Special Chapter: Karten

49 11 2
                                    

Notes: the setting on this chapter happened before Sarah and Karten broke up.

Sarah Arsen

Gue teringat kejadian bulan September lalu dimana Karten dengan segala usahanya memberikan gue surprise ulang tahun yang cukup fantastis.

Karten setidaknya berusaha untuk booking ke restoran fancy pilihannya, kemudian mengajak gue menonton film, dan berakhir memberikan gue kado berupa sebuah earphone mahal.

Gue memang tidak pernah meminta Karten hadiah atau apapun karena pada dasarnya gue tidak mau menuntut Karten banyak.

Gue tahu dengan beban sedemikian rupa sebagai salah satu mahasiswa dengan reputasi dan tanggung jawab besar di fakultas, tidak mungkin membebaninya lagi dengan masalah hubungan gue dengan dia.

But he always did everything with grand gestures that you wouldn't be able to figure out how those ideas popped inside his head.

Gue juga menyadari bahwa butuh waktu setidaknya sebulan, untuk ia mengetahui akan memberikan apa ke gue.

Dan sekarang sudah bulan Februari, yang artinya ulang tahun Karten tinggal dihitung hari.

Gue tahu kalau gue bukan pacar yang baik.

Sampai sekarangpun gue gak tahu mau memberikan apa ke Karten.

Karten sudah punya seluruh barang yang mungkin orang-orang inginkan di dunia ini.

Dan yang jelas gue dalam on tight budget karena ya sudah jelas uang saku gue dan Karten berbeda jauh.

Gue sampai harus saving dua bulan terakhir untuk jaga-jaga gue membutuhkan uang lebih untuk membelikan Karten hadiah.

Gue tahu, bahwa mungkin hadiah atau kado bukan suatu ritual yang penting.

Tapi, gue pasti akan feeling guilty kalo tidak memberikan Karten sesuatu, mengingat Karten sendiri selalu totalitas dalam memanjakan gue sendiri.

"Udah beliin gundam kalo gak gundu!"

"Yee itu mah pacar lo, Lin. Ingat, nyonya besar kita ini butuh perfecto et grandiose a la concept!" jawab Joan.

Dua orang ini sama sekali tidak membantu.

Baik Alin dan Joan hanya memberikan jawaban candaan yang kadang kesel juga sih gue dengernya.

"Itu deh, apa tuh, yang lagi ngehits? Drone!"

"Lu mah mau nyuruh gue jual ginjal?"

Alin hanya tertawa.

"Kalo gue anaknya Bakrie juga gue beliin tuh dia rumah di daerah mahal!"

"Jangan stres lah nyarinya! Pasti ada kok hal yang Karten butuhin tapi lo lupa. Coba diinget lagi!"

Gue otomatis langsung membuang nafas.

Kadang gue benci diri gue sendiri yang kurang peka apalagi di situasi kayak sekarang.

Gue hanya mendatangkan malapetaka buat diri gue sendiri.

"OH! Gue tahu!"











27 Februari, hari-h rencana yang udah gue susun bareng dengan ide Joan.

Kadang gue lupa kalau Joan punya soft spot tersendiri dalam hal taking care of people.

I wish I were him.

Dengan semangat-45, gue berjalan menuju apartemen Karten dan langsung masuk ke dalamnya (big thanks to Kak Nanang!).

Why'd You Only Call Me When You Are HighTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang