7. Rasyid Pindah?

290 12 0
                                    

"Lagunya buat siapa kak? Pasti buat kak kasih ya?" tanya tia membuat semuanya yang memperhatikan rasyid jadi memfokuskan pendengaran mereka.

"Bukan kasih tapi... Masih Rahasia" Rasyid yang merasa sakit di dadanya sedari tadipun lekas meninggalkan yang lain setelah membuat mereka penasaran akan nyanyian rasyid tadi. Bahkan kasih yang memanggilnya tak ia hiraukan.

Selepas kepergian Rasyid mereka yang lainpun segera kembali ke tenda mereka masing-masing termaksud kasih yang kesal karena rasyid tadi tidak meresponnya.


"eee...kalian duluan aja ke tenda aku mau pipis dulu" ucap mika dan diangguki oleh sinar dan tia. Mika pun lekas menuju kamar mandi. Namun langkahnya terhenti karena seseorang yang di lihatnya. Ia melihat rasyid tengah duduk di bawah pohon besar hanya sendirian. Entah kenapa kakinya membawa ia untuk menghampiri pria itu.

"Ia Ma rasyid sehat kok. Lagipula habis ini juga rasyid bakal kesana, tinggal ngurus beberapa berkas lagi terus kelar deh. Udah malam mending mama tidur gih. Aku tutup ya? Assalamualaikum"

"Kakak mau pergi ?" Mika yang tadinya mau pipis kini telah membatalkan niatnya karena tidak sengaja ia mendengarkan pembicaraan rasyid yang di duga mika adalah ibu dari pria itu.

"Eh ngapain lo disini? Lo ngikutin gue ya?" tanya rasyid yang kini telah bangkit dari duduknya.

"Dan soal gue mau pergi atau ngga itu bukan urusan lo" sambung rasyid lalu berlalu melewati mika tanpa menunggu jawaban mika dari pertanyaannya. Mika yang merasa sifat rasyid yang kembali dingin padanya hanya bisa diam mematung.

"Anu kak sebenarnya ada yang mau aku omongin sama kakak" mika memberanikan dirinya untuk berbicara dan rasyid yang mendengarnya seketika berhenti.

"Aku mau bilang kalau aku udah gak suka sama kakak dan bakal berenti buat ngejar-ngejar kakak lagi" mika berbicara sambil menunduk ia tau rasyid masih ada di belakangnya. Sebenarnya mika juga belum pasti akan keputusannya tapi ia yakin kalau ia punya tekad untuk melupakan rayid pasti ia bisa. Lagipula ia juga sudah memutuskan untuk kembali memulai semuanya. Memulai kehidupan baru tanpa ada perasaan yang masih mengganjal di hatinya.

"Ya bagus..." hanya itu yang di dengar mika dari rasyid. Saat ia berbalik nampak rasyid yang sudah jauh dari pandangannya.












Setelah menjalani kemah selama tiga hari dua malam yang dihabiskan dengan berbagai macam kegiatan, semuanyapun tengah berbenah juga menyiapkan diri untuk kembali pulang ke rumah masing-masing dan lekas masuk ke dalam bis yang sudah terparkir rapi.

Bis pun melaju dengan kecepatan yang standar setelah memastikan semuanya sudah masuk. Semuanya di antarkan tepat di rumah mereka. Dan disinilah Mika sekarang. Tempat yang paling nyaman baginya yakni di kamarnya. Setelah kejadian malam itu, akhirnya sekarang mika merasa lebih tenang karena telah mengutarakan semuanya meski masih ada sedikit rasa tapi InshaAllah rasa itu akan segera hilang seiring berjalannya waktu.

Hari ini di habiskan mika untuk beristirahat. Lagipula tadi selepas sampai di rumah ia di datangi tamu bulanan setiap bulanan. Dengan begitu ia menghabiskan waktunya tidur tanpa harus di bangunkan sang kakak untuk sholat.

"Mika kamu udah kasih barang itu sama rasyid kan?" tanya radith yang baru saja menghabiskan makan malamnya.

"Iya udah" mika menjawab sekenanya dan melanjutkan makannya. Ia makan dengan sangat lahap karena beberapa hari kemarin ia hanya memakan mi instan.

"Pelan-pelan makannya. Ohiya kamu udah tau kalau rasyid bakalan pindah?"

"Uhuk uhuk....Apa? Kak rasyid mau pindah?" mika kaget dengan penuturan kakaknya sehingga membuat dia tersedak dengan makanannya.

"Tuh kan udah dibilangin juga" ucap radith sedikit khawatir dengar dengan adiknya. Ia menyodorkan segelas air dan langsung di teguk mika hingga habis tak tersisa.

"Lagian abang sih pake ngagetin mika segala"

"Ngagetin apanya? emang kenapa kalau rasyid pindah? Kamu belum move on dari dia?" tanya radith agak jahil dan mendapat lemparan sendok dari sang adik.

"Apaan sih bang? Mika udah move on ya dari dia. Lagipula sekarang itu prinsip mika hanya satu yaitu 'berubah' berubah menjadi lebih baik lagi" jelas mika dan sang kakak hanya mengangguk-ngangguk paham.

"Ohiya bang ngomong-ngomong kak rasyid kenapa pindah? Bukannya tanggung banget ya kalau ia pindah sekarang. Tinggal setengah tahun lagi padahal" sambung mika nampak bingung sambil menggigit jari telunjuknya.

"Katanya sih pengen suasana baru aja. Udah bosan katanya disini" jelas radith mulai mengangkat piring kotor dan membawanya ke tempat cuci piring.

"Itu aja? Masa sih"

"Udah gak usah dipikirin lagi. Mending kamu sini cuci piringnya abang mau ngerjain tugas dulu" rasyid pun berlalu pergi dan naik ke atas menuju kamarnya.

Selesai mencuci piring, mika pergi membuang sampah di tempat sampah depan rumahnya. Baru saja ia ingin kembali masuk ke dalam, tak sengajah ia melihat tetangganya rasyid tengah membawa sekantung besar entah apa isinya yang pasti rasyid membuang kantung itu ke tempat sampah.

Ya rabb bantu mika untuk tetap ikhtiar terhadapmu. Bantu mika agar tetap istiqomah di jalanmu. Bantu mika supaya mika tak goyah akan pendirian mika sekarang. Mika pengen banget berubah. Mika gak mau nyusahin bang radith. Mika mau buat bang radith bangga. Bantu mika buat ngelupain orang yang dihadapan mika ya rabb. Batin mika.

Detik berikutnya mika yang sedari tadi memperhatikan rasyid, di buat kaget dengan iris mata milik pria tersebut yang melihat ke arah matanya.
Menyadari sesuatu mika pun lansung menundukan kepalannya dan mengatakan "Astagfirullah". Begitulah isi buku yang ia baca akhir-akhir ini. Tertulis di dalamnya jika kita tanpa sengaja berpandangan dengan yang bukan makhromnya maka segerahlah palingkan wajah dan mengucapkan "Astagfirullah".




















Assalamualaikum semuanya❤

Ceritanya pendek ya? Iya emang...mohon dimaafkan yaaa😊

Mohon tinggalkan jejak apabilah telah membaca..supaya aku tambah semangat nulisnya😇

Buat kalian yang lagi UAS sama kayak aku, yang semangat ya 💪 dan untuk yang di tanyain saat UAS pliss bantuin temannya heheheh 😂

~♥~

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now