Mengadu saat Sendu

bab 9: kamu, engkau, dan kau

bolehkah aku bercerita?
itu tentang kamu, engkau, dan kau.

aku pernah mendapati kamu
tertawa lepas, bercerita bebas.

aku pernah melihat engkau
bercanda sesuka hati, melepas segala penat.

aku juga pernah menemui kau
yang sedang asik membahas hal menarik.

saat aku mendapati kamu, melihat engkau, dan menemui kau, aku menarik napas panjang, merampas semua oksigen untukku simpan. sepanjang mataku masih melihatmu, aku menahan napas. entah apa gunanya, entah apa untungnya. semuanya terjadi secara spontan.

lalu mataku kalap mencari hal yang harus aku lihat, selain kamu. aku sangat buruk bagian ini, terkadang yang aku lihat sangat tidak masuk akal, seperti tong sampah yang tak jauh darimu, pagar-pagar yang ada diatasmu. sangat tidak penting untuk dilihat-- kadang kamu, engkau, dan kau ikut memperhatikan apa yang aku lihat, tanpa aku menoleh padamu, aku tahu itu dari sudut mata. lalu aku bersorak senang dalam hati, entah kenapa.

ah, semuanya terasa bodoh, dan tak masuk akal. tapi semuanya selalu terjadi dengan sendirinya.

kamu, engkau, dan kau. selalu membuatku iri, dengki, dan benci.

betapa buruknya aku bukan?

aku yang iri kamu tertawa lepas dan bercerita bebas, dengan dia. aku dengki pada engkau yang bercanda sesuka hati selagi melepas penat, dengan ia. aku juga benci kau yang asik membahas hal menarik, dengan dia dan ia.

ah, aku sendiri malu mengakuinya. tapi itu semua terjadi sendirinya. aku yang iri, dengki, dan pembenci karena kamu, engkau, dan kau.