29. Aneh

221 11 0
                                    

Saat ini Mika tengah berada di bandara Djalaludin Tantu bersama Radith dan Rasyid juga ada Arlan yang sudah sampai lebih dulu. Tadi sebelum ke bandara Mika, Radith dan Rasyid baru saja dari universitas Gorontalo mengurus berkas masuk Mika yang dibantu Rasyid karena ia memiliki kenalan seorang dosen.

Waktu keberangkatan Rasyid ke Kalimantan untuk transit ke Singapur tinggal beberapa menit lagi. Ia dan Arlan pun mulai masuk ke dalam terminal untuk melakukan pemeriksaan setelah mengucapkan salam perpisahan pada Radith. Sedangkan mika yang berada tak jauh dari ketiganya, ia hanya bisa memandang sendu mereka dengan pikirannya yang masih kacau soal percakapannya dengan Rasyid seminggu lalu.

Hingga kini Mika masih tak paham dengan penuturan Rasyid soal kemungkinan ia tak akan kembali. Dipandanginya belakang Rasyid yang mulai menjauh hingga tak terlihat.

"Jangan terlalu berharap Mika, jangan. Nanti bisa sakit kalau gak kesampaian" gumam Mika menguatkan dirinya hingga tanpa disadarinya sudah ada Radith hadapannya.

"Langsung pulang?"

Mika mendongak melihat Radith lalu mengangguk.

"Yaudah ayo" ajak Radith dan diikuti Mika dibelakangnya menuju parkiran

"Bang Radith masuk aja dulu. Mika mau beli minum sebentar" ujar Mika saat sudah tepat berada disebelah mobil Radith

Mika pun beranjak pergi ke mini mart yang ada di dekat sana setelah disetujui Radith.

Tidak butuh waktu lama untuk memilah minuman yang diinginkannya, Mika pun langsung mengantri ke kasir. Hingga saat gilirannya selesai dan ingin berbalik pergi, Mika dikejutkan oleh seseorang yang memanggilnya.

"Mika kan ya? Tuh kan benar"

"Eh kak Latif?"

"Iya. Kamu sendiri? Habis ngantar calon suami ya?" Ujar Latif sembari terkekeh membuat pipi Mika menimbulkan semburat merah

"E enggak kok. Saya bareng bang Radith"

"Radithnya mana? Saya juga tadi niatnya mau nganterin Rasyid tapi rupanya saya terlambat datangnya"

"Di parkiran. Kalau gitu saya duluan dulu ya kak Ass.."

"Tunggu dulu" potong Latif

"Kesananya bareng saja. Saya juga mau ketemu sama Radith" lanjut Latif

"Oh i..iya"

Keduanya pun mulai berjalan menuju parkiran. Dengan mika di depan sedangkan Latif di belakangnya.

"Mika" Panggil Latif membuat Mika berhenti dan berbalik

"Iya?"

"Kamu setuju dengan Rasyid yang ingin melamar kamu?"

"Eh?" Mika bingung ingin menjawab apa karena tiba-tiba mendapat pertanyaan uang yang ia sendiri masih pusing memikirkannya

"Bukannya kamu sudah tau soal itu? Karena tadi pas saya katain Rasyid sebagai calon suamimu, reaksi kamu sudah seperti mengetahuinya"

"Ta..tapi saya belum tau lanjutnya kak"

"Maksudnya kamu belum bilang setuju?"

"Iya" jawab Mika membuat Latif tampak berpikir sejenak

"Jadi gitu. Yasudah saya pergi dulu ya Assalamualaikum" ujar Latif dengan lesung pipinya yang kian terangkat

"Loh bukannya mau ketemu bang Radith?" Tanya Mika keheranan

"Nanti saja. Ohiya sebelum dia benar benar melakukanya, berarti kesempatan saya masih ada. Kamu tunggu saja" ujar Latif sebelum ia benar benar pergi.

Mika bingung dengan penuturan Latif barusan. Tak ingin berlama lama memikirkannya ia pun dengan cepat berjalan menuju parkiran tempat Radith menunggunya.

"Beli apa aja? Lama bener" tanya Radith saat mika sudah duduk di sebelahnya lantas  langsung menjalankan mobilnya meninggalkan bandara.

"Tadi ketemu kak Latif"

"Jadi dia datang. Kamu beruntung Mika" gumam Radith dengan seulas senyum

"Beruntung? Beruntung gimana bang?" Tanya Mika yang dapat mendengar gumaman sang kakak

Radith menoleh sebentar melihat Mika lalu kembali menghadap depan melihat jalan.

**

Perlahan rintik demi rintik jatuh membasahi jalanan bumi ditemani angin malam yang berhembus sepoi-sepoi. Dikursi balkon apartemen Radith, disitulah Mika sekarang. Ia tengah duduk menikmati indahnya kota Gorontalo dari atas sembari ditemani secangkir teh hangat.

Sudah sebulan semenjak Rasyid pergi, tak ada satu kabar pun tentang pria itu yang di dapatnya. Bahkan sang kakak pun tak pernah memberi tahu tentang itu. Entah ia memang tidak tahu atau pura pura tak tahu. Karena saat ditanya soal itu, ia selalu menghindar untuk menjawab. Hal itu yang membuat Mika mencium aroma aroma keaneham dan masih kepikiran hingga saat ini.

Tidak hanya kepikiran soal Rasyid yang tak ada kabar, Mika juga dibuat kepikiran akan tingkah Latif akhir-akhir ini yang menurutnya benar benar aneh. Seperti dia yang selalu meluangkan waktu untuk menjemput mika dari kampus bila Radith tak bisa dan kadang kata katanya yang membuat Mika tak mengerti.

Bel Apartemen yang berbunyi membuat Mika sedikit terlonjak. Diletakkannya cangkir teh yang sedari tadi dipeganginya lalu menuju asal suara.

"Assalamualaikum. Radith ada Mik?" Ucap seseorang yang teryata Latif ketika pintu apartemen telah terbuka

"Eh kak Latif, Waalaikumussallam. Bang Radith belum pulang kak"

"Loh belum? Gak jadi nongkrong deh. Padahal niatnya mau ngajak kalian pergi" ujar Latif mesem

"Yaudah kalau gitu saya balik ya Mik, nongkrongnya lainnya kali aja. Assalamualaikum" lanjut Latif berniat untuk kembali. Namun baru saja ia ingin berbalik pergi, kini langkahnya terhenti karena Mika yang menahannya.

"Ada yang ingin aku bicarain ke kakak" ujar Mika kemudian

"Soal apa?"

"Tapi bukan disini. Gimana kalau di kafe depan aja kak" Saran Mika dan disetujui Latif. Ia sadar bahwa mereka tidak seharusnya berbicara berdua di depan apartemen. Karena mungkin saja bisa terjadi fitnah.

Setelah menerobos rintik yang membuat rindu, kini keduanya sudah berada di kafe depan apartemen. Mereka duduk tepat di sebelah jendela yang bisa menerawang keluar. Suasana disekeliling juga ramai. Membuat Mika sedikit tenang.

"Mau minum apa?" Tanya Latif pada Mika saat seorang pelayan datang menghampiri mereka

"Samaan aja sama kakak" Jawab Mika sedikit grogi karena bingung mau ngomong dari mana dulu

"Coffe lattenya dua ya mbak" Ujar Latif membuat pelayan itu mengangguk pergi

Dilihatnya rawut wajah Mika yang nampak kebingungan. Ia jadi makin penasaran dengan apa yang ingin dikatakan gadis itu padanya.

"Jadi, mau ngomong apa?" Tanya Latif kemudian membuat Mika mendongak

"Hmm gini kak. Maaf sebelumnya kalau ini   membuat kak Latif tersinggung. Tapi saya benar benar harus menanyakan ini. Jadi sebenarnya maksud dari semua ini apa ya kak? Ya, sikap kakak ke saya yang baiknya menurut saya kelebihan. Juga apa ya? Saya bingung mau bilang apa lagi. Tapi kak Latif mengerti maksud saya kan?" Ujar Mika tegas tapi sopan membuat Latif yang mendengarnya sedikit mesem.

"Maksudnya kamu gak nyaman?"

"Eh Bu bukan. Tapi saya butuh penjelasan soal itu kak"

Lagi lagi Mika di buat tak enak dengan semua ini.  Ya memang benar dia sedikit tak nyaman. Bagaimana tidak? Latif yang selalu memberinya perhatian lebih tanpa sebuah hubungan apapun, menurut Mika itu sungguh aneh. Terlebih lagi dirinya tahu kalau Mika itu sedang dilanda  ketidakpastian soal Rasyid.

"Emang masih kurang jelas ya, kalau saya itu suka sama kamu?"

Deg deg deg..






















Assalamualaikum semuanya 🌻
Jangan lupa vomentnya yaa 😂

Salam Manis 🌙
@adindaslsblh

Tetangga Idaman Hingga Jannah Where stories live. Discover now