Karten Ghiandra Bagaskara
Gue gak akan berhenti memeperhatikan jam dinding kamar gue sampe Nanang pulang ke apartemen.
"Assalamualaikum!"
"Cepetan sini!"
Nanang melepas sepatu sambil menggerutu, kemudian berjalan ke arah gue dengan penuh kesal.
"Apa cepetan? Mau tidur."
"Lo tau Joan?"
"Joan Bintang? Yang ambil beasiswa dari Beswan Djarum bareng gue?"
Gue mengangguk kencang.
"Temennya Sarah?"
"Iya, iya."
"Kenapa emang?"
Gue menghela nafas. Takut akan reaksi Nanang yang mungkin di luar kepala gue.
"Gue kemarin bilang ke Johnny soal Joan nyamperin gue. Besoknya beasiswa dia, HAMPIR, kecabut."
"Karena lo?"
"Bukan sih."
"Lah napa lu yang pusing?"
"Masalahnya timingnya, Nang!"
"Tell me more!"
Nanang duduk di sofa sambil memakan ciki yang ia bawa.
"Abis Joan ketemu gue, besoknya Johnny ada satu kelas presentasi sama Joan. Joan gak mau input nama Johnny soalnya Johnnya sama sekali gak kerja."
"Terus?"
"Ngamuk Johnny. Nilai gak dapet, semprotan dosen dapet. Akhirnya dia lapor bokapnya, tapi laporan palsu."
Gue dan Nanang sama-sama tau, gimana temperamennya Johnny kalau keinginannya gak dipenuhin.
The night I called Sarah was the same one. There was Johnny involvement.
"Dia minta bokapnya nyabut beasiswa Joan."
"Terus dicabut?"
"Kagalah. Gue langsung lapor bokap gue juga, buat ngurangin sanksinya. Lagian, Joan gak salah apa-apa."
Nanang langsung menggelengkan kepalanya.
Gue bisa membaca apa yang dia pikirin.
"Gak berenti-berenti dah si Johnny."
"Nang, gue gak mau gue dipandang jelek sama Sarah. Gue gak mau ngerepotin dia lebih dari gue telfon dia waktu gue high."
"Hah, klise."
Nanang dengan tegas langsung membuang nafas dan melihat ke arah jendela.
Menerawang imaji jauh lebih dalam dari Palung Marina sekalipun.
"Lagian kenapa sih lo telfon dia waktu lo high? Giliran ketemu dia aja lo langsung kabur."
Malam itu, gue menerawang jauh ke kejadian gue menelepon Sarah.
Benar, itu emang partly keinginan gue untuk menghubungi dia, unconsciously.
Tapi ada di satu titik yang bikin gue yakin di malam itu kalau menelepon dia adalah suatu pilihan tepat.
Dan itu semua karena Johnny.
Johnny sebenernya anak yang baik.
Loyal sama temennya, bahkan gue yakin kalau ngomongin kebaikan Johnny gak akan ada habisnya.
Pernah suatu waktu Jeffrey mobilnya mogok sepulang dari kampus dan langsung dibantuin Johnny dengan jaringan dia yang luas.
Dia dengan sigap saat itu manggil tow truck dan mengurus segala permasalahan bengkel mobil Jeffrey.
Bahkan gue denger dia hampir membayari separuh lebih biaya jasa service mobil yang jelas-jelas mobil itu kepemilikannya bukan milik dia sendiri.
Tapi karena jaringan dia yang luas, kadang dia suka bertindak semena-mena.
Apalagi kalau keinginannya tidak terpenuhi.
Ya, contohnya kasus Joan.
Gak sedikit, orang yang hampir messed up dengan Johnny berujung mereka sendiri yang kemakan karma.
This is why you don't mess up with Johnny. He will mess you up before you.
Dan Sarah, adalah satu dari sekian alasan Johnny bisa aja ngebalikin hidup gue yang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why'd You Only Call Me When You Are High
FanfictionTips: never answer his call, especially at 2 am