekitarnya Salsha tetap merasa asing di sini. Gadis itu menoleh mencari keberadaan Iqbaal yang tak kunjung datang.
Salsha memilih menekuk kakinya, menumpukan kepala pada lipatannya.
"Lama ya?" Iqbaal tiba tiba datang menyampirkan selimut yang ntah ia dapatkan dari mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweetest Ex
Teen FictionProtektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutuskan mengakhiri semua. Tak perduli secantik dan sepopuler dia. Namun ketika ia melepas diri gadis itu, semua terasa berbeda. Bukan kebebasan y...