11. Hanya Perkenalan

258 11 2
                                    

Assalamualaikum...,
Sebelum baca, Harap Memberi vote terlebih dahulu yaa
selamat membaca

_______________________________________

Di parkirnya mobil miliknya tepat di deretan paling belakang di tempat parkiran. Lalu ia keluar dari mobilnya itu menuju ruangan tempatnya sidang. Tak lupa ia membawa setumpuk buku yang harus ia kembalikan ke perpustakaan terlebih dahulu.

Setelah kembali dari perpustakaan, dilihatnya teman-temannya yang tengah menunggu giliran mereka untuk masuk ke ruangan penentuan itu. Diantara mereka, ada yang mondar-mandir tak jelas, ada melatih bicaranya, juga ada yang hanya duduk diam tapih sudah banyak keringat yang memenuhi tangannya. Intinya, mereka semua tengah mempersiapkan diri sembari menunggu giliran mereka.

* * *

"Gimana Syid? Sukses?" tanya seorang pria paru bayah ketika melihat Rasyid yang baru saja keluar dari ruang sidang.

"Alhamdulillah pak, Lancar. Semua ini juga berkat bantuan dan didikan yang pak Retno berikan. Terima kasih Pak, untuk semuanya" tutur Rasyid sembari menyalami Dosen Favoritnya itu.

Rasyid tak menyangka bahwa sekarang adalah detik-detik terakhir ia akan menjabat sebagai seorang mahasiswa di tempat kuliah nya sekarang ini. Tinggal beberapa hari lagi ia akan di wisuda dan mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi).

"Alhamdulillah. Bapak harap kedepannya, kamu bisa jadi Orang yang sukses dalam segala hal, dan bisa menjadi contoh yang baik bagi banyak orang"

"Aminn. Sekali lagi makasih pak untuk semuanya" Rasyid mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya berharap ia akan menjadi apa yang seperti Dosen nya itu katakan.

"Ohiya.., Kanggo sawetara wektu, bapa bakal pindhah menyang omahmu" ucap pak Retno dengan logat jawanya yang kadang-kadang datang. Meski sudah lama tinggal di Gorontalo, Pak retno tetap masih setia dengan logat dari kampung asalnya itu. Sedangkan Rasyid yang dulunya pernah sekolah di Jawa, Alhamdulillah ia mengerti dengan apa yang di katakan Dosennya itu.

"Bapak mau ke rumah saya? Ngapain pak?" tanya Rasyid dengan alisnya yang sudah terangkat sebelah keatas.

"Rahasia hingga malam nanti" jawab Dosen itu dengan senyum yang samar sembari meninggalkan Rasyid yang tengah penasaran dengan yang akan terjadi sebentar malam.

Setelah terdiam cukup lama, Rasyid segera beranjak pergi ke musholah di kampusnya, karena waktu yang sudah menunjukan pukul dua belas siang. Waktunya sholat zuhur. Saat tiba, segera ia mengambil air wudhu dan masuk ke dalam musholah untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Lima belas menit berlalu. Rasyid keluar dari musholah itu mengenakan sepatu miliknya lalu bangkit dari duduknya dan beranjak pergi ke parkiran.

Selama perjalanan pulang, ia ingat satu hal tentang kegiatan nya malam nanti. Ia bimbang antara pergi kajian di pondok atau bertemu dengan Dosennya itu di rumahnya. Namun pikiran itu kian terkikiskan saat samar-samar ia melihat seorang wanita yang nampak familiar baginya dari dalam kaca mobilnya. "Tapi bagaimana mungkin?" batin Rasyid

Baru saja Rasyid ingin berbelok ke arah rumahnya, tiba-tiba ia teringat dengan hal yang terlupakan akibat seseorang yang tadi ia lihat. Segera ia tepiskan pikiran itu dan memutar balik mobilnya menuju sebuah gedung yang di dalamnya begitu banyak permainan. Mulai dari jungkat-jungkit hingga seluncuran.

Diparkirnya mobilnya tepat di depan gerbang sekolah itu. "Sepih" satu kata yang menggambarkan suasanana di dalamnya.

Rasyid turun dari mobilnya dan berlalu menelusuri sekolah itu. Kepalanya ia tengadahkan ke kiri dan kanan guna mencari ponakan kecilnya itu. Di bawah sebuah pohon yang rindang, mata Rasyid menangkap sosok yang ia cari.

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now