3

179 24 1
                                    

Karten Ghiandra Bagaskara

Gue akan selalu jadi orang yang paling ignorant di berbagai situasi.

Dari dosen yang tiba-tiba cancel kelas atau dompet gue hilang di jalan, gue nggak akan panik sama sekali.

Tapi ketika gue melihat history calls gue, beda cerita lagi.

Ada perasaan kosong dan dingin yang menjalar di satu tubuh gue.

Perut gue pun rasanya kayak dipelintir dari dalam.

Semua itu bisa terjadi hanya dengan satu nama

Sarah Arsen.

"Nang, ini gue apain?"

Nanang sama sekali nggak berkutik ketika gue meminta sarannya.

Sibuk dengan joystick dan permainan di layar TV.

"Apanya diapain?"

"Ya Sarah!"

"Ya gak tahulah?"

"Lah gimana sih Nang?! Gue nanya saran!"

Nanang kemudian menghentikan aksinya bermain.

Menatap gue dengan kesal.

"Tiap orang gak punya jawabannya. Lo pikir aja sendiri!"

Gini nih, kalo Nanang udah keganggu selama main game, dia bakal badmood sepanjang hari.

"Apaan dah, Nang?"

Bukannya menjawab pertanyaan gue tapi si Nanang malah balik menoyor kepala gue.

"Nang, asli lo udah kaya cewek pms. Serem."

"Ya lu bego lagian."

"Kalo gue nggak bego nggak nanya saran lo, bloon!"

"Tinggal telfon balik atau ketemu apa susahnya sih?"

Gue cuma diem.

Menghubungi Sarah itu jadi momok tersendiri bukan gue.

Karena kayak yang gue bilang, gue sangat ignorant, dan kalo gue sampe keringet dingin mikir sejuta kali buat melakukan sesuatu, berarti hal itu hal yang gue hindarin.

Bukan karena gue takut sama gebetan Sarah, atau bahkan cewek gue sendiri.

Tapi nama Sarah punya arti tersendiri dan entah sejak kapan gue selalu meluangkan satu sudut kecil pikiran dan perasaan gue yang tertinggal untuk Sarah tetap di sana.

Sarah tetaplah Sarah yang selalu gue ingat sejak pertama kali ketemu.

Hanya beda sekarang rambutnya sedang diombre hijau.

Selain itu, semuanya masih sama.

Semua kenangan mengenai Sarah mulai terputar dengan otomatis di dalam otak gue.

Gimana gue mau lupain Sarah kalo hampir 3 tahun gue menjalin hubungan sama Sarah.

Dan itu hubungan yang cukup lama dan gue bilang itu sama sekali nggak main-main.

Bahkan nenek Sarah pun sampai hapal gue.

"Ten, gue nanya beneran gak di bales!"

"Apa?"

"Ya kenapa gak lo telfon aja?"

"Takut, Nang. Takut dia nyuekin gue."

"Yaelah Ten, cupu banget alesannya."

Dan iya, entah kenapa malem itu waktu drunk, tidak satupun pikiran di dalam otak gue terlintas untuk menghubungi Cita, pacar gue.

Hanya Sarah.

Sedikit banyak gue merasa bersalah secara tidak langsung ke Cita.

"Udah telfon Cita tapi?"

"Buat?"

"Ngabarin kalo lo kangen mantan lo."

"Ya sinting!!!!!"

Nanang kemudian berjalan ke dapur tanpa menghiraukan berbagai alasan yang gue lontarkan.

Gue enggak kangen sama sekali pun dengan Sarah.

Sarah ya Sarah, wanita independen di awal dua puluh yang tidak suka gue ganggu atau orang lain.

Sarah ya Sarah, yang selalu menghabiskan waktunya sendirian.

Dan juga tidak mengubah fakta bahwa dulu gue dan Sarah pernah menghabiskan waktu bersama.

"Ten, mungkin ada urusan yang belum selesai antara lo sama Sarah?"

Introducing

Lisa Blackpink as Alisa Citara

Lisa Blackpink as Alisa Citara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Why'd You Only Call Me When You Are HighTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang