24. Tentara Ganteng di Pesantren

264 14 5
                                    

Sudah jadi tugas seorang abdi negara harus patuh terhadap atasannya. Begitupun dengan yang Latif lakukan sore ini. Awalnya tadi ia hanya diperintahkan oleh atasannya untuk mengantarkan sebuah kiriman untuk putri atasannya yang ada di pesantren. Tapi setelah itu ia tak langsung pulang karena melihat ada Rasyid yakni kenalan barunya yang melintas di hadapannya.

"Rasyid? ngapain lo ada disini? " tanya Latif membuat langkah pria dihadapannya itu berhenti dan menoleh padanya.

"Lah gue kerja disini. lo yang ngapain?" ujar Rasyid sembari bersalaman ala pria dengan Latif. Semenjak pertemuan mereka di perusahaan ayah Latif, itu membuat mereka berdua termasuk Radith menjadi begitu akrab dan kadang sering keluar bersama bila ketiganya sedang luang.

"Disuruh atasan nganterin sesuatu buat putrinya" jawab Latif sembari mengikuti Rasyid yang mengajaknya untuk sekedar melihat - lihat suasana di pesantren.

"Putrinya mondok disini?" tanya Rasyid

"Hmm dia ngajar disini "

"Ngajar? namanya siapa? kali aja gue kenal"

"Hira" ucap Latif yang kini tengah memperhatikan beberapa anak yang tengah bermain bola.

"Hira?" gumam Rasyid nampak berpikir. "Maksud lo Zahira?" tanyanya lagi kemudian.

"Iya. lo kenal?" tanya Latif melihat Rasyid sekilas lalu kembali memperhatikan sekelilingnya.

"Hmm. seangkatan juga"

"Ouwh"

"Lo udah mau pulang?" tanya Rasyid

"Belom. Dinas gue juga udah selesai. jadi sekarang ini lagi bebas"

"Kalau gitu lo bantuin gue, gimana?"

"Bantu apa?" Latif menyerngitkan sebelah alisnya.

"Bantu ngebersihin Masjid. itung-itung dapet pahala"

"Bersihin Masjid? Yaudah ayo" ajak Latif dan Rasyid pun memimpin jalan menujuh masjid Nur Falah, Icon kebanggaan pesantren.












Sampainya di Masjid, Keduanya pun mulai menggulung sajadah secara bersamaan lalu dilanjutkan dengan membersihkan debu dan sarang laba-laba yang ada tanpa menyadari bahwa di balik Hijab ada seseorang yang baru saja menjadi topik mereka tadi. Pekerjaan mereka pun selesai setelah menyapu dan mengepel lantai lalu menggelar kembali sajadah masjid bagian ikhwan itu.

Saat keluar masjid, tidak sedikit orang yang memperhatikan mereka. termasuk ada beberapa santriwati yang sedari tadi pandangannya tak luput dari keduanya.

"Itu santri barukah? subahanallah gantengnya"

"Kok bisa ada tentara seganteng itu disini?"

"itu kembaran ustadz Rasyid? gantengnya sama"

Kira-kira seperti itulah ucapan pujian dari beberapa santri yang telah terlarut dalam nafsu mereka. Sedangkan kedua pria yang menjadi topik dadakan itu hanya diam tak menanggapi dan bahkan melirik ke sumber suara pun tak mereka lakukan.

"Emang gue seganteng itu ya?" tanya Latif ketika mereka beru saja sampai di kandang ayam serta bebek di belakang pesantren.

"Harus apa dijawab?" tanya Rasyid balik sembarj mengambil ember bekas cat putih yang besar dari dalam gudang.

"Ini sunnah. Jadi, tak ada masalah bila tak di jawab" ucap Latif berusaha melucu tapi sepertinya itu tak menampakkan efek pada Rasyid. Malah Rasyid menyodorkannya sebuah ember yang ia ambil tadi.

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now